Diduga Cabuli Bocah TK, Penjaga Sekolah di Bogor Ceritakan Kesehariannya
A
A
A
JAKARTA - Tuduhan serius dialamatkan terhadap S alias UD penjaga sekolah TK Mexindo di Kota Bogor yang diduga melakukan kejahatan seksual terhadap bocah TK.
Saat ditemui SINDO, S membantah semua tuduhan pelapor yang dialamatkan kepadanya sebagai pelaku kejahatan seksual. Ia menuturkan semua kegiatannya mulai subuh hingga sore, mulai dari ngepel lantai kelas B 1-6, menyapu halaman hingga menyiapkan perlengkapan pengeras suara dan alat musik.
"Bahkan kalau bel pulang sekolah berbunyi saya ikut jaga gerbang pagar sekolah sambil mengatur lalu lintas depan sekolah, menggantikan dua guru piket yang memang sejak pagi menyambut kedatangan murid-murid," kata ayah anak dua yang tinggal di sekolah TK tempatnya bekerja itu, Senin (21/8/2017).
Pria yang sejak 1994 mengabdi sebagai penjaga sekolah di sekolah TK Negeri hasil kerjasama Mexico dan Indonesia itu membantah semua tuduhan itu.
"Kalau jam pulang sekolah (pukul 10.30 WIB) hingga sekolah sepi saya jaga gerbang, sambil mengatur lalu lintas, tak pernah sekalipun masuk ke ruang kelas baik A maupun B," katanya.
Saat orangtua QZ dan AL telat menjemput, UD mengaku tak melihat keduanya dijemput. "Karena saat itu sibuk mengatur parkir dan lalu lintas depan sekolah. Jadi saya sibuk mengatur parkir dan lalu lintas tiap hari itu yang saya lakukan hingga kondisi (dalam dan luar) sekolah sepi," ungkapnya.
Senada diungkapkan Lilis, Wali Kelas Kelas A (ruang Kegiatan Belajar Mengajar korban) yang mengaku kecil kemungkinan kejahatan seksual itu terjadi di sekolahnya.
Ia menegaskan, jika ada orang tua murid yang telat menjemput, pihaknya mengawasi terus hingga datang kedua orang tuanya untuk menjemput ke ruang kelas.
"Kebiasaan kami kalau masih ada murid yang belum dijemput. Kita awasi, saat itu QZ dan AL, sambil menunggu orang tuanya menjemput berada di ruang kelas sama saya diawasi terus sambil memberitahukan melalui grup whatsapp orang tua murid," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah TK Negeri Mexindo Kota Bogor, Siti Sofiah mengaku sudah dimintai keterangan juga sebagai saksi. Pihaknya hingga saat ini sudah kooperatif mengikuti proses hukum.
Bahkan pihaknya sangat berharap pihak penegak hukum agar cepat menyelesaikan tahap proses penyidikan hingga ada kepastian dan kejelasan hukum.
"Kami kooperatif dalam kasus yang melibatkan pegawai penjaga sekolah di TK ini. Maka dari kami harap kasus ini jangan sampai berlarut-larut karena sudah terjadi dari bulan Mei lalu," ujarnya.
Ia menyebutkan hingga saat ini dari pihak sekolah sudah 5 orang yang menjalani pemeriksaan sebagai saksi.
"5 orang dari pihak TK, termasuk saya, bahkan penjaga parkir dan keamanan sudah dipanggil juga oleh kepolisiian. Kami bingung, dengan hasil penyelidikan yang berlarut-larut ini," tambahnya.
Pihaknya pun akan terus memantau perkembangan proses penyidikan yang sudah berjalan 4 bulan namun belum ada kejelasan.
"Saya pribadi yakin menilai terlapor yang sudah bekerja di TK Mexindo sejak 1994 ini orangnya baik. Makanya saat ada tuduhan yang menimpanya saya sempat shock dan tidak percaya adanya kasus ini," bebernya.
Lanjut Siti, untuk kasus ini, pihaknya hanya bisa menunggu saja, karena kasus ini harus berhati-hati. Dan pihaknya akan bertindak jika putusan kepolisian sudah keluar. "Kami tidak akan diam saja, jika salah ya salah jika benar ya benar," tuntasnya.
Terkait dengan sistem pengawasan dan pembinaan peserta didik di sekolahnya, Siti mengaku sudah sejak lama prosedur pengawasan ketat di lingkungan sekolah TK yang dipimpinnya sangat ketat. Namun demikian pihaknya tidak terlalu kaku juga dalam menerapkan kebijakan terhadap peserta didik baru.
"Untuk seminggu pertama bagi peserta didik baru, kita biarkan orang tua masuk ke area sekolah mengawal sampai ke depan ruang kelas bahkan ke dalam. Tapi seminggu kemudian, jika si anak sudah bisa ditinggal. Orang tua murid tidak diwajibkan memasuki area TK. Penjagaan saat pulang orang tua boleh masuk ke ruang kelas," katanya.
"Kami juga informasikan setiap orang tua melalui grup whatssapp yang dimiliki setiap orang tua yang tergabung dalam paguyuban TK Mexindo, jika sudah jam pulang sekolah diperlsilahkan masuk menjemput anaknya, jadi dalam sistem pengawasan terhadap murid dari mulai masuk sampai pulang tidak ada celah orang lain atau orang asing," tegasnya.
