Walhi Sindir Langkah DKI Akan Pindahkan Pohon di Jalan Sudirman
A
A
A
JAKARTA - Walhi Jakarta menilai adanya pemborosan anggaran terhadap pemindahan 3.000 pohon di median Jalan Sudirman -Thamrin pembatas jalur lambat dan jalur cepat oleh Pemprov DKI Jakarta ke lokasi ruang terbuka hijau di Jakarta.
"Walhi melihat ada indikasi pemborosan anggaran, kabarnya anggaran cukup besar sekitara Rp4,7 miliar untuk biaya ongkos pemindahan pohonnya. Semoga motivasinya bukan karena ada anggaran besar ya," kata Direktur Walhi Jakarta, Puput T.D. Putra, saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/10/2017).
Menurutnya, pemborosan anggaran pun tak hanya terjadi pada pemindahan, namun juga pada penanaman kembali pohon-pohon tersebut. "Begitu juga terkait biaya penanaman kembali pohon peneduh trotoar yang biayanya sangat besar juga," ujarnya.
Menurut Puput, sebenarnya pepohonan di wilayah Jalan Thmarin - Sudirman relatif ideal untuk peneduh saat ini. Mengingat pohon-pohon yang ada sepanjang jalan tersebut terdiri dari jenis pohon trembesi dan mahoni. Dua jenis pohon tersebut, memiliki daya serap karbondioksida yang cukup tinggi sebagai penyerap polutan.
"Jadi restorasi trotoar harusnya bisa lebih kreatif tanpa harus menebang pohon atau memindahkannya," katanya.
Apalagi, katanya, nanti setelah restorasi trotoar, pohon tersebut akan ditanam lagi sebagai peneduh (tebang - tanam). "Jadi blunder programnya tidak efeisien anggaran dan waktu pekerjaanya, kenapa dan ada apa ini?" tanyanya.
"Baru-baru ini biaya restorasi trotoar tersebut kita ketahui akan mengunakan anggaran dari sisa uang KLB simpang susun semanggi sebesar kurang lebih Rp 219 miliar dari PT Keppel Land dan PT Mitra Panca Persada," tandasnya.
"Walhi melihat ada indikasi pemborosan anggaran, kabarnya anggaran cukup besar sekitara Rp4,7 miliar untuk biaya ongkos pemindahan pohonnya. Semoga motivasinya bukan karena ada anggaran besar ya," kata Direktur Walhi Jakarta, Puput T.D. Putra, saat dihubungi SINDOnews, Senin (9/10/2017).
Menurutnya, pemborosan anggaran pun tak hanya terjadi pada pemindahan, namun juga pada penanaman kembali pohon-pohon tersebut. "Begitu juga terkait biaya penanaman kembali pohon peneduh trotoar yang biayanya sangat besar juga," ujarnya.
Menurut Puput, sebenarnya pepohonan di wilayah Jalan Thmarin - Sudirman relatif ideal untuk peneduh saat ini. Mengingat pohon-pohon yang ada sepanjang jalan tersebut terdiri dari jenis pohon trembesi dan mahoni. Dua jenis pohon tersebut, memiliki daya serap karbondioksida yang cukup tinggi sebagai penyerap polutan.
"Jadi restorasi trotoar harusnya bisa lebih kreatif tanpa harus menebang pohon atau memindahkannya," katanya.
Apalagi, katanya, nanti setelah restorasi trotoar, pohon tersebut akan ditanam lagi sebagai peneduh (tebang - tanam). "Jadi blunder programnya tidak efeisien anggaran dan waktu pekerjaanya, kenapa dan ada apa ini?" tanyanya.
"Baru-baru ini biaya restorasi trotoar tersebut kita ketahui akan mengunakan anggaran dari sisa uang KLB simpang susun semanggi sebesar kurang lebih Rp 219 miliar dari PT Keppel Land dan PT Mitra Panca Persada," tandasnya.
(ysw)