Saluran Air di Kebon Jeruk Dicemari Limbah
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah saluran air di Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat dicemari oleh limbah. Dampaknya, selain membuat warna saluran menjadi tak bening, bau tak menyengat acap kali tercium di kawasan itu.
Pantauan KORAN SINDO di lokasi ini, pencemaran limbah kerap terjadi di beberapa lokasi, seperti Jalan Yunus 1, Jalan Yunus II, Jalan Yunus III, serta Jalan Salam Raya. Warna saluran mendadak berubah dari mulai bening menjadi warna biru, merah jambu, hingga hijau. Sesekali akibat warna ini bau zat kimia menyengat.
Hidung pun kemudian menjadi gatal lantaran baunya cukup menyiksa penciuman. "Biasanya terjadi pada pagi dan sore hari," ucap Topo (40), salah seorang warga di kawasan Jalan Yunus III, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (10/9/2017).
Selain membuat aroma serta pemandangan tak sedap. Limbah di saluran juga membuat air tanah menjadi sedikit berbau serta sedikit berwarna. Beruntung air tanah yang digunakan warga tak untuk makan dan minum, serta bahan pembuat makanan. "Tapi cukup buat kita jadi gatal gatal," ucapnya.
Ketua RT 05/06 Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Mulyadi mengatakan, kejadian ini telah terjadi hingga 3 bulan lama. Meskipun telah melaporkan kejadian ini ke lurah dan camat, namun belum mendapatkan respon mengenai hal ini.
Berdasarkan penelusurannya bersama dengan KORAN SINDO, Mulyadi yakin limbah ini berasal dari bekas cuci jeans atau pakaian berwarna oleh salah satu konveksi. Dia pun mengaku akan menindaklanjuti laporan ini dengan menyisir ke setiap konveksi yang ada dilingkungannya.
"Akan saya kumpulkan demi mencari tahu dimana asal warna," tutur Mulyadi.
Meski demikian, Mulyadi sendiri mengakui bahwa pembuangan itu bukan dilakukan oleh warganya, mengingat saluran air sendiri berasal dari luar RT 06.
"Karena lingkungan kami berada di bawah, jadi kami yang terkena imbasnya. Tapi bila nantinya terbukti dari warga kami, akan kami berikan sanksi," tegasnya.
Sementara itu, Camat Kebon Jeruk, Abdullah mengaku terkejut dengan temuan ini. Karena itu, dirinya telah memerintahkan lurah untuk menindak oknum warga yang membandel untuk disanksi dan dilaporkan ke Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat.
"Sudah kami lakukan, akan kami telusuri," ucap Abdullah yang begitu yakin ini merupakan limbah sisa jeans.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan hal sama. Bahkan, Isnawa mengakui, kejadian itu telah terjadi sejak 5 tahun lalu saat dirinya masih menjabat sebagai kasubag di lingkungan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Terkait hal ini, dia telah menindaklanjuti kepada Kabid Pengawasan dan Penaatan Hukum Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta, Mudarisin untuk menindaklanjuti. "Ini tidak biasa, itu sudah pasti limbah dan harus di tindak," tuturnya.
Meski demikian, Mudarisin yang dihubungi terpisah mengaku tidak lantas memberikan sanksi. Dirinya harus mengetahui siapa pembuang limbah. Bila nantinya limbah itu berasal dari pabrik besar, maka dipastikan pabrik itu akan ditutup. Namun bila pabrik kecil maka pembinaan akan dilakukan sembari melayangkan surat peringatan. "Kami sudah ambil sample nanti akan kami cek di laboratorium," tutupnya.
Pantauan KORAN SINDO di lokasi ini, pencemaran limbah kerap terjadi di beberapa lokasi, seperti Jalan Yunus 1, Jalan Yunus II, Jalan Yunus III, serta Jalan Salam Raya. Warna saluran mendadak berubah dari mulai bening menjadi warna biru, merah jambu, hingga hijau. Sesekali akibat warna ini bau zat kimia menyengat.
Hidung pun kemudian menjadi gatal lantaran baunya cukup menyiksa penciuman. "Biasanya terjadi pada pagi dan sore hari," ucap Topo (40), salah seorang warga di kawasan Jalan Yunus III, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (10/9/2017).
Selain membuat aroma serta pemandangan tak sedap. Limbah di saluran juga membuat air tanah menjadi sedikit berbau serta sedikit berwarna. Beruntung air tanah yang digunakan warga tak untuk makan dan minum, serta bahan pembuat makanan. "Tapi cukup buat kita jadi gatal gatal," ucapnya.
Ketua RT 05/06 Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Mulyadi mengatakan, kejadian ini telah terjadi hingga 3 bulan lama. Meskipun telah melaporkan kejadian ini ke lurah dan camat, namun belum mendapatkan respon mengenai hal ini.
Berdasarkan penelusurannya bersama dengan KORAN SINDO, Mulyadi yakin limbah ini berasal dari bekas cuci jeans atau pakaian berwarna oleh salah satu konveksi. Dia pun mengaku akan menindaklanjuti laporan ini dengan menyisir ke setiap konveksi yang ada dilingkungannya.
"Akan saya kumpulkan demi mencari tahu dimana asal warna," tutur Mulyadi.
Meski demikian, Mulyadi sendiri mengakui bahwa pembuangan itu bukan dilakukan oleh warganya, mengingat saluran air sendiri berasal dari luar RT 06.
"Karena lingkungan kami berada di bawah, jadi kami yang terkena imbasnya. Tapi bila nantinya terbukti dari warga kami, akan kami berikan sanksi," tegasnya.
Sementara itu, Camat Kebon Jeruk, Abdullah mengaku terkejut dengan temuan ini. Karena itu, dirinya telah memerintahkan lurah untuk menindak oknum warga yang membandel untuk disanksi dan dilaporkan ke Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat.
"Sudah kami lakukan, akan kami telusuri," ucap Abdullah yang begitu yakin ini merupakan limbah sisa jeans.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan hal sama. Bahkan, Isnawa mengakui, kejadian itu telah terjadi sejak 5 tahun lalu saat dirinya masih menjabat sebagai kasubag di lingkungan Kota Administrasi Jakarta Barat.
Terkait hal ini, dia telah menindaklanjuti kepada Kabid Pengawasan dan Penaatan Hukum Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta, Mudarisin untuk menindaklanjuti. "Ini tidak biasa, itu sudah pasti limbah dan harus di tindak," tuturnya.
Meski demikian, Mudarisin yang dihubungi terpisah mengaku tidak lantas memberikan sanksi. Dirinya harus mengetahui siapa pembuang limbah. Bila nantinya limbah itu berasal dari pabrik besar, maka dipastikan pabrik itu akan ditutup. Namun bila pabrik kecil maka pembinaan akan dilakukan sembari melayangkan surat peringatan. "Kami sudah ambil sample nanti akan kami cek di laboratorium," tutupnya.
(mhd)