LSI Denny JA: Efek Antasari Azhar, Suara AHY-Sylvi Anjlok
A
A
A
JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan dari hasil quick count pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylvia Murni berada diposisi buncit dalam raihan suara hitung cepat tersebut.
Salah satu peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana mengatakan pasangan Ahok-Djarot 42,95 %, Anies-Sandi 40,77 % dan Agus-Sylvi hanya mengantongi 16,88 %. Menurut Ade, ada dua penyebab utama Agus-Sylvi terjun bebas dalam Pilkgub DKI 15 Februari 2017.
"Pertama, efek Antasari Azhar di hari tenang. Antasari menuduh SBY sebagai inisiator kriminalisasi terhadapnya. Bahkan peristiwa itu diberitakan secara meluas H-1sebelum pencoblosan," kata Ade di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Rabu (15/2/2017).
Usai Antasari membeberkan semuanya, SBY pun langsung menggelar konferensi pers untuk membantah apa yang diucapkan oleh mantan ketua KPK tersebut. "Meskipun SBY sudah membantah, namun efek elektoralnya tetap buruk bagi AHY," lanjut Ade.
Menurut Ade, faktor kedua yakni, golput lebih banyak terjadi di pendukung AHY. Golput mayoritas terjadi di kelas menengah bawah dengan tiga alasan.
"Alasan ekonomi yakni mayoritas bekerja sebagi buruh harian, lebih mengutamakan bekerja. Alasan teknisnya, masalah administrasi tidak lengkap, sulit untuk diurus. Sedangkan alasan politik, masih rendahnya tingkat kesadaran politik karena mengutamakan kebutuhan dasar," ujarnya.
Salah satu peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana mengatakan pasangan Ahok-Djarot 42,95 %, Anies-Sandi 40,77 % dan Agus-Sylvi hanya mengantongi 16,88 %. Menurut Ade, ada dua penyebab utama Agus-Sylvi terjun bebas dalam Pilkgub DKI 15 Februari 2017.
"Pertama, efek Antasari Azhar di hari tenang. Antasari menuduh SBY sebagai inisiator kriminalisasi terhadapnya. Bahkan peristiwa itu diberitakan secara meluas H-1sebelum pencoblosan," kata Ade di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Rabu (15/2/2017).
Usai Antasari membeberkan semuanya, SBY pun langsung menggelar konferensi pers untuk membantah apa yang diucapkan oleh mantan ketua KPK tersebut. "Meskipun SBY sudah membantah, namun efek elektoralnya tetap buruk bagi AHY," lanjut Ade.
Menurut Ade, faktor kedua yakni, golput lebih banyak terjadi di pendukung AHY. Golput mayoritas terjadi di kelas menengah bawah dengan tiga alasan.
"Alasan ekonomi yakni mayoritas bekerja sebagi buruh harian, lebih mengutamakan bekerja. Alasan teknisnya, masalah administrasi tidak lengkap, sulit untuk diurus. Sedangkan alasan politik, masih rendahnya tingkat kesadaran politik karena mengutamakan kebutuhan dasar," ujarnya.
(whb)