Melalui Jendela Geladak, Laras Luput dari Maut

Senin, 02 Januari 2017 - 04:08 WIB
Melalui Jendela Geladak,...
Melalui Jendela Geladak, Laras Luput dari Maut
A A A
JAKARTA - Sejumlah korban yang naik Kapal Zahro Express berencana berlibur di Pulau Tidung. Siapa sangka, rencana liburan akhir tahun itu menjadi bencana yang membuat 23 penumpang kapal tewas.

Diantara korban selamat, salah satunya Laras (16) gadis belia asal Tambun, Bekasi, Jawa Barat itu masih terbaring lemah di ruang IGD Rumah Sakit Atmajaya, Penjaringan, Jakarta Utara. Laras menderita luka bakar parah dua buah kaki dan tangannya dipenuhi luka bakar. Tercampur air garam laut, Laras tak hentinya berteriak kesakitan.

"Perih.. mah perih.. perih.. toloooongg. Perih ini," teriak Laras di bangsal perawatan IGD RS Atmajaya, Minggu 1 Januari 2017 siang.

Kondisi itu membuat ibunya, Ika Jatmika Sari (59) tak henti hentinya menangis. Ika tak kuasa melihat kondisi anaknya, sesekali ia berbisik meminta anaknya untuk tenang. Namun hal itu tak bisa berbuat banyak, sebab Ika masih tetap berteriak meminta tolong.

"Pengen usap badannya, tapi enggak bisa kan hampir semuanya kebakar, kulitnya jadi lembab," kata Ika sembari mengusap air mata menggunakan kerudung ungu.

Setelah disuntikan obat penenang, teriakan Laras berangsur surut. Meski demikian, dalam kondisi setengah sadar, Laras menceritakan bagaimana detail peristiwa naas itu terjadi, kebetulan saat kejadian Laras berada di Geladak kapal.

Geladak kapal kala itu dipenuhi asap hitam pekat. Nafasnya menjadi tersendat, lantaran kekurangan oksigen sesekali ia batuk lantaran asap tebal. Dengan tangan kiri menutup hidung dan mulut, Laras berjalan berlari menuju dek kapal melalui anak tangga Geladak. Namun hal itu menjadi sia sia, sebab akses keluar lebih dahulu tertutup api membara.

Di tengah kepekatan asap tebal, Laras melihat, beberapa penumpang dalam geladak mulai tak sadarkan kiri. Mereka diantaranya ada yang pingsan, terkena luka bakar dan berteriak kesakitan.

"Di tengah asap itu, aku mendengar suara kakak," tuturnya sembari mencari sumber suara.

Sang kakak kemudian memecahkan jendela sekitar 50x50 sentimeter yang membuka akses geladak dan dek. Lewat itulah, Laras kemudian keluar dari geladak. Sebab itulah hampir sebagian tubuhnya terbakar, lantaran jendela sudah di penuhi api.

Meski kala itu perih menderita sekejur tubuhnya. Laras dan kakanya kemudian loncat ke lautan dengan kondisi beberapa yang ikut terbakar.

Rasa perih, karena luka tercampur garam tak terasa. Menggunakan pelampung sterofoam persegi. Keduanya kemudian menjahui kapal yang tengah membara.

"Byarrr. Kapal setelah itu meledak, puing puing berhamburan ke atas, dan beberapa diantaranya mengenai penumpang yang terapung," tutur Ika menambahkan cerita itu.

Meski demikian, terkait apa yang menimpa anaknya, Ika sangat bersyukur. Meskipun seluruh tubuhnya nyaris mengalami luka bakar. Namun, Laras masih di selamatkan oleh tuhan, termasuk wajahnya yang tak terkena luka bakar.

Kurang Alat Penyelamat

Saat kejadian, Ika sendiri terpisah jauh dari anaknya, Laras. Ika bersama dengan suami, dan anaknya bungsunya, Jafar (8) berada di dek depan kapal menikmati pemandangan laut.

Menurutnya saat kejadian, kapal sendiri baru berjalan kurang lebih satu jam atau dua kilometer dari dermaga Kali Adem.

Kala itu, kapal tiba-tiba mengeluarkan asap tebal di sisi belakang. Dugaan kuat api itu berasal dari bagian mesin motor dalam kapal.

Tak lama asap mengepul tinggi, sekitar lima hingga 10 menit, api kemudian muncul menjangkung tinggi sekitar dua hingga tiga meter. Beberapa penumpang dan ABK kapal menjadi panik, suasana menjadi hiruk pikuk.

