Nyaris Ambruk, Kondisi Pasar di Jakarta Memprihatinkan
A
A
A
JAKARTA - Keinginan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk merapikan sejumlah pasar tradisional di Jakarta hanya sesumbar. Wacana yang semestinya ada sejak awal 2016 lalu tak kunjung terlaksana hingga kini.
Padahal, sejumlah pasar kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Selain banyak yang lembab dan bocor, beberapa atap bangunan juga terlihat sudah mulai rapuh dan sewaktu-waktu bisa ambruk.
Pantauan Koran SINDO, di kawasan Pasar Slipi Jaya kondisinya benar-benar memprihatinkan. Ironisnya kondisi tersebut sudah berlangsung selama enam tahun.
Basement yang dahulu menjadi tempat parkir sekarang tak digenangi air sebatas betis. Kondisi di basement juga cukup gelap, pengap, dan bau.
Aliran listrik terputus lantaran rembasan air. "Berbahaya kalau dinyalakan, takut kesetrum," ucap Mahmud (36) tukang parkir di pasar itu, Selasa (18/10/2016).
Di lantai 1, kondisi jauh lebih baik, kios kios pasar terkondisi cukup terawat. Bangunan lembab tak lagi ditemukan, begitupun dengan lorong pasar, hanya cat memudar dan keramik retak yang terlihat dalam kondisi mengkhawatirkan.
Meski demikian, di lantai 2 pasar, kondisi cukup parah, anak tangga beralas besi di penuhi dengan lubang. Beberapa diantaranya bahkan berkarat dan dipenuhi kotoran binatang.
Lorong lorong pasar tak lagi nyaman untuk melakukan aktifitas. Selain dipenuhi oleh alas dan tembok yang gelap lembab dan berbau, sesekali tetesan air dari lantai tiga menetes membanjiri lantai ini.
"Kalau hujan besar bisa bocor dimana mana, kalau sudah gitu, kita lebih baik enggak jualan. Soalnya jualan juga enggak ada yang beli," keluh Sumiati (68) salah satu pedagang rempah.
Sumiati bercerita, sejak pertama kali dirinya berdagang di tahun 1974, pasar sendiri baru dua kali di renovasi. Karenanya tak aneh di tahun 2010 wacana tentang relokasi mencuat, setelah hak guna pakai bangunan habis. Namun wacana itu hanya janji belaka, lantaran hingga hari ini relokasi tak kunjung datang.
Sementara di lantai 3 pasar, kondisi jauh berbahaya. Rangka atap tak lagi sempurna, kayu kayu sudah mulai berjatuhan ke lantai. Asbes atap sudah banyak bolong dan pecah. Di lantai ini, lumut berbau banyak ditemukan di sejumlah tembok dan sudut ruangan.
Seorang penjaga pasar, Asep (47), mengatakan sudah bertahun-tahun kondisi pasar tak terawat. Ia mengutarakan, ketika hujan besar datang. Dirinya harus kerja ekstra membuang genangan air melalui saluran yang berada di pojokan.
"Yah kalau enggak gitu, kasihan pedagang di bawah, bisa kebanjiran," tuturnya.
Buruknya kondisi pasar juga terlihat di pasar Jembatan Besi II, Tambora Jakarta Barat. Di kawasan itu, kondisi pasar becek dan berbau menjadi pemandangan menarik. Adanya saluran air di tengah pasar membuat bau tak sedap seisi pasar.
Yatno (36) seorang pedang telur mengatakan, bila hujan datang. Pasar menjadi banjir. Air kotor berbau keluar dari saluran air menggenangi kios kios setinggi betis orang dewasa. "Kalau sudah begini, biasanya pasar sepi. Pedangan memilih tak jualan, dari pada harus bau got," tuturnya.
Padahal, sejumlah pasar kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Selain banyak yang lembab dan bocor, beberapa atap bangunan juga terlihat sudah mulai rapuh dan sewaktu-waktu bisa ambruk.
Pantauan Koran SINDO, di kawasan Pasar Slipi Jaya kondisinya benar-benar memprihatinkan. Ironisnya kondisi tersebut sudah berlangsung selama enam tahun.
Basement yang dahulu menjadi tempat parkir sekarang tak digenangi air sebatas betis. Kondisi di basement juga cukup gelap, pengap, dan bau.
Aliran listrik terputus lantaran rembasan air. "Berbahaya kalau dinyalakan, takut kesetrum," ucap Mahmud (36) tukang parkir di pasar itu, Selasa (18/10/2016).
Di lantai 1, kondisi jauh lebih baik, kios kios pasar terkondisi cukup terawat. Bangunan lembab tak lagi ditemukan, begitupun dengan lorong pasar, hanya cat memudar dan keramik retak yang terlihat dalam kondisi mengkhawatirkan.
Meski demikian, di lantai 2 pasar, kondisi cukup parah, anak tangga beralas besi di penuhi dengan lubang. Beberapa diantaranya bahkan berkarat dan dipenuhi kotoran binatang.
Lorong lorong pasar tak lagi nyaman untuk melakukan aktifitas. Selain dipenuhi oleh alas dan tembok yang gelap lembab dan berbau, sesekali tetesan air dari lantai tiga menetes membanjiri lantai ini.
"Kalau hujan besar bisa bocor dimana mana, kalau sudah gitu, kita lebih baik enggak jualan. Soalnya jualan juga enggak ada yang beli," keluh Sumiati (68) salah satu pedagang rempah.
Sumiati bercerita, sejak pertama kali dirinya berdagang di tahun 1974, pasar sendiri baru dua kali di renovasi. Karenanya tak aneh di tahun 2010 wacana tentang relokasi mencuat, setelah hak guna pakai bangunan habis. Namun wacana itu hanya janji belaka, lantaran hingga hari ini relokasi tak kunjung datang.
Sementara di lantai 3 pasar, kondisi jauh berbahaya. Rangka atap tak lagi sempurna, kayu kayu sudah mulai berjatuhan ke lantai. Asbes atap sudah banyak bolong dan pecah. Di lantai ini, lumut berbau banyak ditemukan di sejumlah tembok dan sudut ruangan.
Seorang penjaga pasar, Asep (47), mengatakan sudah bertahun-tahun kondisi pasar tak terawat. Ia mengutarakan, ketika hujan besar datang. Dirinya harus kerja ekstra membuang genangan air melalui saluran yang berada di pojokan.
"Yah kalau enggak gitu, kasihan pedagang di bawah, bisa kebanjiran," tuturnya.
Buruknya kondisi pasar juga terlihat di pasar Jembatan Besi II, Tambora Jakarta Barat. Di kawasan itu, kondisi pasar becek dan berbau menjadi pemandangan menarik. Adanya saluran air di tengah pasar membuat bau tak sedap seisi pasar.
Yatno (36) seorang pedang telur mengatakan, bila hujan datang. Pasar menjadi banjir. Air kotor berbau keluar dari saluran air menggenangi kios kios setinggi betis orang dewasa. "Kalau sudah begini, biasanya pasar sepi. Pedangan memilih tak jualan, dari pada harus bau got," tuturnya.
(ysw)