Jalan di Jakarta Tak Akan Bagus Selama Drainase Masih Buruk

Jum'at, 20 Mei 2016 - 04:29 WIB
Jalan di Jakarta Tak...
Jalan di Jakarta Tak Akan Bagus Selama Drainase Masih Buruk
A A A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memilih mengunakan sistem recycling atau daur ulang dalam perbaikan jalan rusak.

Namun kebijakan tersebut tidak sepenuhnya bisa mengatasi persoalan. Pasalnya sebagus sistem ataupun kualitas aspal, jalan akan tetap rusak bila saluran airnya masih buruk.

Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Joga mengatakan, perbaikan jalan yang dilakukan setiap tahun di Jakarta tidak akan bertahan lama. Sebab, ketahanan jalan itu tergantung kondisi saluran air di sekitar jalan.

Artinya, apapun sistem dan kualitas aspal yang dipilih apabila tidak dibarengi perbaikan saluran maka jalan di Jakarta tidak akan bertahan hingga lima sampai tujuh tahun.

"Sifat alami aspal ataupun betonisasi akan rusak bila masih digenangi air. Apalagi kalau terdapat lubang setitik dan dilintasi kendaraan bernotase berat. Jadi perbaiki dahulu salurannya agar air yang ada di jalan cepat mengering," kata Nirwono Joga saat dihubungi, Kamis 19 Mei 2016.

Untuk menambah kekuatan aspal dan mengemat biaya pemeliharaan, lanjut Nirwono, Pemprov harus mempertegas kelas-kelas jalan. Misalnya, kendaraan bernotase berat hanya boleh melintas di jalan tertentu.

Dia juga menyarankan agar konsep daur ulang aspal yang dikelupas bawahnya digunakan kembali untuk memperbaiki jalan tersebut. Terpenting, bahan campur daur ulang aspal dibuat sebaik mungkin sehingga, kekuatan aspal mampu mencapai lima hingga tujuh tahun seperti di Eropa.

"Konsep penghematan murni, yaitu dengan mendaur ulang aspal yang dikelupas dari dasar itu. Memang usianya berbeda dengan aspal baru. Tapi Penelitian terakhir menyebutkan bila kekuatanya bisa sampai tujuh tahun kalau campuranya dibuat sebaik mungkin. Yang terjadi saat ini, setelah aspal dikelupas, DKI membuangnya dan menggantinya dengan beli di e-katalog. Padahal konsep ini bisa hemat 30%," tuturnya.

Kepala Bidang Perbaikan dan Pemeliharaan Jalan Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Suko Wibowo menampik genangan air kerap menjadi penyebab kerusakan jalan. Dia menjelaskan, perbaikan jalan-jalan yang rusak karena tergenang sepanjang tahun 2015 sedikit.

Menurut Suko, kebanyakan penyebab kerusakan jalan akibat perbaikan utilitas tanpa koordinasi dari pemilik utilitas maupun si pemberi izin. Seperti di Jalan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat saat ini. Padahal jalan tersebut baru saja di-recycling.

"Genangan itu kalau berada di dataran rendah kita betonisasi. Tapi sifatnya modul, pemeliharaan saja. Kalau bolong baru kita tambal. Kalau di dataran tinggi seperti di Selatan dan Pusat itu pakai recycling. Masalahnya yang sering buat rusak itu pengerjaan utilitas," tuturnya.

Recycling
, kata Suko, dipilih untuk mengembalikan jalan seperti dalam keadaan semula. Usianya bisa mencapai lima tahun dan vendor memberikan, garansi selama satu tahun. Artinya, apabila dalam satu tahun sudah mengalami kerusakan, vendor akan memperbaikinya.

Kualitas aspal yang digunakan pun, kata Suko, berdasarkan rekomendasi hasil laboratorium Pemprov DKI yang diproduksi oleh Pertamina, shell dan sebagainya.

"Kami pastikan jalan yang diperbaiki tahun ini tidak akan diperbaiki lagi pada tahun berikutnya. Kami memiliki peta perbaikan jalan. Anggaran kami seluruhnya saat ini Rp300 miliar," ujarnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5249 seconds (0.1#10.140)