Pemerintah Waspadai Pemudik Roda Dua

Minggu, 22 Mei 2016 - 22:49 WIB
Pemerintah Waspadai Pemudik Roda Dua
Pemerintah Waspadai Pemudik Roda Dua
A A A
JAKARTA - Murahnya biaya transportasi mudik menggunakan sepeda motor membuat sejumlah orang masih menggunakan roda dua untuk perjalanan mudik. Aparat kemanan pun diminta untuk melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap mudik sepeda motor ini.

Jauhnya jarak tempuh kendaraan bermotor dari Jabodetabek ke daerah tujuan di perkirakan memakan waktu tempuh 10 jam. Membuat kondisi badan lelah dan penat akan berdampak kurangnya konsentrasi pengguna kendaraan roda dua, terlebih cuaca matahari di jalanan pun akan semakin menyengat dan membahayakan sejumlah pemudik.

Survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan, pemudik menggunakan motor akan tetap menjadi peminat. Pasalnya, survei menunjukan masyarakat menggunakan motor memilih lebih cepat sebesar 31,8%, murah 22,2%, Irit 13,5%, dan santai 8,6%. Terlebih dalam pemilihan mudik menggunakan motor tak harus berdesakan dengan sejumlah masyarakat lainnya.

Selain itu, penggunaan sepeda motor jauh lebih murah, hanya membutuhkan biaya kurang dari Rp500 ribu, dan sampai di kampung halaman, motor pun bisa digunakan untuk mengunjungi sangat saudara lantaran lebih praktis.

Merujuk dari hasil balitbang, pemudik tahun 2016 dari Jabodetabek di perkirakan mencapai 13.162.458 jiwa atau 3.988.624 kepala keluarga (KK), angka itu merujuk dari survei yang dilakukan terhadap 22.872 orang dari 6.906 KK.

Sedangkan untuk profesinya, Balitbang merujuk karyawan swasta menjadi yang tertinggi, yakni 36%, disusul wiraswasta 25%, PNS 20%, 15% lainnya terbagi pada profesi pengusaha, BUMN, maupun lainnya, sementara yang terendah dua persen merupakan para pelajar.

Sementara untuk penghasilan, pemudik dengan penghasilan sekitar Rp3-5 juta masih mendominasi sebesar 46%, disusul dengan masyarakat berpenghasilan Rp1-3 juta sebesar 29%, lalu Rp5-10 dengan 22%, di bawah Rp1 juta sebesar dua persen, dan di atas Rp10 juta dengan satu persen.

Untuk penggunaan moda transportasi lain, Balitbang mendapati, 31,1 persen masyarakat masih menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil, sementara penggunaan kereta api menjadi yang kedua, yakni 18,3 persen, disusul oleh pesawat terbang 11,1 persen, sepeda motor 4,1 persen, kendraan sewa 1,7 persen, kapal penyebrangan 0,9 persen, angkutan gratis 0,7 persen, dan kapal laut 0,2 persen.

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setiawarno menilai, tingginya pemudik menggunakan kendaraan pribadi tak lepas dari kurang tersedianya kendaraan umum. Sementara angkutan gratis yang di sediakan oleh sejumlah dirjen angkutan di Kemntrian Perhubungan tak mampu menyediakan dalam jumlah banyak. Kondisi ini membuat masyarakat berbondong dengan menggunakan transportasi pribadi.

Sekalipun saat ini pemerintah pusat menghapuskan angkutan gratis kapal laut, namun perjalanan kereta api yang mencapai tiga kali lipat di bandingkan tahun lalu tidak mampu menampung peminat mudik gratis.

"Bila pemerintah menghapuskan mudik gratis, maka pengalihan transportasi darat akan semakin membludak. Pengguna kendaraan bermotor bisa lebih banyak di bandingkan tahun lalu," cetus Djoko di Jakarta, Minggu (22/5/2016).

Karena itu, Djoko meminta pemerintah pusat agar lebih mempertimbangkan penghapusan anggkutan mudik gratis kapal laut. Presiden Jokowi, saran Djoko, harus mempertimbangkan untuk tidak menggratiskan pengguna jasa tol, sehingga pengguna mobil pribadi tidak akan mengalami penumpukan.

"Setidaknya dengan ada angkutan laut, akan memangkas perjalan darat dari 10 jam di darat hanya akan 3-4 jam menggunakan kendaraan laut ke Jawa Tengah maupun Jawa Timur," cetusnya.

Prediksi akan membludaknya pengguna jasa kendaraan roda dua, lanjut Djoko, harus diantisipasi oleh kepolisian dalam hal ini, Korp lalu lintas. Himbauan keselamatan musti dilakukan di setiap titik rawan kecelakaan, jalan-jalan kurang penerangan bisa di tutup dengan tambahan personil lapangan. "harus ada pengendalian sedini mungkin," jelasnya.

Sementara itu, Senior Coorporate Communication Daerah Operasional (Daop 1) PT KAI, Bambang S. Prayitno mengatakan hasil perekapan data yang dilakukan pihaknya sejak Sabtu 21 Mei 2016 lalu. Terpantau sejumlah perjalanan kereta api dari Jakarta menuju kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk kelas Bisnis dan Eksekutif terlihat tak tersisa, sejak h-8 lebaran.

"Dari 43 perjalanan saat mudik lebaran nanti, lebih dari separuhnya sudah ludes di serbu penumpang," cetus Bambang.

Beberapa tiket yang telah habis, diantaranya merupakan KA Argo Anggrek Pagi dan Malam, relasi Gambir - Surabaya Pasar Turi. Argo Lawu dan Argo Dwipangga, relasi Gambir - Solo. Argo Sindoro dan Argo Muria, relasi Gambir - Semarang. Argo Jati, relasi Gambir - Cirebon.

Termasuk soal kereta kelas ekonomi, dari perjalanan Stasiun Pasar Senen, kereta itupun sudah habis di serbu penumpang sejak jauh-jauh hari. Bahkan, dibandingkan dengan kelas Bisnis dan Eksekutif, perjalanan kereta ekonomi terpantau sudah habis sejak pemberangkatan H-12.

"Kita tidak akan melakukan pertambahan perjalanan. Mengingat pertambahan sudah dilakukan pada bulan kemarin," jelasnya.

Terpisah, Senior Coorporate Communication PT KAI, Agus Kommarudin mengaku dalam beberapa hari terakhir, pihaknya akan melakukan penyebaran terhadap sejumlah jalur kereta yang ada di perlintasan utara dan selatan pulau jawa. Pemantauan ini dilakukan untuk mengantisipasi jalur kereta yang rawan akan longsor.

Kawasan pegunungan, seperti lintas Cikampek-Purwakarta, Tasikmalaya-Purwokerto, hingga ke arah Yogyakarta dan Malang akan menjadi perhatiannya. "Setidaknya kami mencatat ada 5.000 titik rawan longsor di pulau jawa," tutupnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5249 seconds (0.1#10.140)