Bukanya menginformasikan kepada penumpang, ABK kapal, termasuk Nahkoda dan Kapten Kapal Motor (KKM) malah menceburkan diri ke laut dengan menggunakan rompi penyelamat (life jacket).

Kondisi ini membuat suasana semakin bertambah gaduh. Para penumpang berebut pelampung sterofoam persegi. Sebagian penumpang yang baik hati, kemudian berlari ke dek atas melemparkan beberapa pelampung yang berada di pinggiran kapal. Namun tetap jumlah tak cukup dengan penumpang yang mencapai 251 penumpang.

"Saya juga dilemparin pelampung, sebab orang itu melihat saya menggendong jafar (anaknya)," tuturnya.

Di tengah kepanikan, suaminya kemudian melempar Ika dan Jafar ke tengah lautan. Ika terombang ambing. Rasa panik membuat seluruh tubuhnya menjadi menggigil dingin. Padahal, kala itu langit cerah, air laut cukup hangat.

"Setelah saya di tarik suami ketengah kerumunan orang yang terapung," jelasnya.

Dalam kerumunan orang yang mengapung. Mereka kemudian membentuk lingkaran. Hal ini untuk memudahkan mereka agar dapat dicari ketika terombang ambing menjauhi lokasi kapal yang terbakar karena ombak laut.

"Kapalnya enggak tenggelam, tapi kebakar hangus kebakar,"

Gagal Liburan


Lain halnya dengan yang dialami oleh puluhan pegawai Diskotik X-One, Bogor, Jawa Barat. Moment tahun baru yang berlangsung di hari itu membuat 57 pegawai, diantara waiters, pemandu lagu, dan para Manager melakukan liburan ke kawasan pulau seribu. Rencana liburan ini akan berlangsung 2-3 hari.

Alih alih untuk menikmati liburan, malah menjadi bencana. KM Zahro Express yang mengakut mereka malah terbakar. Suasana menjadi drama sedih.

"Enggak tahu mas Binggung. Saya mau ngapain juga binggung," tutur Manda (23) salah satu pegawai X-one yang selamat dari kejadian itu.

Menurut Manda saat ini, sebagian dari pegawai yang ikut liburan itu tak diketahui keberadaannya. Komunikasi antara pegawai menjadi terputus sebab dipastikan ponsel mereka semua rusak, setelah terkena air laut.

"Sejauh ini baru pak Jeksen yang diketahui meninggal," keluh Manda.

Manda cukup bersyukur dengan kejadian ini. Ia tak percaya keberadaannya di luar dek bersama dengan dua rekannya, Fani (26) dan Siska (21) Membuat dirinya selamat. Sebab, beberapa kali temannya mengajak dirinya untuk masuk ke dalam geladak. Namun Manda menolak, karena ingin melihat pemandangan laut.

Manda ingat betul bagaimana kapal tersebut terbakar hebat. Dalam obrol santai dan ber-wefie ria. Asap pekat hitam keluar dari geladak kapal, diiringi teriakan lantang kebakaran.

"Beberapa orang langsung menceburkan diri ke laut," ucap Manda.

Dalam kepanikan diatas kapal. Manda dan rekannya bingung. Ia kemudian menarik sebuah pelampung di pinggir kapal, pelampung itu tak cukup besar, sebab difungsikan untuk anak kecil.

"Setelah itu kami langsung menceburkan diri ke laut," tuturnya.

Meski menggunakan pelampung, namun rasa aman tak kunjung datang. Sebab, dengan kondisi pelampung kecil, beban tiga orang tak mampu tertahan. Sesekali pelampung itu tenggelam, membuat ketiga menjadi panik, terlebih kala itu, ketiganya cukup jauh dari kumpulan para penumpang yang terombang ambing.

Tak lama berselang, datang sejumlah nelayan, kapal motor polisi, kapal sampah dinas kebersihan dan kapal pemadam kebakaran. "Kami setelah itu diangkut ke atas kapal untuk diselamatkan," jelasnya.

Polisi sendiri masih melakukan penyidikan, enam ABK, diantaran Nahkoda dan KKM sudah dimintai keterangan oleh petugas. Kuat dugaan, kapal terbakar karena korsleting listrik.

"Semuanya ABK sudah kami amankan. Penanganannya dilakukan oleh Dirpolair Polda Metro Jaya," tutup Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1048 seconds (0.1#10.140)