Kasus STIP, Amir Tewas Karena Pukulan di Ulu Hati
A
A
A
JAKARTA - Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara menggelar rekonstruksi kasus bullying terhadap Amirullah Adityas Putra (18). Dalam rekonstruksi ini, terungkap Amir tewas karena pukulan di sekitar uluh hati yang dilakukan salah satu tersangka.
Selain itu, kasus pembunuhan yang terjadi untuk kesekian kalinya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, dilakukan dengan penuh rencana, mulai dari mengumpulkan korban hingga merencanakan pemukulan.
"Jadi dari sekian banyak pemukulan yang terjadi. Korban tewas karena pukulan di Ulu hati," terang Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, Kompol Pujianto, di lokasi, Rabu (1/2/2017).
Dalam rekonstruksi ini, polisi melakukan 69 adegan yang dilakukan oleh lima tersangka dan peran pengganti, serta beberapa korban lainnya. Rekontruksi ini memfokuskan adegan pemukulan yang dilakukan para tersangka di sekitar loker gedung lantai 2 STIP.
Termasuk pemukulan yang dilakukan di dagu korbannya. "Semuanya ada 7 saksi, 5 saksi merupakan junior, dan 2 saksi dari tingkat 2," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Selasa (10/1/2017) lalu. Polisi sudah menetapkan lima orang sebagai tersangka. Mereka yaitu Sisko Mataheru, Willy Hasiholan, Iswanto, Akbar Ramadhan dan Jakario.
Amirullah Adityas Putra, taruna tingkat 1 STIP itu tewas setelah dipukul oleh seniornya. Selain Amirullah, ada lima siswa taruna lain yang juga diduga sebagai korban penganiayaan. Mereka adalah Ahmad Fajar, Ilham Wally, Bagus Budi Prayoga, Josua Simanjuntak dan Benny Syahril.
Terkait 69 rekonstruksi yang dilakukan. Terungkap pula penganiyaan yang dilakukan para tersangka dimulai sejak berada di Gedung Dormitory 4 Kamar DM 205 lantai 2, di ruang inilah para siswa senior melakukan pemukulan terhadap Amir dan lima teman seangkatannya.
Puji menjabarkan kenapa dirinya memfokuskan ke ruangan ini. Sebab, di ruangan ini menjadi awal masuk para seniornya ke tempat Amir, karena diruang ini pula CCTV tidak terekam."Jadi dimulai bagaimana siswa taruna tingkat 1 ini merembes ke Gedung Dormitory 4. Karena kan mereka masuk tidak lewat jalan utama," tutupnya.
Selain itu, kasus pembunuhan yang terjadi untuk kesekian kalinya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, dilakukan dengan penuh rencana, mulai dari mengumpulkan korban hingga merencanakan pemukulan.
"Jadi dari sekian banyak pemukulan yang terjadi. Korban tewas karena pukulan di Ulu hati," terang Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, Kompol Pujianto, di lokasi, Rabu (1/2/2017).
Dalam rekonstruksi ini, polisi melakukan 69 adegan yang dilakukan oleh lima tersangka dan peran pengganti, serta beberapa korban lainnya. Rekontruksi ini memfokuskan adegan pemukulan yang dilakukan para tersangka di sekitar loker gedung lantai 2 STIP.
Termasuk pemukulan yang dilakukan di dagu korbannya. "Semuanya ada 7 saksi, 5 saksi merupakan junior, dan 2 saksi dari tingkat 2," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Selasa (10/1/2017) lalu. Polisi sudah menetapkan lima orang sebagai tersangka. Mereka yaitu Sisko Mataheru, Willy Hasiholan, Iswanto, Akbar Ramadhan dan Jakario.
Amirullah Adityas Putra, taruna tingkat 1 STIP itu tewas setelah dipukul oleh seniornya. Selain Amirullah, ada lima siswa taruna lain yang juga diduga sebagai korban penganiayaan. Mereka adalah Ahmad Fajar, Ilham Wally, Bagus Budi Prayoga, Josua Simanjuntak dan Benny Syahril.
Terkait 69 rekonstruksi yang dilakukan. Terungkap pula penganiyaan yang dilakukan para tersangka dimulai sejak berada di Gedung Dormitory 4 Kamar DM 205 lantai 2, di ruang inilah para siswa senior melakukan pemukulan terhadap Amir dan lima teman seangkatannya.
Puji menjabarkan kenapa dirinya memfokuskan ke ruangan ini. Sebab, di ruangan ini menjadi awal masuk para seniornya ke tempat Amir, karena diruang ini pula CCTV tidak terekam."Jadi dimulai bagaimana siswa taruna tingkat 1 ini merembes ke Gedung Dormitory 4. Karena kan mereka masuk tidak lewat jalan utama," tutupnya.
(pur)