Cegah Radikalisme, DKI Libatkan Seniman dan Budayawan
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta menggelar dialog pencegahan terorisme. Bahkan, acara itu juga melibatkan tokoh seni, budayawan dan guru seni di DKI Jakarta.
Acara yang digelar di Hotel Golden, Jakarta ini dibuka langsung oleh Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Andi Intang, dihadiri oleh H Ridwan Saidi, sejarahwan dan budayawan Jakarta sebagai narasumber utama.
Ridwan Saidi mengatakan, saat ini apresiasi pemerintah terhadap pemeliharaan situs-situs seni dan budaya asli milik Betawi di DKI Jakarta ini masih rendah. Karena masih terjadi penggusuran sejumlah situs bersejarah di DKI Jakarta.
"Dengan dipeliharanya objek-objek seni dan budaya asli milik warga Betawi, maka para pemuda DKI Jakarta dapat mempelajari nilai-nilai kasih sayang dan persatuan dari para leluhur kita, sehingga mereka lebih mencintai dan bangga terhadap bangsanya sendiri dan tidak akan terpengaruh pada iming-iming para teroris," kata Ridwan Saidi dalam rilis yang diterima wartawan, Jumat (6/10/2017).
Sementara Ketua FKPT DKI Jakarta Zainal Musappa menjelaskan, kegiatan ini bermaksud untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dari para peserta, bahwa DKI Jakarta memiliki kekayaan seni dan budaya yang harus terus dikembangkan dan diberi ruang khusus yang lebih, pada ruang pendidikan siswa-siswa kita, sehingga dapat menjadi salah satu daya tangkal radikalisme.
Fikar W Eda, salah seorang seniman asal Aceh yang hadir juga memaparkan pengalamannya, pada bencana Tsunami 2004 di Aceh, yang memakan korban jiwa 200.000 orang lebih, justru ada keajaiban seni yang terjadi. Dimana 70.000 orang penduduk Pulau Simeuleu yang merupakan titik pusat gempa Aceh itu, justru dapat selamat dari gempa dan Tsunami tersebut.
"Karena sebelum bencana terjadi, para tokoh di Pulau Simeuleu kompak membawakan puisi khusus yang juga berfungsi sebagai early warning system, sehingga penduduk setempat pun dapat lebih dini dalam mengevakuasi diri melalui 'bahasa seni' yang sudah sangat mereka pahami tersebut," katanya.
Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta, Bidang Budaya dan Pariwisata Sumayadi mengapresiasi kegiatan ini untuk terus diadakan, dan siap untuk memfasilitasi para tokoh seni dan budaya untuk menyampaikan aspirasinya pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk memberikan perhatian khusus pada perlindungan dan pengembangan seni dan budaya di DKI Jakarta.
Acara yang digelar di Hotel Golden, Jakarta ini dibuka langsung oleh Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Andi Intang, dihadiri oleh H Ridwan Saidi, sejarahwan dan budayawan Jakarta sebagai narasumber utama.
Ridwan Saidi mengatakan, saat ini apresiasi pemerintah terhadap pemeliharaan situs-situs seni dan budaya asli milik Betawi di DKI Jakarta ini masih rendah. Karena masih terjadi penggusuran sejumlah situs bersejarah di DKI Jakarta.
"Dengan dipeliharanya objek-objek seni dan budaya asli milik warga Betawi, maka para pemuda DKI Jakarta dapat mempelajari nilai-nilai kasih sayang dan persatuan dari para leluhur kita, sehingga mereka lebih mencintai dan bangga terhadap bangsanya sendiri dan tidak akan terpengaruh pada iming-iming para teroris," kata Ridwan Saidi dalam rilis yang diterima wartawan, Jumat (6/10/2017).
Sementara Ketua FKPT DKI Jakarta Zainal Musappa menjelaskan, kegiatan ini bermaksud untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dari para peserta, bahwa DKI Jakarta memiliki kekayaan seni dan budaya yang harus terus dikembangkan dan diberi ruang khusus yang lebih, pada ruang pendidikan siswa-siswa kita, sehingga dapat menjadi salah satu daya tangkal radikalisme.
Fikar W Eda, salah seorang seniman asal Aceh yang hadir juga memaparkan pengalamannya, pada bencana Tsunami 2004 di Aceh, yang memakan korban jiwa 200.000 orang lebih, justru ada keajaiban seni yang terjadi. Dimana 70.000 orang penduduk Pulau Simeuleu yang merupakan titik pusat gempa Aceh itu, justru dapat selamat dari gempa dan Tsunami tersebut.
"Karena sebelum bencana terjadi, para tokoh di Pulau Simeuleu kompak membawakan puisi khusus yang juga berfungsi sebagai early warning system, sehingga penduduk setempat pun dapat lebih dini dalam mengevakuasi diri melalui 'bahasa seni' yang sudah sangat mereka pahami tersebut," katanya.
Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta, Bidang Budaya dan Pariwisata Sumayadi mengapresiasi kegiatan ini untuk terus diadakan, dan siap untuk memfasilitasi para tokoh seni dan budaya untuk menyampaikan aspirasinya pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk memberikan perhatian khusus pada perlindungan dan pengembangan seni dan budaya di DKI Jakarta.
(mhd)