Pencemaran Udara di Jakarta Tergantung Arah Angin
A
A
A
JAKARTA - Data WHO 2016 menempatkan Jakarta dan Bandung dalam sepuluh kota dengan pencemaran udara terburuk di Asia Tenggara. Namun Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Diah Ratna Ambarwati, punya argumen soal pencemaran udara di Ibu Kota.
Menurut dia, pencemaran udara di Jakarta tergantung arah angin berhembus. Daerah yang selama ini dikenal memiliki udara bersih sekalipun, seperti Jagakarsa, Jakarta Selatan, bisa tercemar.
"Pencemaran udara tergantung arah angin. Kita dulu nyatakan Jagakarsa dengan udara bersih karena daerah ini banyak tumbuhan dan pemukiman, namun kenyataannya daerah ini pernah tidak sehat karena disebabkan ozon," ujar Diah saat dihubungi SINDOnews, Senin (28/8/2017).
Diah menjelaskan, parameter udara disebut kritis ada dua yakni PM10 (debu) dan ozon. "PM10 ini seperti kita ketahui debu, sedang pembangun di Jakarta meningkat, kemacetan meningkat, tumbuhan berkurang, sementara pembangunan butuh lapang," katanya.
Para ahli menyebut angin di Kota Jakarta berhembus dari Utara ke Selatan. Mengingat hal tersebut, kata Diah, pencemaran udara juga terjadi di wilayah Jagakarasa lantaran terbawa angin. (Baca:Polusi Udara di Jakarta Mengkhawatirkan)
"Itu (pencemaran) dibawa angin ke Jagakarsa yang berada di daerah Selatan, dan mungkin di sana (Utara) pas orang pulang kantor jadi macet dan itu berpengaruh. Kemacetan berpengaruh sekali dengan polusi udara," tandasnya.
Suhu udara yang tinggi di Kota Jakarta juga mempengaruhi parameter ozon. Sementara ozon sendiri di udara sudah ada secara alami. Tapi kenapa bisa meningkat? Hal itu disebabkan aktivitas manusia.
"Ozon bereaksi dengan gas dari kendaraan bermotor (NO2). Misalnya macet, itu (kendaraan) mengeluarkan CO dan NO2, nah itu oksigen bereaksi dengan udara jadi O3 (ozon), makanya meningkat. Parameter (udara) kritis itu saya lihat di PM10 dan ozon," pungkasnya.
Menurut dia, pencemaran udara di Jakarta tergantung arah angin berhembus. Daerah yang selama ini dikenal memiliki udara bersih sekalipun, seperti Jagakarsa, Jakarta Selatan, bisa tercemar.
"Pencemaran udara tergantung arah angin. Kita dulu nyatakan Jagakarsa dengan udara bersih karena daerah ini banyak tumbuhan dan pemukiman, namun kenyataannya daerah ini pernah tidak sehat karena disebabkan ozon," ujar Diah saat dihubungi SINDOnews, Senin (28/8/2017).
Diah menjelaskan, parameter udara disebut kritis ada dua yakni PM10 (debu) dan ozon. "PM10 ini seperti kita ketahui debu, sedang pembangun di Jakarta meningkat, kemacetan meningkat, tumbuhan berkurang, sementara pembangunan butuh lapang," katanya.
Para ahli menyebut angin di Kota Jakarta berhembus dari Utara ke Selatan. Mengingat hal tersebut, kata Diah, pencemaran udara juga terjadi di wilayah Jagakarasa lantaran terbawa angin. (Baca:Polusi Udara di Jakarta Mengkhawatirkan)
"Itu (pencemaran) dibawa angin ke Jagakarsa yang berada di daerah Selatan, dan mungkin di sana (Utara) pas orang pulang kantor jadi macet dan itu berpengaruh. Kemacetan berpengaruh sekali dengan polusi udara," tandasnya.
Suhu udara yang tinggi di Kota Jakarta juga mempengaruhi parameter ozon. Sementara ozon sendiri di udara sudah ada secara alami. Tapi kenapa bisa meningkat? Hal itu disebabkan aktivitas manusia.
"Ozon bereaksi dengan gas dari kendaraan bermotor (NO2). Misalnya macet, itu (kendaraan) mengeluarkan CO dan NO2, nah itu oksigen bereaksi dengan udara jadi O3 (ozon), makanya meningkat. Parameter (udara) kritis itu saya lihat di PM10 dan ozon," pungkasnya.
(whb)