Ini Kata Pengamat Soal Fenomena Dukun Palsu
A
A
A
JAKARTA - Belakangan ini masyarakat diramaikan dengan kasus dukun palsu yang mengaku-ngaku dapat menggandakan uang seperti Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Jawa Timur. Sedangkan di Depok terdapat dukun palsu bernama Anton Herdiyanto yang mengaku bisa menggandakan emas batangan.
Menanggapi fenomena tersebut, psikolog Universitas Pancasila (UP) Maharani Ardi Putri mengatakan, ketika seseorang sudah berusaha namun tidak mendapatkan hasil maka mereka akan mencoba cara lain, salah satunya dengan cara klenik. Ketika cara itu dianggap berhasil, maka akan terus dipercaya.
"Iya ke arah itu (putus asa). Ketika dirasa tidak ada alternatif lain maka cara itulah (klenik) yang digunakan," kata Putri usai acara Dies Natalis ke-50 dan wisuda 1.700 mahasiswa Universitas Pancasila di Jakarta, Minggu (9/10/2016).
Lebih lanjut dikatakannya, masyarakat Indonesia juga terkadang latah. "Ketika dianggap efektif maka banyak yang mengikuti," tegasnya.
Hal lainnya, kata dia, generasi saat ini adalah generasi instan. Dimana mereka ingin mendapatkan hasil tanpa harus melewati proses panjang dan susah. "Ini yang menjadi menarik bagi beberapa orang sehingga banyak diikuti," ujarnya.
Terkait soal pembunuhan Shendy dan Sanusi yang dilakukan Anton, kata dia, ada kaitannya antara keinginan untuk mendapatkan hasil dengan cara cepat tanpa berusaha keras. Diketahui, bahwa Anton membunuh korbannya dengan cara meracun dan kemudian jasadnya dibuang.
"Ini bukti bahwa, orang selalu tertarik untuk mendapat sesuatu dengan cara yang cepat dan mudah. Atau kadang-kadang orang merasa bahwa dia tidak ada alternatif lain. Sehingga karena tidak ada alternatif lain," ucapnya. (Baca: Pembunuhan Dua Pemuda di Depok Terkait Praktik Perdukunan)
Menanggapi fenomena tersebut, psikolog Universitas Pancasila (UP) Maharani Ardi Putri mengatakan, ketika seseorang sudah berusaha namun tidak mendapatkan hasil maka mereka akan mencoba cara lain, salah satunya dengan cara klenik. Ketika cara itu dianggap berhasil, maka akan terus dipercaya.
"Iya ke arah itu (putus asa). Ketika dirasa tidak ada alternatif lain maka cara itulah (klenik) yang digunakan," kata Putri usai acara Dies Natalis ke-50 dan wisuda 1.700 mahasiswa Universitas Pancasila di Jakarta, Minggu (9/10/2016).
Lebih lanjut dikatakannya, masyarakat Indonesia juga terkadang latah. "Ketika dianggap efektif maka banyak yang mengikuti," tegasnya.
Hal lainnya, kata dia, generasi saat ini adalah generasi instan. Dimana mereka ingin mendapatkan hasil tanpa harus melewati proses panjang dan susah. "Ini yang menjadi menarik bagi beberapa orang sehingga banyak diikuti," ujarnya.
Terkait soal pembunuhan Shendy dan Sanusi yang dilakukan Anton, kata dia, ada kaitannya antara keinginan untuk mendapatkan hasil dengan cara cepat tanpa berusaha keras. Diketahui, bahwa Anton membunuh korbannya dengan cara meracun dan kemudian jasadnya dibuang.
"Ini bukti bahwa, orang selalu tertarik untuk mendapat sesuatu dengan cara yang cepat dan mudah. Atau kadang-kadang orang merasa bahwa dia tidak ada alternatif lain. Sehingga karena tidak ada alternatif lain," ucapnya. (Baca: Pembunuhan Dua Pemuda di Depok Terkait Praktik Perdukunan)
(mhd)