Bangun Tenda, Warga Rawajati Bertahan di Lokasi Gusuran
A
A
A
JAKARTA - Warga Rawajati Barat, Pancoran, Jakarta Selatan masih tampak bertahan di lokasi bekas gusuran rumah mereka. Bahkan, warga gusuran itu membangun tenda sebagai tempat berteduh di pinggir-pinggir tembok Kalibata City.
Hal itu dilakukan lantaran warga Rawajati masih bingung. Karena, kini mereka tidak punya tempat tinggal. Maka itu, mereka membangun tenda seadanya sebagai tempat berteduh.
Jika pindah ke Rusunawa Marunda, mereka mengaku masih kebingungan lantaran tak tahu bagaimana cara mengurus rusun tersebut. Selain itu, rusunawa itu dinilai terlalu jauh dari wilayah Rawajati tempat mereka mencari napkah puluhan tahun.
Begitu pula dengan pendidikan anak-anak mereka yang tentu akan kesulitan jika harus dipindah ke Jakarta Utara. Salah satu warga, Baharrudin mengatakan, tetap akan bertahan di bekas lokasi gusuran dengan cara mendirikan tenda bersama warga lainnya demi memperjuangkan haknya sebagai warga untuk mendapatkan tempat yang layak bagi keluarganya itu.
"Kami dari kemarin sore sudah mendirikan tenda di sini. Karena kami tidak mau pindah ke Rusunawa Marunda yang begitu jauh lokasinya, pinggiran laut. Di sana mau usaha apa?" tanya Baharrudin saat berbincang di lokasi, Jumat (2/9/216).
Dia menerangkan, Pemkot Jaksel terus menelantarkan warga sebagai masyarakat Jakarta. Mereka menganggap semua jajaran Pemkot Jaksel sebagai orang yang tak berperikemanusiaan lantaran tekal melakukan penggusuran yang semena-mena.
"Buat apa ada pemerintah jika rakyatnya sengsara? Buat apa ada kebijakan kalau cuma untuk menindak rakyat saja. Tempat yang kami tinggal puluhan tahun digusur, sedang Kalibata City tak digusur," keluhnya.
Berdasarkan pantauan, puluhan warga tampak mendirikan tenda di trotoar pinggiran pagar Kalibata City, meski angin semalam berhembus dingin, warga tetap milih bertahan di lokasi bekas gusuran. Perabotan rumah warga pun masih tampak berjejeran di pinggiran trotoar tersebut.
Hal itu dilakukan lantaran warga Rawajati masih bingung. Karena, kini mereka tidak punya tempat tinggal. Maka itu, mereka membangun tenda seadanya sebagai tempat berteduh.
Jika pindah ke Rusunawa Marunda, mereka mengaku masih kebingungan lantaran tak tahu bagaimana cara mengurus rusun tersebut. Selain itu, rusunawa itu dinilai terlalu jauh dari wilayah Rawajati tempat mereka mencari napkah puluhan tahun.
Begitu pula dengan pendidikan anak-anak mereka yang tentu akan kesulitan jika harus dipindah ke Jakarta Utara. Salah satu warga, Baharrudin mengatakan, tetap akan bertahan di bekas lokasi gusuran dengan cara mendirikan tenda bersama warga lainnya demi memperjuangkan haknya sebagai warga untuk mendapatkan tempat yang layak bagi keluarganya itu.
"Kami dari kemarin sore sudah mendirikan tenda di sini. Karena kami tidak mau pindah ke Rusunawa Marunda yang begitu jauh lokasinya, pinggiran laut. Di sana mau usaha apa?" tanya Baharrudin saat berbincang di lokasi, Jumat (2/9/216).
Dia menerangkan, Pemkot Jaksel terus menelantarkan warga sebagai masyarakat Jakarta. Mereka menganggap semua jajaran Pemkot Jaksel sebagai orang yang tak berperikemanusiaan lantaran tekal melakukan penggusuran yang semena-mena.
"Buat apa ada pemerintah jika rakyatnya sengsara? Buat apa ada kebijakan kalau cuma untuk menindak rakyat saja. Tempat yang kami tinggal puluhan tahun digusur, sedang Kalibata City tak digusur," keluhnya.
Berdasarkan pantauan, puluhan warga tampak mendirikan tenda di trotoar pinggiran pagar Kalibata City, meski angin semalam berhembus dingin, warga tetap milih bertahan di lokasi bekas gusuran. Perabotan rumah warga pun masih tampak berjejeran di pinggiran trotoar tersebut.
(mhd)