Tiga Tahun Menurun, Angka Kematian Ibu di Bogor Tetap Tertinggi
A
A
A
BOGOR - Meski angka kematian ibu di Kabupaten Bogor selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, namun masih menjadi penyumbang tertinggi di Jawa Barat. Salah satu faktor masih banyaknya ibu hamil yang meninggal saat melahirkan, karena tidak dipandu oleh tenaga kesehatan.
Padalah, program pendampingan ibu hamil saat melahirkan setiap tahun terus dijalankan, salah satunya yakni Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) diharapkan dapat terus menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
"Program pendampingan yang dilakukan USAID, Kemenkes dan Pemprov Jawa Barat ini merupakan program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Outputnya dalam tiga tahun terakhir cukup signifikan," kata Bupati Bogor Nurhayanti, Kamis 21 Juli 2017.
Mulai dari area intervensi seperti mutu layanan klinis rumah sakit di seluruh RSUD, mutu layanan klinis pusat kesehatan masyarakat di 10 Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan kinerja rujukan. "Dengan seluruh dampingan EMAS, menunjukkan grafik peningkatan setiap tahunnya," paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Camalia Sumaryana menjelaskan, rata-rata setiap tahunnya mencapai 300 kasus persalinan dan dari angka tersebut, pada 2013 tercatat angka angka kematian ibu 76, menurun 70 pada 2014 dan 64 ibu di 2015.
"Angka tersebut memang masih tertinggi di Jawa Barat. Namun jika dihitung dengan rasio jumlah penduduk saat ini yang mencapai 5,4 juta dengan pertumbuhan 1 persen setiap tahunnya sangatlah kecil," jelasnya.
Selain Kabupaten Bogor, terdapat daerah lain di Jawa Barat seperti Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, dan Karawang. Hampir 90% penyebab langsung kematian ibu terjadi pada saat persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.
"Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat, dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan," tutur Camalia.
Di tempat yang sama Perwakilan Kepala Program EMAS Indonesia, Trisnawati mengatakan, Pemkab Bogor telah memberikan komitmen yang tinggi melaksanakan upaya penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Bogor. Untuk rasio AKI di fasilitas kesehatan dampingan EMAS di Kabupaten Bogor mengalami penurunan, dari 0,57% di tahun 2014 menjadi 0, 56% di 2015.
Juga peningkatan mutu pelayanan merupakan standar utama EMAS, Kabupaten Bogor berhasil meningkatkan kualitas rujukan menjadi 91% di tahun 2015 dari 60% di tahun sebelumnya. Kinerja klinis di Rumah Sakit meningkat menjadi 81% dari sebelumnya 34%, di Puskesmas mencapai 88% dari 19%.
"Sebagai bagian dari upaya meningkatkan IPM Kabupaten Bogor untuk mewujudkan Pembangunan sumber daya manusia yang akan menjadi sumber daya pembangunan masa depan Kabupaten Bogor," kata Trisnawati.
Sebagai gambaran pemantauan ibu hamil dan rendahnya ketersediaan tenaga kesehatan, hingga kini Pemerintah Kabupaten Bogor hanya memiliki 224 bidan desa dari 416 desa yang ada.
"Itu pun tidak semua bidan desa tinggal di desa. Bisa jadi dari tiga desa hanya tersedia satu bidan yang tinggal di salah satu desa. Kondisi Kabupaten Bogor yang berbukit dengan lereng terjal dan minimnya sarana angkutan dari pelosok menjadi penghalang lainnya," Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Erwin Suriana.
Maka itu, kata Erwin saat ini Pemkab Bogor tengah meluncurkan pendampingan ibu hamil dengan sistem daring SijariBunda. Seorang ibu hamil dapat dipantau oleh dinas kesehatan melalui penyuluh atau bidan terdekat.
