Psikolog: Kelompok Gay Cenderung Ekslusif

Selasa, 23 Mei 2017 - 07:40 WIB
Psikolog: Kelompok Gay Cenderung Ekslusif
Psikolog: Kelompok Gay Cenderung Ekslusif
A A A
DEPOK - Perilaku homoseksual pada dasarnya merupakan hal menyimpang. Pada kelompok ini mereka biasanya ekslusif karena mereka menyadari kelompok LGBT seperti ini tidak diterima oleh masyakarat.

Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, perilaku homoseksual dan praktik seks ini adalah perilaku menyimpang. Pada kelompok ini mereka biasanya ekslusif karena mereka menyadari kelompok LGBT seperti ini tidak diterima oleh masyakarat. "Karena sifatnya itulah mereka memilih tempat sendiri," kata Shinta kepada SINDOnews, Senin, 22 Mei 2017 malam tadi.

Saat bergabung dalam sebuah kelompok, mereka mendapatkan akses yang lebih 'mudah' untuk memenuhi kebutuhan kebutuhannya terkait pemuasan hasrat seksual. Selain itu mereka merasa 'diterima' dalam kelompok tersebut.

Sehingga mereka bisa melakukan aktivitas yang dapat 'dipahami' oleh kelompok mereka sendiri. "Adanya kesamaan pandangan dan kebutuhan biasanya membuat kelompok ini semakin kohesif dan eksklusif," ujarnya.

Shinta menuturkan, sebenarnya apa yang terjadi di Kelapa Gading bukan hal yang mengagetkan. Karena hal seperti ini banyak terjadi di masyarakat, hanya saja terselubung. "Jadi penangkapan ini sebenarnya hanya fenomena gunung es," ungkapnya.

Shinta mengungkapkan, hal ini banyak terjadi di masyakarat dengan tingkatan porno aksi yang berbeda-beda. Hanya saja tampaknya kelompok ini cukup besar sehingga banyak aktivitas yang mencurigakan bagi lingkungan sekitar. Kemudian penggunaan media sosial yang dapat menyebarkan pesan berantai juga dapat mempermudah kegiatan ini.
Pada kelompok seperti ini, biasanya ada yang benar-benar homoseksual ada pula yang sebenarnya hanya 'terbawa' kebiasaan kelompok. "Jadi bukan gay tulen tapi karena gaya hidup. Dan diperkirakan jumlah penganut homoseksual termasuk LGBT semakin meningkat," bebernya.

Dia menjelaskan, kaum ini ada yang memang terjadi karena genetik. Sehingga secara hormonal lebih besar ke lawan jenis, misalnya laki-laki tapi hormon progesteronnya besar dan sebaliknya. Shinta mengutip pada Kemenkes tahun 2012 bahwa ada sekitar 1.095.970 jiwa yang berperilaku menyimpang.

Jumlah ini naik 37% dari tahun 2009. "Karena adanya perubahan terhadap nilai nilai seksual berkencan dengan sesama dianggap memiliki arti yang berbeda, anti mainstream dan tentunya menjadi eksklusif," katanya.

Dengan demikian menjadi gay merupakan satu pilihan. Selain itu sekarang kaum gay ini lebih membuka diri sehingga adanya peningkatan bisa jadi karena sekarang mereka coming out (mengaku). "Mereka merasa berani mengaku karena gaya hidup gay menjadi pilihan dan tidak mengganggu orang lain," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7985 seconds (0.1#10.140)