Pengamat Ingatkan Perawatan Kereta Tanpa Awak Masinis
A
A
A
JAKARTA - Pengoperasian skytrain yang merupakan kereta tanpa awak untuk transportasi antarterminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) wajib dipikirkan perawatannya. Sebab, masalah perawatan merupakan masalah yang kerap terjadi di Indonesia.
"Jangan lupakan, negara ini sangat bagus dalam membangun. Tapi soal merawat, kita masih minim. Jika ingin awet dan tahan lama, perawatannya harus dipikirkan," ungkap pengamat tata kota Nirwono Jogo terkait uji coba skytrain Bandara Soeta, Selasa (15/8/2017).
Menurut Nirwono, pembangunan skytrain bandara memang merupakan hal yang bagus. Ini merupakan langkah maju dari pembangunan fasilitas bandara di Indonesia. Kondisi ini, lanjut Nirwono, harus ditularkan kepada bandara bandara lain di Indonesia.
Namun, Nirwono menilai, kondisi Bandara Soetta cukup buruk dalam integrasi di luar bandara. Para penumpang cukup sulit dalam berpindah terminal. Alhasil beberapa di antaranya terpaksa menggunakan uang tambahan.
Karena itu, Nirwono menyarankan konsep integrasi wajib dipikirkan. "Wacana pembangunan pun harus berani. Tidak hanya dalam jangka waktu 20 tahun melainkan 50 tahun, demi menciptakan kota bandara yang modern. Termasuk akses transportasi dan kemudahan dan bergerak satu kawasan, ini wajib dipikirkan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Automated People Mover System atau skytrain yang merupakan kereta tanpa awak untuk transportasi antarterminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) mulai diuji coba selama satu bulan sejak 13 Agustus 2017.
Uji coba ini dilakukan pada track A yakni dari terminal 3 ke terminal 2 dan sebaliknya. Di mana, setelah masa uji coba selesai maka pada pertengahan September, skytrain akan langsung dioperasikan untuk melayani perpindahan penumpang di kedua terminal tersebut.( Baca: Kereta Tanpa Masinis Bandara Soetta Diuji Coba )
"Jangan lupakan, negara ini sangat bagus dalam membangun. Tapi soal merawat, kita masih minim. Jika ingin awet dan tahan lama, perawatannya harus dipikirkan," ungkap pengamat tata kota Nirwono Jogo terkait uji coba skytrain Bandara Soeta, Selasa (15/8/2017).
Menurut Nirwono, pembangunan skytrain bandara memang merupakan hal yang bagus. Ini merupakan langkah maju dari pembangunan fasilitas bandara di Indonesia. Kondisi ini, lanjut Nirwono, harus ditularkan kepada bandara bandara lain di Indonesia.
Namun, Nirwono menilai, kondisi Bandara Soetta cukup buruk dalam integrasi di luar bandara. Para penumpang cukup sulit dalam berpindah terminal. Alhasil beberapa di antaranya terpaksa menggunakan uang tambahan.
Karena itu, Nirwono menyarankan konsep integrasi wajib dipikirkan. "Wacana pembangunan pun harus berani. Tidak hanya dalam jangka waktu 20 tahun melainkan 50 tahun, demi menciptakan kota bandara yang modern. Termasuk akses transportasi dan kemudahan dan bergerak satu kawasan, ini wajib dipikirkan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Automated People Mover System atau skytrain yang merupakan kereta tanpa awak untuk transportasi antarterminal di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) mulai diuji coba selama satu bulan sejak 13 Agustus 2017.
Uji coba ini dilakukan pada track A yakni dari terminal 3 ke terminal 2 dan sebaliknya. Di mana, setelah masa uji coba selesai maka pada pertengahan September, skytrain akan langsung dioperasikan untuk melayani perpindahan penumpang di kedua terminal tersebut.( Baca: Kereta Tanpa Masinis Bandara Soetta Diuji Coba )
(whb)