MMS Siapkan Rp1,3 T Bangun Interchange Balaraja dan Cikupa
A
A
A
TANGERANG - Pengelola Tol Tangerang-Merak, Marga Mandala Sakti (MMS) akan membangun simpang susun Tol Balaraja dan Cikupa untuk memudahkan pengguna jalan memutar balik dari arah Jakarta-Merak dan sebaliknya.
Kepala Divisi Hukum dan Humas MMS, Indah Permanasari mengatakan, pembangunan simpan susun ini diharapkan bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan dan memudahkan pengendara yang dari arah Merak dan Jakarta untuk bisa memutar balik lagi tanpa harus ke jalan nasional.
"DED-nya (detail engineering design) sudah disetuji pemerintah. Saat ini kami sedang mengajukan dokumen-dokumen DED itu untuk dipelajari oleh Bina Marga. Nanti tahapan selanjutnya adalah pengadaan lahan yang akan disiapkan oleh pemerintah. Jadi sekarang progresnya masih ada di pemerintah," kata Indah saat ditemui Koran SINDO, Jumat (14/4/2017).
Menurut dia, pembangunan simpang susun Tol Balaraja dan Cikupa ini bukan hanya menguntungkan para pengguna tol, tapi juga pengguna jalan non-tol karena dapat lebih menghemat waktu dan menghindari kemacetan.
"Mudah-mudahan kemacetan di jalan nasional itu bisa cair dan juga pengguna jalan bisa merasakan kemudahan, serta kepraktisan bila dia dari Jakarta bisa balik lagi ke Jakarta, atau tiba-tiba mau ke Merak jadi tidak perlu melewati jalan nasional atau berputar lagi ke Ciujung dan berputar masuk ke jalan tol lainnya," ungkapnya.
Selain pembangunan interchange atau simpang susun tol, MMS juga akan melakukan pembangunan penambahan lajur keempat. Proses pembangunan akan segera dilakukan secara bertahap, dimulai dari wilayah bawah.
"Kalau bisa, ditahun ini bisa dilakukan, atau tahun depan. Anggaran untuk membangun keseluruhan cukup besar, mencapai Rp1,3 triliun. Itu termasuk penambahan lajur ke empat, dan pembangunan simpang susun Cikupa maupun Balaraja. Nanti ada pendekatan lalinnya. Kalau sudah mendekati 80%, itu yang diprioritaskan," tuturnya.
Tantangan besar yang dihadapi MMS dalam pembangunan interchange atau simpang susun dan pelebaran lajur keempat adalah pembebasan lahan seluas 20 hektare lebih yang saat ini sedang digodok pemerintah.
"Baru disampaikan kepada saya, nanti di akhir tahun ini akan dimulai pengadaan barang dan jasa pembangunan interchange Balaraja Timur. Tetapi memang sampai hari ini saya belum menerima gambarnya, baru inisiasinya saja. Karena terkait dengan banyak hal," kata Manager Pengadaan MMS Nanse Davy kepada Koran SINDO.
Sedangjab untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna tol dan mengatasi kemacetan akibat dihapusnya Gerbang Tol (GT) Karang Tengah, MMS sudah menyiapkan sejumlah antisipasi kemacetan yang terjadi di Cikupa.
Dengan dihapusnya GT Karang Tengah, pihaknya khawatir kemacetannya di GT Karang Tengah akan pindah ke Cikupa. Untuk itu, pihaknya telah siap melakukan upaya mengurai kemacetan dengan penambahan tiga gardu ke Merak.
"Kami sudah siap dengan melakukan penambahan gardu arah Merak tiga, enam sudah GTO, dua reguler. Selain itu juga lajur jalannya mainline sudah ada tiga yang eksisting. Untuk Bitung-Cikupa sudah ada empat lajur yang mengarah ke Merak. Jadi kesiapan MMS sudah 100% dan selama pembangunan tidak ada kemacetan," katanya.
Kepala Divisi Hukum dan Humas MMS, Indah Permanasari mengatakan, pembangunan simpan susun ini diharapkan bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan dan memudahkan pengendara yang dari arah Merak dan Jakarta untuk bisa memutar balik lagi tanpa harus ke jalan nasional.
"DED-nya (detail engineering design) sudah disetuji pemerintah. Saat ini kami sedang mengajukan dokumen-dokumen DED itu untuk dipelajari oleh Bina Marga. Nanti tahapan selanjutnya adalah pengadaan lahan yang akan disiapkan oleh pemerintah. Jadi sekarang progresnya masih ada di pemerintah," kata Indah saat ditemui Koran SINDO, Jumat (14/4/2017).
Menurut dia, pembangunan simpang susun Tol Balaraja dan Cikupa ini bukan hanya menguntungkan para pengguna tol, tapi juga pengguna jalan non-tol karena dapat lebih menghemat waktu dan menghindari kemacetan.
"Mudah-mudahan kemacetan di jalan nasional itu bisa cair dan juga pengguna jalan bisa merasakan kemudahan, serta kepraktisan bila dia dari Jakarta bisa balik lagi ke Jakarta, atau tiba-tiba mau ke Merak jadi tidak perlu melewati jalan nasional atau berputar lagi ke Ciujung dan berputar masuk ke jalan tol lainnya," ungkapnya.
Selain pembangunan interchange atau simpang susun tol, MMS juga akan melakukan pembangunan penambahan lajur keempat. Proses pembangunan akan segera dilakukan secara bertahap, dimulai dari wilayah bawah.
"Kalau bisa, ditahun ini bisa dilakukan, atau tahun depan. Anggaran untuk membangun keseluruhan cukup besar, mencapai Rp1,3 triliun. Itu termasuk penambahan lajur ke empat, dan pembangunan simpang susun Cikupa maupun Balaraja. Nanti ada pendekatan lalinnya. Kalau sudah mendekati 80%, itu yang diprioritaskan," tuturnya.
Tantangan besar yang dihadapi MMS dalam pembangunan interchange atau simpang susun dan pelebaran lajur keempat adalah pembebasan lahan seluas 20 hektare lebih yang saat ini sedang digodok pemerintah.
"Baru disampaikan kepada saya, nanti di akhir tahun ini akan dimulai pengadaan barang dan jasa pembangunan interchange Balaraja Timur. Tetapi memang sampai hari ini saya belum menerima gambarnya, baru inisiasinya saja. Karena terkait dengan banyak hal," kata Manager Pengadaan MMS Nanse Davy kepada Koran SINDO.
Sedangjab untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna tol dan mengatasi kemacetan akibat dihapusnya Gerbang Tol (GT) Karang Tengah, MMS sudah menyiapkan sejumlah antisipasi kemacetan yang terjadi di Cikupa.
Dengan dihapusnya GT Karang Tengah, pihaknya khawatir kemacetannya di GT Karang Tengah akan pindah ke Cikupa. Untuk itu, pihaknya telah siap melakukan upaya mengurai kemacetan dengan penambahan tiga gardu ke Merak.
"Kami sudah siap dengan melakukan penambahan gardu arah Merak tiga, enam sudah GTO, dua reguler. Selain itu juga lajur jalannya mainline sudah ada tiga yang eksisting. Untuk Bitung-Cikupa sudah ada empat lajur yang mengarah ke Merak. Jadi kesiapan MMS sudah 100% dan selama pembangunan tidak ada kemacetan," katanya.
(dam)