Runway Bandara Soetta Dinilai Tidak Standar Internasional
A
A
A
TANGERANG - Runway Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang, Banten, dinilai tidak standar internasional. Kualitas aspal dan jalannya bergelombang, sehingga sangat rawan terjadi kecelakaan pesawat.
Wakil Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Captain Leo Bagoes Perkasa mengatakan, kondisi runway di Bandara Soetta membuat maskapai penerbangan dari luar negeri takut untuk mendarat di Indonesia. "Dampak dari runway yang buruk adalah rusaknya pesawat dan terganggunya kenyamanan penumpang. Karena pesawat kita diciptakan bukan untuk offroad," kata Leo, kepada KORAN SINDO pada Jumat (18/8/2017).
Menurut Leo, hanya di Indonesia tidak ada landasan pesawat yang rata, semua bergelombang. Akibat terburuk dari rusaknya runway bandara adalah pesawat akan tergelincir dan roda assnya patah.
Pergerakan pesawat di dua landasan Bandara Soetta saat ini sudah mencapai 100 pergerakan pesawat per jamnya. Sayangnya, kata Leo, hal itu tidak diikuti dengan perbaikan runway pesawat.
"Bandara Soetta ini sudah sangat overload dengan penumpang, tapi kenapa yang diperbagus malahan terminalnya. Landasannya dong yang dibangun, jangan terminalnya saja," ujarnya.
Masalah ini, sebenarnya sudah diketahui oleh semua stakeholder. Namun, semua selalu beralasan minimnya biaya perawatan. Padahal, yang menjadi masalah utama adalah kemauan.
"Upaya ini sudah kita lakukan sejak 2015, tapi hasilnya belum ada. Terbentur sama biaya," ucapnya. Bicara keselamatan penerbangan, menurut Leo, harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan semua unsur kepentingan yang ada. Apalagi, bandara merupakan aset vital yang harus dijaga.
"Jadi kalau di luar negeri itu perawatan bandara melibatkan unsur pilot untuk perhitungan dan segala macamnya. Tapi di sini tidak bisa dipaksakan. Kami hanya bisa mengingatkan saja," katanya.
Leo mencontohkan, seperti kerusakan runway di Bandara Halim Perdanakusuma membuat keberangkatan rombongan jamaah haji Indonesia jadi terganggu dan dialihkan."Padahal kasus yang terjadi di Halim adalah yang rusak hotmix-nya. Sedangkan landasan airline-nya kuat. Tetapi cuma di-overline, katanya biar bagus, ya tidak bisa bagus-bagus," sambung Leo.
Maka itu, wajar rasanya jika penerbangan di Indonesia dianggap kurang aman di mata internasional. Namun kurangnya perhatian keselamatan penerbangan ini, bukan hanya terjadi di Bandara Soetta. Di wilayah Indonesia Timur misalkan, di sana banyak terdapat bandara, tetapi letaknya sangat bahaya.
Sementara itu, Manager Operation Manual Garuda Indonesia Ary Bharoto mengatakan, APG merupakan perwakilan Indonesia di The International Federation of Air Line Pilots Associations (IFALPA)."Masukan-masukan APG dalam pengembangan keselamatan penerbangan di Indonesia sangat baik. Apalagi jaringan yang dimiliki APG tidak hanya negara-negara di Asia, tetapi Eropa," jelasnya.
Ary mengakui, kualitas runway di Bandara Soetta memang kurang bagus. Pihaknya, dan sejumlah maskapai lain, bahkan sudah sering melaporkan hal ini. Namun, laporan itu seperti menguap saja.
"Paling tidak kita berharap ada perbaikan sistem yang lebih baik. Karena sistem report sudah ada. Jadi, diharapkan ada sinergi antara pihak airport, user, dan pemerintah. Sehingga ada solusi," katanya.
Dijelaskan dia, yang pertama harus dibenahi adalah landasan, dan snowding-nya. Sebab, karena hanya di Bandara Soetta, saat pesawat landing ada layangan yang menyangkut di pesawat.
"Belum lagi sekarang di Jakarta banyak yang jual sinar laser. Itu sangat mengganggu dunia penerbangan, dan bisa menyebabkan terjadinya kecelekaan pesawat terbang," ungkap Ary Bharoto.
Terpisah, Executive Vice President Asia/Pacific Accredited Aircraft Accident Investigator Captain Ishtique Hossain menjelaskan, isu runway safety sangat penting bagi operasional penerbangan."Sejumlah kejadian kecelakaan pesawat di beberapa bandara di Asia, disebabkan belum dimilikinya tim runway safety di bandara tersebut. Termasuk di Indonesia, belum ada tim runway safety," terangnya.
Meski begitu, dia optimistis dengan perkembangan keselamatan penerbangan di Indonesia, yang terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Apalagi, saat ini sudah ada tim idenpenden. "Indonesia sudah menunjukan adanya perkembangan ditingkat keselamatan, karena telah memiliki lembaga navigasi independen sesuai International Civil Aviation Organization," ucapnya.
