Sterilisasi Busway, Pengamat: Palang Pintu Butuh Perawatan Besar
A
A
A
JAKARTA - Sterilisasi busway pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti, jika Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mempunyai keinginan kuat untuk melakukan itu. Sehingga, sterilisasi bukan muncul ketika akhir kepemimpinan atau jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Pengamat Transportasi Universitas Tarumanegara, Leksmono Suryo Putranto mengatakan, sebelum mejabat menjadi pemimpin DKI Jakarta 2012 lalu, Ahok telah merencanakan untuk mendatangkan 1.000 unit bus. Namun, hingga saat ini hanya baru mendapatkan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Kalau bus-nya banyak dan setiap 2-3 menit itu melintas, tidak ada pengendara pribadi yang berani masuk jalur busway. Enggak perlu menunggu pasang separator dan palang pintu yang butuh perawatan besar, beli saja bus yang banyak dan buat saling integrasi. Sehingga pengendara pribadi punya pilihan untuk berpindah ke angkutan umum," kata Suryo saat dihubungi, Selasa 14 Juni 2016.
Ketua Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) ini mengatakan, separator busway setinggi 60 cm itu tidak akan efektif dan malah justru membuat rawan kecelakaan. Hal itu pun terbukti dari pernyataan kepala Bidang Pemeliharaan dan perbaikan Jalan Dinas Bina Marga DKI Jakarta dan peristiwa kecelakaan di Warung buncit beberapa waktu lalu.
"Dari awal saya sudah katakan. Separator tinggi itu bukan solusi dan tidak akan berkelanjutan efektifitasnya," ungkapnya.
Pengamat Transportasi Universitas Tarumanegara, Leksmono Suryo Putranto mengatakan, sebelum mejabat menjadi pemimpin DKI Jakarta 2012 lalu, Ahok telah merencanakan untuk mendatangkan 1.000 unit bus. Namun, hingga saat ini hanya baru mendapatkan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Kalau bus-nya banyak dan setiap 2-3 menit itu melintas, tidak ada pengendara pribadi yang berani masuk jalur busway. Enggak perlu menunggu pasang separator dan palang pintu yang butuh perawatan besar, beli saja bus yang banyak dan buat saling integrasi. Sehingga pengendara pribadi punya pilihan untuk berpindah ke angkutan umum," kata Suryo saat dihubungi, Selasa 14 Juni 2016.
Ketua Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) ini mengatakan, separator busway setinggi 60 cm itu tidak akan efektif dan malah justru membuat rawan kecelakaan. Hal itu pun terbukti dari pernyataan kepala Bidang Pemeliharaan dan perbaikan Jalan Dinas Bina Marga DKI Jakarta dan peristiwa kecelakaan di Warung buncit beberapa waktu lalu.
"Dari awal saya sudah katakan. Separator tinggi itu bukan solusi dan tidak akan berkelanjutan efektifitasnya," ungkapnya.
(mhd)