Kabur dari Rutan, Anwar si Predator Seks Anak Bisa Lebih Sadis
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia kaburnya Rizal alias Anwar bin Kim An (25) terpidana terpidana kasus pemerkosaan dan pembunuhan bocah di bawah umur dari Rutan Salemba sangat berbahaya. LPA Indonesia menilai Anwar akan lebih berbahaya dan sadis jika berada di luar.
"Ketika predator seksual terhadap anak-anak menjadi residivis, aksi mereka dapat berupa kejahatan seks, kejahatan dengan kekerasan non-seks, dan kejahatan secara umum (tertinggi). Predator seksual terhadap anak-anak bahkan punya potensi lebih tinggi untuk mengulangi perbuatan kejinya tersebut daripada predator seksual dengan korban bukan anak-anak. Sering kali mereka semakin terspesialisasi sebagai pemangsa anak-anak," ungkap Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Indonesia Reza Indragiri Amriel kepada Sindonews, Selasa (12/7/2016).
Reza melanjutkan, profil Anwar juga sesuai dengan ciri tipikal psychotherapy dropout di antaranya berusia muda, pendidikan rendah, dan antisosial. Dari profil itulah, Reza yakin Anwar akan menolak program rehabilitasi apa pun.
"Program apa pun tidak akan mujarab untuk mengubah tabiat dan perilakunya. Jaga anak-anak kita lebih cermat lagi. Evaluasi sistem di lapas terkait penjagaan khusus bagi napi kejahatan seksual terhadap anak-anak. Sebar luaskan foto Anwar. Jika berhasil ditangkap, apalagi kalau dia kedapatan mengulangi kebiadabannya, sidangkan kembali lalu jatuhi hukuman mati," tegasnya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, sipir Rutan Salemba butuh dua jam untuk sadar kalau Anwar telah kabur dari Rutan. Awalnya, Anwar dibesuk istrinya bernama Ade Irma Suryani sekitar pukul 14.00 WIB, beramai-ramai bersama pembesuk lainnya.
Setelah jam besuk habis, pukul 17.30 WIB diadakan pengecekan dan apel narapidana. Saat itu Anwar sebenarnya sudah tak ada di selnya Blok P, Rutan Salemba. Tapi saat itu petugas Rutan Salemba tidak lekas mengetahuinya. Justru dua jam kemudian baru geger, saat dilakukan pengecekan dan apel malam pukul 19.30 WIB.
Anwar memanfaatkan celah dari pengamanan yang tidak ketat kepada pembesuk wanita. Anwar mengenakan cadar dan mempertebal tinta stempel istri agar bisa melarikan diri dari pengawasan petugas.
"Ketika predator seksual terhadap anak-anak menjadi residivis, aksi mereka dapat berupa kejahatan seks, kejahatan dengan kekerasan non-seks, dan kejahatan secara umum (tertinggi). Predator seksual terhadap anak-anak bahkan punya potensi lebih tinggi untuk mengulangi perbuatan kejinya tersebut daripada predator seksual dengan korban bukan anak-anak. Sering kali mereka semakin terspesialisasi sebagai pemangsa anak-anak," ungkap Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Indonesia Reza Indragiri Amriel kepada Sindonews, Selasa (12/7/2016).
Reza melanjutkan, profil Anwar juga sesuai dengan ciri tipikal psychotherapy dropout di antaranya berusia muda, pendidikan rendah, dan antisosial. Dari profil itulah, Reza yakin Anwar akan menolak program rehabilitasi apa pun.
"Program apa pun tidak akan mujarab untuk mengubah tabiat dan perilakunya. Jaga anak-anak kita lebih cermat lagi. Evaluasi sistem di lapas terkait penjagaan khusus bagi napi kejahatan seksual terhadap anak-anak. Sebar luaskan foto Anwar. Jika berhasil ditangkap, apalagi kalau dia kedapatan mengulangi kebiadabannya, sidangkan kembali lalu jatuhi hukuman mati," tegasnya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, sipir Rutan Salemba butuh dua jam untuk sadar kalau Anwar telah kabur dari Rutan. Awalnya, Anwar dibesuk istrinya bernama Ade Irma Suryani sekitar pukul 14.00 WIB, beramai-ramai bersama pembesuk lainnya.
Setelah jam besuk habis, pukul 17.30 WIB diadakan pengecekan dan apel narapidana. Saat itu Anwar sebenarnya sudah tak ada di selnya Blok P, Rutan Salemba. Tapi saat itu petugas Rutan Salemba tidak lekas mengetahuinya. Justru dua jam kemudian baru geger, saat dilakukan pengecekan dan apel malam pukul 19.30 WIB.
Anwar memanfaatkan celah dari pengamanan yang tidak ketat kepada pembesuk wanita. Anwar mengenakan cadar dan mempertebal tinta stempel istri agar bisa melarikan diri dari pengawasan petugas.
(whb)