Wakil Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Captain Leo Bagoes Perkasa mengatakan, kondisi runway di Bandara Soetta membuat maskapai penerbangan dari luar negeri takut untuk mendarat di Indonesia. "Dampak dari runway yang buruk adalah rusaknya pesawat dan terganggunya kenyamanan penumpang. Karena pesawat kita diciptakan bukan untuk offroad," kata Leo, kepada KORAN SINDO pada Jumat (18/8/2017).
Menurut Leo, hanya di Indonesia tidak ada landasan pesawat yang rata, semua bergelombang. Akibat terburuk dari rusaknya runway bandara adalah pesawat akan tergelincir dan roda assnya patah.
Pergerakan pesawat di dua landasan Bandara Soetta saat ini sudah mencapai 100 pergerakan pesawat per jamnya. Sayangnya, kata Leo, hal itu tidak diikuti dengan perbaikan runway pesawat.
"Bandara Soetta ini sudah sangat overload dengan penumpang, tapi kenapa yang diperbagus malahan terminalnya. Landasannya dong yang dibangun, jangan terminalnya saja," ujarnya.
Masalah ini, sebenarnya sudah diketahui oleh semua stakeholder. Namun, semua selalu beralasan minimnya biaya perawatan. Padahal, yang menjadi masalah utama adalah kemauan.
"Upaya ini sudah kita lakukan sejak 2015, tapi hasilnya belum ada. Terbentur sama biaya," ucapnya. Bicara keselamatan penerbangan, menurut Leo, harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan semua unsur kepentingan yang ada. Apalagi, bandara merupakan aset vital yang harus dijaga.
"Jadi kalau di luar negeri itu perawatan bandara melibatkan unsur pilot untuk perhitungan dan segala macamnya. Tapi di sini tidak bisa dipaksakan. Kami hanya bisa mengingatkan saja," katanya.
Leo mencontohkan, seperti kerusakan runway di Bandara Halim Perdanakusuma membuat keberangkatan rombongan jamaah haji Indonesia jadi terganggu dan dialihkan."Padahal kasus yang terjadi di Halim adalah yang rusak hotmix-nya. Sedangkan landasan airline-nya kuat. Tetapi cuma di-overline, katanya biar bagus, ya tidak bisa bagus-bagus," sambung Leo.
Maka itu, wajar rasanya jika penerbangan di Indonesia dianggap kurang aman di mata internasional. Namun kurangnya perhatian keselamatan penerbangan ini, bukan hanya terjadi di Bandara Soetta. Di wilayah Indonesia Timur misalkan, di sana banyak terdapat bandara, tetapi letaknya sangat bahaya.
Sementara itu, Manager Operation Manual Garuda Indonesia Ary Bharoto mengatakan, APG merupakan perwakilan Indonesia di The International Federation of Air Line Pilots Associations (IFALPA)."Masukan-masukan APG dalam pengembangan keselamatan penerbangan di Indonesia sangat baik. Apalagi jaringan yang dimiliki APG tidak hanya negara-negara di Asia, tetapi Eropa," jelasnya.
Ary mengakui, kualitas runway di Bandara Soetta memang kurang bagus. Pihaknya, dan sejumlah maskapai lain, bahkan sudah sering melaporkan hal ini. Namun, laporan itu seperti menguap saja.
"Paling tidak kita berharap ada perbaikan sistem yang lebih baik. Karena sistem report sudah ada. Jadi, diharapkan ada sinergi antara pihak airport, user, dan pemerintah. Sehingga ada solusi," katanya.
Dijelaskan dia, yang pertama harus dibenahi adalah landasan, dan snowding-nya. Sebab, karena hanya di Bandara Soetta, saat pesawat landing ada layangan yang menyangkut di pesawat.
"Belum lagi sekarang di Jakarta banyak yang jual sinar laser. Itu sangat mengganggu dunia penerbangan, dan bisa menyebabkan terjadinya kecelekaan pesawat terbang," ungkap Ary Bharoto.
Terpisah, Executive Vice President Asia/Pacific Accredited Aircraft Accident Investigator Captain Ishtique Hossain menjelaskan, isu runway safety sangat penting bagi operasional penerbangan."Sejumlah kejadian kecelakaan pesawat di beberapa bandara di Asia, disebabkan belum dimilikinya tim runway safety di bandara tersebut. Termasuk di Indonesia, belum ada tim runway safety," terangnya.
Meski begitu, dia optimistis dengan perkembangan keselamatan penerbangan di Indonesia, yang terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Apalagi, saat ini sudah ada tim idenpenden. "Indonesia sudah menunjukan adanya perkembangan ditingkat keselamatan, karena telah memiliki lembaga navigasi independen sesuai International Civil Aviation Organization," ucapnya.
(whb)