Bogor Dapat Predikat Buruk Berkendaraan, Bima Arya Getol Blusukan
A
A
A
JAKARTA - Predikat terburuk berkendara yang disandang daerahnya, membuat Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjadi lebih getol blusukan ke lapangan. Arya kemudian menegur para sopir angkutan kota (angkot), dan pedagang kaki lima (PKL) yang melanggar ketertiban lalu lintas di beberapa titik kemacetan di Kota Bogor.
Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, dalam mengatasi masalah kemacetan di Kota Bogor, diperlukan upaya yang serius dan kerja keras.
"Beberapa upaya tersebut yakni pertama, kami akan menambah petugas di lapangan, dan ini sudah dianggarkan. Kemudian yang kedua, bekerja sama dengan petugas kepolisian untuk lebih tegas dan disiplin lagi dalam menindak pelanggar, jangan sampai ada pembiaran," ujar Bima di Balai Kota Bogor, Jawa Barat, Senin 19 September 2016.
Selain itu, lanjut dia, kemacetan di Kota Bogor juga terjadi karena obyek wisata Kebun Raya Bogor (KRB) belum memiliki tempat parkir. Sehingga banyak pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di badan jalan. Menurutnya, jumlah pengunjung KRB mencapai 1.000 orang tiap harinya dan membengkak hingga 10.000 orang di akhir pekan.
"Hal ini menjadi persoalan utama juga, jadi bagaimana mengelola tempat parkir jangan sampai ada parkir liar tumbuh dimana-mana," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, persoalan PKL yang banyak berjualan hingga memakan badan jalan juga menjadi masalah tersendiri untuk segera diatasi. "Banyak PKL yang berjualan di badan jalan, kemudian dibiarkan begitu saja. Ini akan terus ditata, jangan sampai menghambat lalu lintas," jelasnya.
Untuk mengatasi kemacetan juga, kata dia, yakni dengan mempercepat re-routing dan konversi angkot yang secara bertahap sedang terus diupayakan.
"Sekarang seluruh angkot sudah berbadan hukum dan dari situ kita atur koridor-koridor untuk bis trans pakuan, untuk pelebaran Jalan Otista sedang kita laksanakan," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan kendaraan di Kota Bogor juga menjadi penyumbang kemacetan terbesar, setiap tahun jumlahnya mencapai 13 persen, sementara pertumbuhan infrastruktur jalan tidak sampai satu persen.
"Setiap minggu kendaraan roda dua bertambah 800 dan roda empat bertambah sekitar 200. Ditambah setiap akhir pekan tidak kurang dari 300-400 ribu orang masuk ke Kota Bogor," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Rachmawati mengungkapkan, predikat terburuk kedua di dunia ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk bekerja lebih baik, terlebih bertepatan dengan Hari Perhubungan Nasional 2016.
"Peringatan Hari Perhubungan Nasional ini jadi momentum bagi DLLAJ Kota Bogor untuk melakukan perbaikan dan evaluasi kinerja," katanya. (Baca: Bogor Jadi Kota Berkendara Terburuk di Dunia, Ini Kata Bima Arya)
Dia juga berjanji akan sungguh-sungguh dalam membenahi masalah tersebut. "Kami juga berjanji untuk lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Ini terlepas dari adanya pemberitaan kemarin yang sempat ramai soal hasil survei Waze mengenai kondisi lalu lintas di Kota Bogor," ungkap Rachmawati.
Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, dalam mengatasi masalah kemacetan di Kota Bogor, diperlukan upaya yang serius dan kerja keras.
"Beberapa upaya tersebut yakni pertama, kami akan menambah petugas di lapangan, dan ini sudah dianggarkan. Kemudian yang kedua, bekerja sama dengan petugas kepolisian untuk lebih tegas dan disiplin lagi dalam menindak pelanggar, jangan sampai ada pembiaran," ujar Bima di Balai Kota Bogor, Jawa Barat, Senin 19 September 2016.
Selain itu, lanjut dia, kemacetan di Kota Bogor juga terjadi karena obyek wisata Kebun Raya Bogor (KRB) belum memiliki tempat parkir. Sehingga banyak pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di badan jalan. Menurutnya, jumlah pengunjung KRB mencapai 1.000 orang tiap harinya dan membengkak hingga 10.000 orang di akhir pekan.
"Hal ini menjadi persoalan utama juga, jadi bagaimana mengelola tempat parkir jangan sampai ada parkir liar tumbuh dimana-mana," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, persoalan PKL yang banyak berjualan hingga memakan badan jalan juga menjadi masalah tersendiri untuk segera diatasi. "Banyak PKL yang berjualan di badan jalan, kemudian dibiarkan begitu saja. Ini akan terus ditata, jangan sampai menghambat lalu lintas," jelasnya.
Untuk mengatasi kemacetan juga, kata dia, yakni dengan mempercepat re-routing dan konversi angkot yang secara bertahap sedang terus diupayakan.
"Sekarang seluruh angkot sudah berbadan hukum dan dari situ kita atur koridor-koridor untuk bis trans pakuan, untuk pelebaran Jalan Otista sedang kita laksanakan," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan kendaraan di Kota Bogor juga menjadi penyumbang kemacetan terbesar, setiap tahun jumlahnya mencapai 13 persen, sementara pertumbuhan infrastruktur jalan tidak sampai satu persen.
"Setiap minggu kendaraan roda dua bertambah 800 dan roda empat bertambah sekitar 200. Ditambah setiap akhir pekan tidak kurang dari 300-400 ribu orang masuk ke Kota Bogor," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Rachmawati mengungkapkan, predikat terburuk kedua di dunia ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk bekerja lebih baik, terlebih bertepatan dengan Hari Perhubungan Nasional 2016.
"Peringatan Hari Perhubungan Nasional ini jadi momentum bagi DLLAJ Kota Bogor untuk melakukan perbaikan dan evaluasi kinerja," katanya. (Baca: Bogor Jadi Kota Berkendara Terburuk di Dunia, Ini Kata Bima Arya)
Dia juga berjanji akan sungguh-sungguh dalam membenahi masalah tersebut. "Kami juga berjanji untuk lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Ini terlepas dari adanya pemberitaan kemarin yang sempat ramai soal hasil survei Waze mengenai kondisi lalu lintas di Kota Bogor," ungkap Rachmawati.
(mhd)