"Sistem kerjanya si ibu atau kerabatnya cukup mendaftarkan melalui pesan singkat ke pusat pelayanan dinas di 08121234991. Setelah identitas si ibu dilengkapi atau terkam oleh dinas, maka akan dikirimkan seorang pendamping, baik bidan atau penyuluh bagi si ibu hamil," katanya.
Padalah, program pendampingan ibu hamil saat melahirkan setiap tahun terus dijalankan, salah satunya yakni Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) diharapkan dapat terus menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
"Program pendampingan yang dilakukan USAID, Kemenkes dan Pemprov Jawa Barat ini merupakan program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Outputnya dalam tiga tahun terakhir cukup signifikan," kata Bupati Bogor Nurhayanti, Kamis 21 Juli 2017.
Mulai dari area intervensi seperti mutu layanan klinis rumah sakit di seluruh RSUD, mutu layanan klinis pusat kesehatan masyarakat di 10 Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan kinerja rujukan. "Dengan seluruh dampingan EMAS, menunjukkan grafik peningkatan setiap tahunnya," paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Camalia Sumaryana menjelaskan, rata-rata setiap tahunnya mencapai 300 kasus persalinan dan dari angka tersebut, pada 2013 tercatat angka angka kematian ibu 76, menurun 70 pada 2014 dan 64 ibu di 2015.
"Angka tersebut memang masih tertinggi di Jawa Barat. Namun jika dihitung dengan rasio jumlah penduduk saat ini yang mencapai 5,4 juta dengan pertumbuhan 1 persen setiap tahunnya sangatlah kecil," jelasnya.
Selain Kabupaten Bogor, terdapat daerah lain di Jawa Barat seperti Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi, dan Karawang. Hampir 90% penyebab langsung kematian ibu terjadi pada saat persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.
"Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat, dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan," tutur Camalia.
Di tempat yang sama Perwakilan Kepala Program EMAS Indonesia, Trisnawati mengatakan, Pemkab Bogor telah memberikan komitmen yang tinggi melaksanakan upaya penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Bogor. Untuk rasio AKI di fasilitas kesehatan dampingan EMAS di Kabupaten Bogor mengalami penurunan, dari 0,57% di tahun 2014 menjadi 0, 56% di 2015.
Juga peningkatan mutu pelayanan merupakan standar utama EMAS, Kabupaten Bogor berhasil meningkatkan kualitas rujukan menjadi 91% di tahun 2015 dari 60% di tahun sebelumnya. Kinerja klinis di Rumah Sakit meningkat menjadi 81% dari sebelumnya 34%, di Puskesmas mencapai 88% dari 19%.
"Sebagai bagian dari upaya meningkatkan IPM Kabupaten Bogor untuk mewujudkan Pembangunan sumber daya manusia yang akan menjadi sumber daya pembangunan masa depan Kabupaten Bogor," kata Trisnawati.
Sebagai gambaran pemantauan ibu hamil dan rendahnya ketersediaan tenaga kesehatan, hingga kini Pemerintah Kabupaten Bogor hanya memiliki 224 bidan desa dari 416 desa yang ada.
"Itu pun tidak semua bidan desa tinggal di desa. Bisa jadi dari tiga desa hanya tersedia satu bidan yang tinggal di salah satu desa. Kondisi Kabupaten Bogor yang berbukit dengan lereng terjal dan minimnya sarana angkutan dari pelosok menjadi penghalang lainnya," Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Erwin Suriana.
Maka itu, kata Erwin saat ini Pemkab Bogor tengah meluncurkan pendampingan ibu hamil dengan sistem daring SijariBunda. Seorang ibu hamil dapat dipantau oleh dinas kesehatan melalui penyuluh atau bidan terdekat.
"Sistem kerjanya si ibu atau kerabatnya cukup mendaftarkan melalui pesan singkat ke pusat pelayanan dinas di 08121234991. Setelah identitas si ibu dilengkapi atau terkam oleh dinas, maka akan dikirimkan seorang pendamping, baik bidan atau penyuluh bagi si ibu hamil," katanya.
(mhd)