TPST Bantar Gebang Perlu Direstorasi
A
A
A
JAKARTA - Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi dinilai sudah kronis. Kondisi tumpukan sampah perlu direstorasi.
Sekjen Koalisi Perkotaan Jakarta Ubaidillah mengatakan, saat ini Ibu Kota sudah darurat soal persampahan. Pola penanganan sampah dengan cara lama, yakni kumpul-angkut buang dan berakhir di TPST Bantar Gebang dengan menumpuk secara terbuka sudah harus ditinggalkan dan sudah saatnya menggunakan teknologi tinggi ramah lingkungan.
Menurut Ubaidillah, menggunakan teknologi pemusnah sampah dan mengubahnya menjadi energi adalah solusi tepat dan terbaik bagi kota Jakarta yang masuk dalam kategori darurat sampah. "TPST Bantar Gebang perlu restorasi dan redesain, sebab daya tampung serta daya dukung lingkungan sudah kronis. Gunungan sampah di sana harus dimusnahkan," kata Ubaidillah melalui pesan singkatnya kepada wartawan, Rabu (15/3/2017).
Wakil Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Ali Maulana Hakim mengungkapkan, Pemprov DKI sebenarnya sudah jauh hari merencanakan pengelolaan sampah menggunakan teknologi. Bahkan, pengelolaan sampah dengan teknologi bukan hanya dilakukan di TPST Bantar Gebang, juga dilakukan di kawasan Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kami sedang membangun Intermediate Treatment Facility (ITF) untuk pengelolaan sampah di Sunter. Sempat terjadi kendala dalam rencana pembangunan. Namun setelah melalui sosialisasi secara terus-menerus, pembangunan ITF berkapasitas 2.000 ton sampah/hari. Insya Allah dapat direalisasi tahun ini,” ujarnya.
Ali menuturkan, volume sampah yang berkisar 7.000 m3/hari itu tentunya tidak bisa hanya mengandalkan kondisi TPST Bantar Gebang yang saat ini sudah semakin padat. Untuk itu, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup terus berupaya menekan timbulnya sampah melalui pemberdayaan sampah.
"Kami terus menggalakkan bank sampah, sosialisasi pemilahan sampah, memberdayakan sampah menjadi barang produktif, dan sebagainya,” ujarnya
Sekjen Koalisi Perkotaan Jakarta Ubaidillah mengatakan, saat ini Ibu Kota sudah darurat soal persampahan. Pola penanganan sampah dengan cara lama, yakni kumpul-angkut buang dan berakhir di TPST Bantar Gebang dengan menumpuk secara terbuka sudah harus ditinggalkan dan sudah saatnya menggunakan teknologi tinggi ramah lingkungan.
Menurut Ubaidillah, menggunakan teknologi pemusnah sampah dan mengubahnya menjadi energi adalah solusi tepat dan terbaik bagi kota Jakarta yang masuk dalam kategori darurat sampah. "TPST Bantar Gebang perlu restorasi dan redesain, sebab daya tampung serta daya dukung lingkungan sudah kronis. Gunungan sampah di sana harus dimusnahkan," kata Ubaidillah melalui pesan singkatnya kepada wartawan, Rabu (15/3/2017).
Wakil Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Ali Maulana Hakim mengungkapkan, Pemprov DKI sebenarnya sudah jauh hari merencanakan pengelolaan sampah menggunakan teknologi. Bahkan, pengelolaan sampah dengan teknologi bukan hanya dilakukan di TPST Bantar Gebang, juga dilakukan di kawasan Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kami sedang membangun Intermediate Treatment Facility (ITF) untuk pengelolaan sampah di Sunter. Sempat terjadi kendala dalam rencana pembangunan. Namun setelah melalui sosialisasi secara terus-menerus, pembangunan ITF berkapasitas 2.000 ton sampah/hari. Insya Allah dapat direalisasi tahun ini,” ujarnya.
Ali menuturkan, volume sampah yang berkisar 7.000 m3/hari itu tentunya tidak bisa hanya mengandalkan kondisi TPST Bantar Gebang yang saat ini sudah semakin padat. Untuk itu, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup terus berupaya menekan timbulnya sampah melalui pemberdayaan sampah.
"Kami terus menggalakkan bank sampah, sosialisasi pemilahan sampah, memberdayakan sampah menjadi barang produktif, dan sebagainya,” ujarnya
(whb)