PKL Kota Tua Masih Marak, Uang Rp500 Juta Terbuang Sia-sia
A
A
A
JAKARTA - Penertiban PKL di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, yang menelan anggaran Rp500 juta dinilai sia-sia. Pasalnya, salah satu kawasan wisata murah meriah tersebut kian semrawut dan para PKL pun menguasai sekitaran Kota Tua.
Disisi lain pemusatan pedagang ke kawasan Jalan Cengkeh, Pinang Sia, Taman Sari, Jakarta Barat tak berjalan baik. Banyak pedagang mengeluhkan sepinya kawasan itu, padahal untuk perbaikan dan renovasi kawasan itu, Pemprov DKI telah mengocorkan dana lebih dari Rp2 miliar.
Pantauan KORAN SINDO semrawutnya Kota Tua terlihat sejak memasuki kawasan itu. Para PKL menguasai sejumlah jalan, di antaranya Jalan Bank, Jalan Kunir, dan Jalan Lada. Kondisi ini diperparah dengan sejumlah kendaraan pribadi dan umum yang parkir sembarang.
Kemacetan tak terhindarkan, lantaran jalanan menjadi sempit lantaran banyaknya kendaraan yang terparkir tidak pada tempatnya. Sejumlah pedagang mengaku terpaksa keluar dari Jalan Cengkeh lantaran sepinya tempat relokasi tersebut.
"Hampir sebagian pedagang keluar karena di sana enggak ada pembeli," kata Wandi (47) pedagang aksesori di Jalan Lada, Minggu, 20 November 2016 kemarin.
Wandi mengatakan, dirinya merupakan pedagang yang tergabung dalam Koperasi Pena Waskita. Artinya, pedagang sepertinya mempunyai hak berjualan di Jalan Cengkeh dan masuk dalam pedagang resmi.
Pedagang lainnya, Yanto (36) menuturkan, tak setuju dengan pemusatan PKL di Jalan Cengkeh, karena bukannya malah menambah penghasilan, justru membuuat penurunan yang drastis."Pengunjung tak lagi datang lantaran lokasinya yang jauh dari Museum Fatahilah. Makanya begitu Jumat, Sabtu, dan Minggu, banyak pedagang keluar dari Jalan Cengkeh," tuturnya.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi mengatakan, tahun ini Pemkot Jakarta Barat telah menganggarkan lebih dari Rp750 juta untuk penertiban PKL. Namun menjelang akhir Desember, anggaran itu tersisah kurang dari Rp200 juta.
Anas mengaku dengan nilai segitu, menjelang tutup anggaran uang tersebut sangat tidak cukup. Walaupun rutin melakukan penertiban, namun orang nomor satu Pemkot Jakarta Barat ini mengaku tidak semua pedagang mau untuk direlokasi ke Jalan Cengkeh.
"Dari 400 pedagang yang terdata, hanya 256 saja yang mau pindah. Sisanya mereka berjualan dipinggiran Kota Tua," ujarnya.
Terkait soal banyaknya kendaraan dan angkutan liar, Anas mengaku, telah memerintahkan Sudin Perhubungan untuk berjaga di sekitaran kawasan Kota Tua, dan menyiagakan tiga unit mobil derek.
Kadis UMKM Provinsi DKI Jakarta, Irwandi mengaku telah menghabiskan anggaran lebih dari Rp2 miliar untuk perbaikan dan peningkatan kualitas di Jalan Cengkeh. Peningkatan itu meliputi pembangunan tenda, penyediaan air bersih, dan bantuan modal."Semuanya telah turun pada Juni dan Juli lalu," ucap Irwandi.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo mengatakan tanpa konsep matang anggaran yang dikeluarkan Pemkot maupun Pemprov akan berjalan sia-sia. Untuk itu, Nirwono menyarankan agar DKI melakukan evaluasi terhadap penertiban tersebut.
Disisi lain pemusatan pedagang ke kawasan Jalan Cengkeh, Pinang Sia, Taman Sari, Jakarta Barat tak berjalan baik. Banyak pedagang mengeluhkan sepinya kawasan itu, padahal untuk perbaikan dan renovasi kawasan itu, Pemprov DKI telah mengocorkan dana lebih dari Rp2 miliar.
Pantauan KORAN SINDO semrawutnya Kota Tua terlihat sejak memasuki kawasan itu. Para PKL menguasai sejumlah jalan, di antaranya Jalan Bank, Jalan Kunir, dan Jalan Lada. Kondisi ini diperparah dengan sejumlah kendaraan pribadi dan umum yang parkir sembarang.
Kemacetan tak terhindarkan, lantaran jalanan menjadi sempit lantaran banyaknya kendaraan yang terparkir tidak pada tempatnya. Sejumlah pedagang mengaku terpaksa keluar dari Jalan Cengkeh lantaran sepinya tempat relokasi tersebut.
"Hampir sebagian pedagang keluar karena di sana enggak ada pembeli," kata Wandi (47) pedagang aksesori di Jalan Lada, Minggu, 20 November 2016 kemarin.
Wandi mengatakan, dirinya merupakan pedagang yang tergabung dalam Koperasi Pena Waskita. Artinya, pedagang sepertinya mempunyai hak berjualan di Jalan Cengkeh dan masuk dalam pedagang resmi.
Pedagang lainnya, Yanto (36) menuturkan, tak setuju dengan pemusatan PKL di Jalan Cengkeh, karena bukannya malah menambah penghasilan, justru membuuat penurunan yang drastis."Pengunjung tak lagi datang lantaran lokasinya yang jauh dari Museum Fatahilah. Makanya begitu Jumat, Sabtu, dan Minggu, banyak pedagang keluar dari Jalan Cengkeh," tuturnya.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Efendi mengatakan, tahun ini Pemkot Jakarta Barat telah menganggarkan lebih dari Rp750 juta untuk penertiban PKL. Namun menjelang akhir Desember, anggaran itu tersisah kurang dari Rp200 juta.
Anas mengaku dengan nilai segitu, menjelang tutup anggaran uang tersebut sangat tidak cukup. Walaupun rutin melakukan penertiban, namun orang nomor satu Pemkot Jakarta Barat ini mengaku tidak semua pedagang mau untuk direlokasi ke Jalan Cengkeh.
"Dari 400 pedagang yang terdata, hanya 256 saja yang mau pindah. Sisanya mereka berjualan dipinggiran Kota Tua," ujarnya.
Terkait soal banyaknya kendaraan dan angkutan liar, Anas mengaku, telah memerintahkan Sudin Perhubungan untuk berjaga di sekitaran kawasan Kota Tua, dan menyiagakan tiga unit mobil derek.
Kadis UMKM Provinsi DKI Jakarta, Irwandi mengaku telah menghabiskan anggaran lebih dari Rp2 miliar untuk perbaikan dan peningkatan kualitas di Jalan Cengkeh. Peningkatan itu meliputi pembangunan tenda, penyediaan air bersih, dan bantuan modal."Semuanya telah turun pada Juni dan Juli lalu," ucap Irwandi.
Pengamat perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo mengatakan tanpa konsep matang anggaran yang dikeluarkan Pemkot maupun Pemprov akan berjalan sia-sia. Untuk itu, Nirwono menyarankan agar DKI melakukan evaluasi terhadap penertiban tersebut.
(whb)