Pemkot Bogor Kaji Kemungkinan Banjir Bandang Akibat Pembangunan Tol BORR
A
A
A
BOGOR - Sejumlah kalangan menilai bencana banjir bandang yang menewaskan ibu dan anak di Budi Agung, Kelurahan Sukaresmi, Tanah Sareal, Kota Bogor, diduga akibat proyek lanjutan pembangunan Tol Bogor Ring Road (BORR) seksi IIB (Kedungbadak-Yasmin) di ruas Jalan Sholeh Iskandar.
Pasalnya, tol yang dibangun sepanjang 2,65 kilometer itu berada di atas median jalan secara layang sejak akhir Desember 2016, kurang memperhatikan dampak lingkungan. Salah satunya yakni, ratusan pohon yang rata-rata ketinggiannya mencapai 5-10 meter ditebang secara sporadis tanpa konsultasi dan kordinasi dengan pihak terkait, sehingga sempat menimbulkan reaksi keras dari warga sekitar.
Gatut Susanta tokoh masyarakat yang juga mantan anggota DPRD Kota Bogor mendesak Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto untuk membentuk tim kajian bencana banjir yang diduga akibat sporadisnya penebangan pohon untuk pembangunan Tol BORR.
"Dikarenakan kondisi curah hujan masih tinggi dan akan terus berlangsung sehingga diperlukan antisipasi bencana banjir susulan," kata Gatut yang mewakili elemen masyarakat Bogor Sahabats, Selasa (28/02/2017)
Adapun dasar pemikiran tentang penting pembentukan tim kajian bencana di antaranya di kawasan Budi Agung maupun Sukaresmi, Tanah Sareal, Kota Bogor belum pernah terjadi banjir bandang. "Kemudian di bawah ruas Jalan Raya Sholeh Iskandar terdapat (saluran air) kali dan melintasi tembok samping Kampus UIKA Bogor hingga ke belakang (Budi Agung)," jelas penggagas pemindahan ratusan pohon yang ditebang akibat Tol BORR itu.
Terkahir, lanjut Gatut, pihaknya menilai lanjutan proyek pembangunan Tol BORR seksi II B, yang saat ini sedang melakukan pengeboran atau pemasangan tiang pancang. "Hingga saat ini pihak ketiga dari PT Marga Sarana Jabar yang tengah mempekerjakan pembangunan Tol BORR sedang melakukan pembangunan struktur di bawah tanah sekitar jalan. Ini yang sangat dimungkinkan adanya material terlempar ke sungai (kali)," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinta Ciliwung (KPC) Een Irawan mengaku, belum bisa menyimpulkan banjir bandang disebabkan karena adanya proyek pembangunan Tol BORR yang sempat melakukan penebangan ratusan pohon.
"Kalau saya belum berani bilang besarnya debit air yang turun ke anak sungai karena pengaruh dari pohon yang ditebang di Jalan Sholeh Iskandar," terangnya.
Namun demikian pasca-banjir KPC telah menerjunkan tim untuk melakukan kajian dan jadi bahan diskusi yang hasilnya banjir bandang di Buron Agung cukup kompleks. "Mulai dari tingginya curah hujan, kemudian respan air di Kota Bogor terus berkurang. Banyaknya badan sungai yang kini sudah menyempit. Aliran air yang seharusnya mengalir secara lancar membuat air meluber ke pemukiman dan perkebunan juga. Bahkan pihaknya juga menilai buruknya kualitas tanggul dan beton dapat disebabkan karena jeleknya pembangunan," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengaku pihaknya sudah mendatangi keluarga korban yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang. Bima enggan berkomentar banyak terkait desakan dan tudingan sejumlah pihak yang menilai proyek Tol BORR sebagai salah satu penyebab banjir bandang.
"Saya juga sudah minta Bina Marga dibantu oleh aparatur wilayah untuk menelusuri sumber datangnya air dan mengkaji kemungkinan dugaan kaitan dengan pembangunan BORR," terangnya.
Sementara itu pasca-banjir bandang yang merobohkan tembok SMAN 2 Bogor hingga menewaskan ibu dan anak akibat luapan air kali di belakang tidak mampu menampung debit air dari irigasi Sukan Pelayangan saat ini sudah dibenahi. Selain para pekerja, puluhan pelajar SMAN 2 Bogor ikut membersihkan puing-puing dan halaman parkir sekolah.
"Saat itu banjir setinggi kurang-lebih 2 meter masuk area sekolah pukul 15.30 WIB, menjelang kegiatan proses belajar mengajar hampir selesai. Tiba-tiba ada murid yang teriak, air masuk! aduh motor saya terseret," kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Bogor Yulmadia.
