Didik 58 Taruna AKIP, Lapas Cibinong Pamerkan Halte Pembinaan
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Cibinong, Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, dipercaya untuk menjadi lokasi praktik lapangan bagi 58 taruna Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) angkatan 49 tentang Teknologi Informatika (TI). Puluhan pelajar AKIP ini akan mengakhiri masa belajarnya dan akan mulai berdinas Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Kepala Lapas Kelas II A Cibinong, Anak Agung Gde Krisna mengaku senang lantaran Lapas Cibinong dipercaya menjadi lokasi praktik bagi 58 Taruna AKIP. Dia berharap, puluhan taruna itu serius dalam mempraktikan ilmunya ketiga belajar di perguruan tinggi kedinasan tersebut.
"Tentu ini menjadi suatu kebanggaan. Karena kita konsisten menjalankan program pusat. Semoga ke depan ada (Lapas) Cibinong-Cibinong lain," katanya kepada SINDOnews, Selasa (19/9/2017).
Keberhasilan Lapas Cibinong dalam menjalankan lima program TI merupakan alasan Lapas Kelas IIA Cibinong sebagai pilot project keahlian itu. Lima program yang telah berhasil menerapkan TI adalah kantin jempol, layanan berbasis TI, radio lcibi Lapas Cibinong, pengamanan berbasis TI dan saung Kahiji.
Selain lima program itu, kata dia, rencananya akan ada dua program yang berbasis TI di lapas tersebut. Dia mengungkapkan, sistem penilaian perilaku warga binaan berbasis TI begitu juga gerbang masuk.
"Lapas Cibinong mencoba mengimplementasikan Sistem Penilaian Perilaku Narapidana (SPPN) atau halte pembinaan. Jadi tidak hanya wabin (warga binaan) tapi juga tamping (tahanan pendamping)," ujarnya.
Agung menjelaskan, halte pembinaan untuk menilai para narapidana dalam beraktivitas selama menjadi warga binaan di lapas. Karena, kata dia, setiap narapidana yang ingin beraktivitas akan mengabsen menggunakan jempol dahulu untuk mendapatkan poin.
"Poin itu nantinya yang menjadi penilaian bagi warga binaan di lapas ini. Apabila poinnya besar maka kemungkinan dia mendapatkan remisi bisa lebih cepat. Bahkan, pemilihan tamping juga bisa melalui sistem itu. Karena lebih objektif," tuturnya.
Maka itu, Agung berharap, 58 taruna AKIP itu serius mempraktikannya agar tak sia-sia selama seminggu praktik di lapas. Sambungnya, agar ketika bertugas nantinya bisa menerapkan TI itu di setiap tempatnya bertugas.
"Di sini praktiknya, nanti ketika dinas sudah paham dan tinggal menerapkannya (TI). Di AKIP belajarnya, di sini (lapas) parktiknya ketiga bertugas nanti langsung diterapkan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) Suprapto mengapresiasi lima program TI yang berhasil diterapkan di Lapas Cibinong. Kata dia, hal ini perlu didukung agar lebih baik lagi.
"Mungkin ke depan akan ada laboratorium komputer. Kita (Poltekip) juga akan melakukan kerja sama dengan Kalapas," ujarnya yang ditemani salah seorang Dosen Poltekip, Pengamat dan Pemerhati Pemasyarakatan, Akbar Hadi Prabowo.
Kepala Lapas Kelas II A Cibinong, Anak Agung Gde Krisna mengaku senang lantaran Lapas Cibinong dipercaya menjadi lokasi praktik bagi 58 Taruna AKIP. Dia berharap, puluhan taruna itu serius dalam mempraktikan ilmunya ketiga belajar di perguruan tinggi kedinasan tersebut.
"Tentu ini menjadi suatu kebanggaan. Karena kita konsisten menjalankan program pusat. Semoga ke depan ada (Lapas) Cibinong-Cibinong lain," katanya kepada SINDOnews, Selasa (19/9/2017).
Keberhasilan Lapas Cibinong dalam menjalankan lima program TI merupakan alasan Lapas Kelas IIA Cibinong sebagai pilot project keahlian itu. Lima program yang telah berhasil menerapkan TI adalah kantin jempol, layanan berbasis TI, radio lcibi Lapas Cibinong, pengamanan berbasis TI dan saung Kahiji.
Selain lima program itu, kata dia, rencananya akan ada dua program yang berbasis TI di lapas tersebut. Dia mengungkapkan, sistem penilaian perilaku warga binaan berbasis TI begitu juga gerbang masuk.
"Lapas Cibinong mencoba mengimplementasikan Sistem Penilaian Perilaku Narapidana (SPPN) atau halte pembinaan. Jadi tidak hanya wabin (warga binaan) tapi juga tamping (tahanan pendamping)," ujarnya.
Agung menjelaskan, halte pembinaan untuk menilai para narapidana dalam beraktivitas selama menjadi warga binaan di lapas. Karena, kata dia, setiap narapidana yang ingin beraktivitas akan mengabsen menggunakan jempol dahulu untuk mendapatkan poin.
"Poin itu nantinya yang menjadi penilaian bagi warga binaan di lapas ini. Apabila poinnya besar maka kemungkinan dia mendapatkan remisi bisa lebih cepat. Bahkan, pemilihan tamping juga bisa melalui sistem itu. Karena lebih objektif," tuturnya.
Maka itu, Agung berharap, 58 taruna AKIP itu serius mempraktikannya agar tak sia-sia selama seminggu praktik di lapas. Sambungnya, agar ketika bertugas nantinya bisa menerapkan TI itu di setiap tempatnya bertugas.
"Di sini praktiknya, nanti ketika dinas sudah paham dan tinggal menerapkannya (TI). Di AKIP belajarnya, di sini (lapas) parktiknya ketiga bertugas nanti langsung diterapkan," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) Suprapto mengapresiasi lima program TI yang berhasil diterapkan di Lapas Cibinong. Kata dia, hal ini perlu didukung agar lebih baik lagi.
"Mungkin ke depan akan ada laboratorium komputer. Kita (Poltekip) juga akan melakukan kerja sama dengan Kalapas," ujarnya yang ditemani salah seorang Dosen Poltekip, Pengamat dan Pemerhati Pemasyarakatan, Akbar Hadi Prabowo.
(mhd)