Sosiolog Sebut Sebagian Artis Gunakan Narkoba Sebagai Simbol Status
A
A
A
JAKARTA - Untuk ketiga kalinya pedangdut Imam S Arifin diamankan polisi karena kasus narkoba. Kondisi ini dipandang sosiolog sebagai simbol status kendati tidak semua artis melakukannya.
Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menilai, hal itu terkait dengan gaya hidup para artis. Artinya, kata dia, di dunia artis ada kekhasan pola hidup.
"Termasuk bentuk-bentuk konsumsinya sekaligus sebagai simbol status," katanya, Senin (29/8/2016).
Menurutnya, lingkungan keartisan ikut mepengaruhi kebiasaan tersebut. Termasuk juga tuntutan pekerjaan. Pasalnya, sebagian artis dituntut punya stamina yang bagus ditengah tuntutan pekerjaan.
Ada pula sebagian artis, doping dengan obat-obat tertentu menjadi kebutuhan. "Namun juga ada yang memang mengonsumsi narkoba untuk kebutuhan refreshing dan bagian dari sosialita," tandasnya.
Diakui jika dilihat dari konteks rehabilitasi memang terkesan ada ketidakadilan. Artinya ketika yang populer (seleb) menjadi komoditas maka rehabilitasi menjadi solusi.
Maksud lainnya bisa jadi ada tujuan pencitraan program penanggulangan narkoba maupun lembaganya bahkan figur tertentu. Namun bagi yang tidak punya kemampuan negosiasi maka tidak ada pilihan selain menjalani hukuman di penjara.
"Di samping itu artis yang karena mempertimbangkan profesinya, maka memilih bayar untuk direhab. Karena ya mereka punya uang," pungkasnya.
Menanggapi hal itu, sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menilai, hal itu terkait dengan gaya hidup para artis. Artinya, kata dia, di dunia artis ada kekhasan pola hidup.
"Termasuk bentuk-bentuk konsumsinya sekaligus sebagai simbol status," katanya, Senin (29/8/2016).
Menurutnya, lingkungan keartisan ikut mepengaruhi kebiasaan tersebut. Termasuk juga tuntutan pekerjaan. Pasalnya, sebagian artis dituntut punya stamina yang bagus ditengah tuntutan pekerjaan.
Ada pula sebagian artis, doping dengan obat-obat tertentu menjadi kebutuhan. "Namun juga ada yang memang mengonsumsi narkoba untuk kebutuhan refreshing dan bagian dari sosialita," tandasnya.
Diakui jika dilihat dari konteks rehabilitasi memang terkesan ada ketidakadilan. Artinya ketika yang populer (seleb) menjadi komoditas maka rehabilitasi menjadi solusi.
Maksud lainnya bisa jadi ada tujuan pencitraan program penanggulangan narkoba maupun lembaganya bahkan figur tertentu. Namun bagi yang tidak punya kemampuan negosiasi maka tidak ada pilihan selain menjalani hukuman di penjara.
"Di samping itu artis yang karena mempertimbangkan profesinya, maka memilih bayar untuk direhab. Karena ya mereka punya uang," pungkasnya.
(ysw)