Menurut Yulmadia, saat itu murid-murid sedang di kelas sehingga tidak menjadi korban. Meskipun, banyak kendaraan bermotor yang terseret di kawasan parkir sekolah. Korban meninggal malah dari warga yang rumahnya berada dekat sekolah. "Warga yang meninggal ada dua orang. Seorang ibu dan anaknya yang berusia 4 tahun," katanya.( Baca: Bogor Diterjang Banjir, Tiga Orang Tewas )
Pasalnya, tol yang dibangun sepanjang 2,65 kilometer itu berada di atas median jalan secara layang sejak akhir Desember 2016, kurang memperhatikan dampak lingkungan. Salah satunya yakni, ratusan pohon yang rata-rata ketinggiannya mencapai 5-10 meter ditebang secara sporadis tanpa konsultasi dan kordinasi dengan pihak terkait, sehingga sempat menimbulkan reaksi keras dari warga sekitar.
Gatut Susanta tokoh masyarakat yang juga mantan anggota DPRD Kota Bogor mendesak Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto untuk membentuk tim kajian bencana banjir yang diduga akibat sporadisnya penebangan pohon untuk pembangunan Tol BORR.
"Dikarenakan kondisi curah hujan masih tinggi dan akan terus berlangsung sehingga diperlukan antisipasi bencana banjir susulan," kata Gatut yang mewakili elemen masyarakat Bogor Sahabats, Selasa (28/02/2017)
Adapun dasar pemikiran tentang penting pembentukan tim kajian bencana di antaranya di kawasan Budi Agung maupun Sukaresmi, Tanah Sareal, Kota Bogor belum pernah terjadi banjir bandang. "Kemudian di bawah ruas Jalan Raya Sholeh Iskandar terdapat (saluran air) kali dan melintasi tembok samping Kampus UIKA Bogor hingga ke belakang (Budi Agung)," jelas penggagas pemindahan ratusan pohon yang ditebang akibat Tol BORR itu.
Terkahir, lanjut Gatut, pihaknya menilai lanjutan proyek pembangunan Tol BORR seksi II B, yang saat ini sedang melakukan pengeboran atau pemasangan tiang pancang. "Hingga saat ini pihak ketiga dari PT Marga Sarana Jabar yang tengah mempekerjakan pembangunan Tol BORR sedang melakukan pembangunan struktur di bawah tanah sekitar jalan. Ini yang sangat dimungkinkan adanya material terlempar ke sungai (kali)," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinta Ciliwung (KPC) Een Irawan mengaku, belum bisa menyimpulkan banjir bandang disebabkan karena adanya proyek pembangunan Tol BORR yang sempat melakukan penebangan ratusan pohon.
"Kalau saya belum berani bilang besarnya debit air yang turun ke anak sungai karena pengaruh dari pohon yang ditebang di Jalan Sholeh Iskandar," terangnya.
Namun demikian pasca-banjir KPC telah menerjunkan tim untuk melakukan kajian dan jadi bahan diskusi yang hasilnya banjir bandang di Buron Agung cukup kompleks. "Mulai dari tingginya curah hujan, kemudian respan air di Kota Bogor terus berkurang. Banyaknya badan sungai yang kini sudah menyempit. Aliran air yang seharusnya mengalir secara lancar membuat air meluber ke pemukiman dan perkebunan juga. Bahkan pihaknya juga menilai buruknya kualitas tanggul dan beton dapat disebabkan karena jeleknya pembangunan," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengaku pihaknya sudah mendatangi keluarga korban yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang. Bima enggan berkomentar banyak terkait desakan dan tudingan sejumlah pihak yang menilai proyek Tol BORR sebagai salah satu penyebab banjir bandang.
"Saya juga sudah minta Bina Marga dibantu oleh aparatur wilayah untuk menelusuri sumber datangnya air dan mengkaji kemungkinan dugaan kaitan dengan pembangunan BORR," terangnya.
Sementara itu pasca-banjir bandang yang merobohkan tembok SMAN 2 Bogor hingga menewaskan ibu dan anak akibat luapan air kali di belakang tidak mampu menampung debit air dari irigasi Sukan Pelayangan saat ini sudah dibenahi. Selain para pekerja, puluhan pelajar SMAN 2 Bogor ikut membersihkan puing-puing dan halaman parkir sekolah.
"Saat itu banjir setinggi kurang-lebih 2 meter masuk area sekolah pukul 15.30 WIB, menjelang kegiatan proses belajar mengajar hampir selesai. Tiba-tiba ada murid yang teriak, air masuk! aduh motor saya terseret," kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Bogor Yulmadia.
Menurut Yulmadia, saat itu murid-murid sedang di kelas sehingga tidak menjadi korban. Meskipun, banyak kendaraan bermotor yang terseret di kawasan parkir sekolah. Korban meninggal malah dari warga yang rumahnya berada dekat sekolah. "Warga yang meninggal ada dua orang. Seorang ibu dan anaknya yang berusia 4 tahun," katanya.( Baca: Bogor Diterjang Banjir, Tiga Orang Tewas )
(whb)