Sandiaga Uno Berharap Jumlah Pengusaha Bertambah
A
A
A
JAKARTA - Persentase jumlah pengusaha di Indonesia diharapkan bertambah agar ekonomi Tanah Air bisa meningkat.
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan angka persentase masyarakat Indonesia yang menjadi pengusaha sudah cukup untuk jangka pendek.
Namun, kata dia, masih terlalu minim untuk jangka panjang bahkan negara sekelas Indonesia.
"Untuk sekarang cukup 2%, tapi untuk jangka panjang enggak cukup," ujarnya dalam acara yang digelar oleh DPP Pemuda Perindo bertajuk Young & Successful Menciptakan Pengusaha Kreatif dan Profesional di Kantor Pusat DPP Partai Perindo, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).
Alasannya, ungkap Founder PT Saratoga Investama Sedaya itu, negara tetangga seperti Singapura saja bisa mematok jumlah pengusahanya sekira 7% dari total penduduknya.
Bila Indonesia mampu merealisasikan angka ini, maka perekonomian Tanah Air pun akan terus bertumbuh. "Jumlah pengusaha 7% dari penduduk itu baru sehat perekonomian kita," katanya.
Namun, saat ini kenyataan di Indonesia adalah lebih banyak masyarakat yang mencari kerja ketimbang memberikan lapangan pekerjaan. "Makanya harus awalnya boleh 2%, jangka tengah 5%, 7% target akhirnya," tukasnya.
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan angka persentase masyarakat Indonesia yang menjadi pengusaha sudah cukup untuk jangka pendek.
Namun, kata dia, masih terlalu minim untuk jangka panjang bahkan negara sekelas Indonesia.
"Untuk sekarang cukup 2%, tapi untuk jangka panjang enggak cukup," ujarnya dalam acara yang digelar oleh DPP Pemuda Perindo bertajuk Young & Successful Menciptakan Pengusaha Kreatif dan Profesional di Kantor Pusat DPP Partai Perindo, Jakarta, Sabtu (19/11/2016).
Alasannya, ungkap Founder PT Saratoga Investama Sedaya itu, negara tetangga seperti Singapura saja bisa mematok jumlah pengusahanya sekira 7% dari total penduduknya.
Bila Indonesia mampu merealisasikan angka ini, maka perekonomian Tanah Air pun akan terus bertumbuh. "Jumlah pengusaha 7% dari penduduk itu baru sehat perekonomian kita," katanya.
Namun, saat ini kenyataan di Indonesia adalah lebih banyak masyarakat yang mencari kerja ketimbang memberikan lapangan pekerjaan. "Makanya harus awalnya boleh 2%, jangka tengah 5%, 7% target akhirnya," tukasnya.
(dam)