Saat ditemui SINDO, S membantah semua tuduhan pelapor yang dialamatkan kepadanya sebagai pelaku kejahatan seksual. Ia menuturkan semua kegiatannya mulai subuh hingga sore, mulai dari ngepel lantai kelas B 1-6, menyapu halaman hingga menyiapkan perlengkapan pengeras suara dan alat musik.
"Bahkan kalau bel pulang sekolah berbunyi saya ikut jaga gerbang pagar sekolah sambil mengatur lalu lintas depan sekolah, menggantikan dua guru piket yang memang sejak pagi menyambut kedatangan murid-murid," kata ayah anak dua yang tinggal di sekolah TK tempatnya bekerja itu, Senin (21/8/2017).
Pria yang sejak 1994 mengabdi sebagai penjaga sekolah di sekolah TK Negeri hasil kerjasama Mexico dan Indonesia itu membantah semua tuduhan itu.
"Kalau jam pulang sekolah (pukul 10.30 WIB) hingga sekolah sepi saya jaga gerbang, sambil mengatur lalu lintas, tak pernah sekalipun masuk ke ruang kelas baik A maupun B," katanya.
Saat orangtua QZ dan AL telat menjemput, UD mengaku tak melihat keduanya dijemput. "Karena saat itu sibuk mengatur parkir dan lalu lintas depan sekolah. Jadi saya sibuk mengatur parkir dan lalu lintas tiap hari itu yang saya lakukan hingga kondisi (dalam dan luar) sekolah sepi," ungkapnya.
Senada diungkapkan Lilis, Wali Kelas Kelas A (ruang Kegiatan Belajar Mengajar korban) yang mengaku kecil kemungkinan kejahatan seksual itu terjadi di sekolahnya.
Ia menegaskan, jika ada orang tua murid yang telat menjemput, pihaknya mengawasi terus hingga datang kedua orang tuanya untuk menjemput ke ruang kelas.
"Kebiasaan kami kalau masih ada murid yang belum dijemput. Kita awasi, saat itu QZ dan AL, sambil menunggu orang tuanya menjemput berada di ruang kelas sama saya diawasi terus sambil memberitahukan melalui grup whatsapp orang tua murid," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah TK Negeri Mexindo Kota Bogor, Siti Sofiah mengaku sudah dimintai keterangan juga sebagai saksi. Pihaknya hingga saat ini sudah kooperatif mengikuti proses hukum.
Bahkan pihaknya sangat berharap pihak penegak hukum agar cepat menyelesaikan tahap proses penyidikan hingga ada kepastian dan kejelasan hukum.
"Kami kooperatif dalam kasus yang melibatkan pegawai penjaga sekolah di TK ini. Maka dari kami harap kasus ini jangan sampai berlarut-larut karena sudah terjadi dari bulan Mei lalu," ujarnya.
Ia menyebutkan hingga saat ini dari pihak sekolah sudah 5 orang yang menjalani pemeriksaan sebagai saksi.
"5 orang dari pihak TK, termasuk saya, bahkan penjaga parkir dan keamanan sudah dipanggil juga oleh kepolisiian. Kami bingung, dengan hasil penyelidikan yang berlarut-larut ini," tambahnya.
Pihaknya pun akan terus memantau perkembangan proses penyidikan yang sudah berjalan 4 bulan namun belum ada kejelasan.
"Saya pribadi yakin menilai terlapor yang sudah bekerja di TK Mexindo sejak 1994 ini orangnya baik. Makanya saat ada tuduhan yang menimpanya saya sempat shock dan tidak percaya adanya kasus ini," bebernya.
Lanjut Siti, untuk kasus ini, pihaknya hanya bisa menunggu saja, karena kasus ini harus berhati-hati. Dan pihaknya akan bertindak jika putusan kepolisian sudah keluar. "Kami tidak akan diam saja, jika salah ya salah jika benar ya benar," tuntasnya.
Terkait dengan sistem pengawasan dan pembinaan peserta didik di sekolahnya, Siti mengaku sudah sejak lama prosedur pengawasan ketat di lingkungan sekolah TK yang dipimpinnya sangat ketat. Namun demikian pihaknya tidak terlalu kaku juga dalam menerapkan kebijakan terhadap peserta didik baru.
"Untuk seminggu pertama bagi peserta didik baru, kita biarkan orang tua masuk ke area sekolah mengawal sampai ke depan ruang kelas bahkan ke dalam. Tapi seminggu kemudian, jika si anak sudah bisa ditinggal. Orang tua murid tidak diwajibkan memasuki area TK. Penjagaan saat pulang orang tua boleh masuk ke ruang kelas," katanya.
"Kami juga informasikan setiap orang tua melalui grup whatssapp yang dimiliki setiap orang tua yang tergabung dalam paguyuban TK Mexindo, jika sudah jam pulang sekolah diperlsilahkan masuk menjemput anaknya, jadi dalam sistem pengawasan terhadap murid dari mulai masuk sampai pulang tidak ada celah orang lain atau orang asing," tegasnya.
(ysw)