Artis Konsumsi Sabu, Psikolog: Lebih Kepada Eksistensi Saja
A
A
A
JAKARTA - Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan, narkoba memang bisa digunakan oleh siapa saja. Baik dari kalangan artis atau orang biasa, berpendidikan atau tidak dan orang yang punya uang atau tidak. Pemicunya sebagian besar diawali oleh pergaulan.
"Mencoba karena ada teman yang menawari, atau tidak enak menolak ajakan teman. Akhirnya dia terjebak," kata Shinta, Minggu (26/3/2017).
Ketika masuk dalam dunia hitam narkoba akan sulit lepas. Karena sekali terjebak akan terus berkecimpung di dalamnya. Karena narkoba bersifat adiktif atau kecanduan. Secara fisik, otak akan selalu menagih asupan narkoba.
Kemudian secara psikologis juga terjadi adiksi. Sehingga sulit sekali untuk lepas kecuali dengan kemauan yang kuat atau terapi khusus. "Gaya hidup yang lebih dominan mengapa seseorang masuk dan terlibat dalam narkoba," tegasnya.
Bukan tanpa sebab, kata dia, karena lingkungan di sekitar Ridho juga demikian. Lingkungan artis ini rentan. Dari sisi pekerjaan lebih banyak malam hari dan terus menerus sehingga memang dibutuhkan stamina yang baik. Sehingga dia merasa perlu kekuatan khusus.
"Yang paling mudah ya pakai obat atau narkoba. Inilah yang dilihat oleh para pedagang narkoba sehingga menjadi 'peluang' untuk jualan narkoba," katanya.
Dari sisi keuangan pun artis memang berkecukupan. Sehingga mereka bisa membeli barang haram itu sesuai kebutuhannya. Diakui dia memang ada kepribadian yang lebih mudah terkena narkoba. Biasanya karena kurang percaya diri, mudah terpengaruh, kurang bisa menghadapi tantangan. "Ini lebih ke eksistensi sebenarnya," katanya.
Dengan menggunakan narkoba si artis pun menjadi seolah lebih diterima di lingkungannya. Jika dilihat dari jam kerja, Shinta menuturkan, dunia pekerjaan diluar keartisan pun banyak yang terbilang padat. Dia melihat alasan Ridho memakai narkoba lebih pada eksistensi saja.
"Kalau jam kerja padat sebenarnya bukan artis saja, tetapi memang kalau yang lain biasanya kerja working hour, artis biasa kerja jam malam tapi kan tergantung kepribadian atletnya sendiri," katanya.
"Mencoba karena ada teman yang menawari, atau tidak enak menolak ajakan teman. Akhirnya dia terjebak," kata Shinta, Minggu (26/3/2017).
Ketika masuk dalam dunia hitam narkoba akan sulit lepas. Karena sekali terjebak akan terus berkecimpung di dalamnya. Karena narkoba bersifat adiktif atau kecanduan. Secara fisik, otak akan selalu menagih asupan narkoba.
Kemudian secara psikologis juga terjadi adiksi. Sehingga sulit sekali untuk lepas kecuali dengan kemauan yang kuat atau terapi khusus. "Gaya hidup yang lebih dominan mengapa seseorang masuk dan terlibat dalam narkoba," tegasnya.
Bukan tanpa sebab, kata dia, karena lingkungan di sekitar Ridho juga demikian. Lingkungan artis ini rentan. Dari sisi pekerjaan lebih banyak malam hari dan terus menerus sehingga memang dibutuhkan stamina yang baik. Sehingga dia merasa perlu kekuatan khusus.
"Yang paling mudah ya pakai obat atau narkoba. Inilah yang dilihat oleh para pedagang narkoba sehingga menjadi 'peluang' untuk jualan narkoba," katanya.
Dari sisi keuangan pun artis memang berkecukupan. Sehingga mereka bisa membeli barang haram itu sesuai kebutuhannya. Diakui dia memang ada kepribadian yang lebih mudah terkena narkoba. Biasanya karena kurang percaya diri, mudah terpengaruh, kurang bisa menghadapi tantangan. "Ini lebih ke eksistensi sebenarnya," katanya.
Dengan menggunakan narkoba si artis pun menjadi seolah lebih diterima di lingkungannya. Jika dilihat dari jam kerja, Shinta menuturkan, dunia pekerjaan diluar keartisan pun banyak yang terbilang padat. Dia melihat alasan Ridho memakai narkoba lebih pada eksistensi saja.
"Kalau jam kerja padat sebenarnya bukan artis saja, tetapi memang kalau yang lain biasanya kerja working hour, artis biasa kerja jam malam tapi kan tergantung kepribadian atletnya sendiri," katanya.
(ysw)