Menengok Cara Pembuatan Golok Betawi di Setu Babakan
A
A
A
JAKARTA - Golok betawi merupakan bagian dari peradaban masyarakat Betawi. Orang Betawi percaya jika golok ini memiliki unsur magnet tersendiri bagi pemiliknya, berikut filosofis dan pemaknaan yang terkandung dalam golok Betawi.
Masyarakat Betawi percaya, jika pada Zaman dahulu, si penempa atau pembuat golok merupakan orang yang disucikan. Biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan pembuat golok.
Masyarakat saat ini hanya mengetahui golok dalam bentuk jadi, namun belum tentu mengetahui bagaimana proses pembuatan golok itu sendiri.
Seorang pandai besi dari Kampus Bamboe Sanggabuana Kali Pasanggrahan, Defit memperlihatkan proses pembuatan golok Betawi. Besi yang masih membara ditempatkan di paron (alas tempaan) yang kemudian di pukul dengan menggunakan palu untuk memipih bahan yang terbuat dari besi atau baja tersebut.
Penempaan ini dilakukan berulang kali dengan panas yang tinggi hingga bahan golok ini mudah dibentuk sesuai dengan yang diingin kan. Setelah terbentuk, kemudian dirapikan dengan menggunakan ampelas.
Menurutnya, jika proses penempaan golok ini dilakukan secara tradisional bisa selesai hingga berminggu-minggu. "Bisa berminggu-minggu, paling cepet seminggu," katanya ketika ditemui di Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu 30 Agustus 2017.
Jenis bahan, ketebalan, dan perlakuan panas pada saat pembakaran serta penempaan pun berpengaruh pada lama dan tidaknya proses penempaan. Begitu pun permintaan bentuk golok yang diinginkan pemesan.
"Proses pembuatan, kalau kami bahannya bisa dari pabrikasi atau limbah. Bahan itu relatif. Tergantung permintaanya dan di sesuaikan peruntukannya," jelasnya.
Pasalnya semua golok memiliki modelnya masing-masing, namun untuk golok Betawi ini ciri khasnya ada di gagang goloknya yang runcing. Masyaraat Betawi biasa menyebutnya 'gagang jengkolan'.
"Semua golok manapun punya style yang berbeda bentuk baik dari sarung, tebal tipis, lengkungan bilah, gagang dan simpai, dan biasanya ada cirinya. Nah kalo betawi ini khasnya di gagang jengkolan," ujarnya.
Namun untuk bahan sengaja pihak Kampus Bamboe Sanggabuana Kali Pasanggrahan menggunakan bahan limbah. Karena selain mendaur ulang agar tak terbuang sia-sia, juga bahan tersebut memiliki tantangan tersendiri pada saat pembuatan atau pembentukan golok.
Biasanya limbah yang digunakan adalah baja bekas per mobil atau andong. Untuk kualitas yang dihasilkan dari bahan tersebut sangat bagus, baik dari segi kualitas serta hasil ketajamannya.
Masyarakat Betawi percaya, jika pada Zaman dahulu, si penempa atau pembuat golok merupakan orang yang disucikan. Biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan pembuat golok.
Masyarakat saat ini hanya mengetahui golok dalam bentuk jadi, namun belum tentu mengetahui bagaimana proses pembuatan golok itu sendiri.
Seorang pandai besi dari Kampus Bamboe Sanggabuana Kali Pasanggrahan, Defit memperlihatkan proses pembuatan golok Betawi. Besi yang masih membara ditempatkan di paron (alas tempaan) yang kemudian di pukul dengan menggunakan palu untuk memipih bahan yang terbuat dari besi atau baja tersebut.
Penempaan ini dilakukan berulang kali dengan panas yang tinggi hingga bahan golok ini mudah dibentuk sesuai dengan yang diingin kan. Setelah terbentuk, kemudian dirapikan dengan menggunakan ampelas.
Menurutnya, jika proses penempaan golok ini dilakukan secara tradisional bisa selesai hingga berminggu-minggu. "Bisa berminggu-minggu, paling cepet seminggu," katanya ketika ditemui di Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu 30 Agustus 2017.
Jenis bahan, ketebalan, dan perlakuan panas pada saat pembakaran serta penempaan pun berpengaruh pada lama dan tidaknya proses penempaan. Begitu pun permintaan bentuk golok yang diinginkan pemesan.
"Proses pembuatan, kalau kami bahannya bisa dari pabrikasi atau limbah. Bahan itu relatif. Tergantung permintaanya dan di sesuaikan peruntukannya," jelasnya.
Pasalnya semua golok memiliki modelnya masing-masing, namun untuk golok Betawi ini ciri khasnya ada di gagang goloknya yang runcing. Masyaraat Betawi biasa menyebutnya 'gagang jengkolan'.
"Semua golok manapun punya style yang berbeda bentuk baik dari sarung, tebal tipis, lengkungan bilah, gagang dan simpai, dan biasanya ada cirinya. Nah kalo betawi ini khasnya di gagang jengkolan," ujarnya.
Namun untuk bahan sengaja pihak Kampus Bamboe Sanggabuana Kali Pasanggrahan menggunakan bahan limbah. Karena selain mendaur ulang agar tak terbuang sia-sia, juga bahan tersebut memiliki tantangan tersendiri pada saat pembuatan atau pembentukan golok.
Biasanya limbah yang digunakan adalah baja bekas per mobil atau andong. Untuk kualitas yang dihasilkan dari bahan tersebut sangat bagus, baik dari segi kualitas serta hasil ketajamannya.
(ysw)