Anak Dibunuh Secara Sadis, Ibu Mengira karena Kecelakaan
A
A
A
TANGERANG - Mahpudoh ibu dari Enno Fahira korban pembunuhan sadis di Tangerang terakhir kali bertemu dengan sang buah hati saat libur panjang akhir pekan lalu. Mahpudoh tak menyangka putri kesayangannya meninggal dengan cara mengenaskan.
Mahpudo menuturkan, Enno dikenal sebagai anak baik dan pendiam serta anak yang sangat sayang dengan adiknya. Enno sempat pulang ke rumah di Kampung Bangkir, Kelurahan Pegandikan, Lebak Wangi, Kabupaten Serang, saat libu panjang akhir pekan lalu.
"Dia pulang dan sempat bertanya saya mau apa? Saya bilang enggak mau apa-apa, duitnya buat kamu beli baju bagus saja," katanya ketika ditemui di RSUD Kabupaten Tangerang, Jumat (13/5/2016).
Enno yang merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara ini memang kerap membawa buah tangan untuk keluarganya setiap pulang ke rumah."Dia pulang seminggu sekali. Suka bawa makanan, kue, permen buat adiknya. Padahal gajinya kecil, jadi suka saya suruh nabung saja," kata sambil menagis.
Gadis yang memiliki tinggi 170 cm ini memang ingin bekerja setelah lulus SMK. Pasalnya dia tidak betah jika menganggur di rumah. Mahpudoh mengaku mengizinkannya bekerja di Polyta Global Mandiri karena di sana banyak teman-teman dari rumah.
"Sebenarnya dia disuruh kuliah, tapi penginnya kerja. Karena di sini banyak barengan temen-temennya, saya izinkan. Dia baru kerja enam bulan di sana," ujarnya.
Mahpudoh pun tidak menyangka putrinya tewas dengan cara yang mengenaskan. Dia baru tahu kabar itu sekitar pukul 09.00 WIB dari teman anaknya. "Saya kira kecelakaan. Ternyata dibunuh, rasanya kayak kiamat, sedih sekali. Tega banget pelaku melakukan itu sama anak saya," jelasnya.
Untuk diketahui Enno menjadi korban pembunuhan disertai pemerkosaan sadis di Tangerang. Enno Fahira ditemukan tewas dengan sejumlah luka dan cangkul menancap di organ vitalnya.
Mahpudo menuturkan, Enno dikenal sebagai anak baik dan pendiam serta anak yang sangat sayang dengan adiknya. Enno sempat pulang ke rumah di Kampung Bangkir, Kelurahan Pegandikan, Lebak Wangi, Kabupaten Serang, saat libu panjang akhir pekan lalu.
"Dia pulang dan sempat bertanya saya mau apa? Saya bilang enggak mau apa-apa, duitnya buat kamu beli baju bagus saja," katanya ketika ditemui di RSUD Kabupaten Tangerang, Jumat (13/5/2016).
Enno yang merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara ini memang kerap membawa buah tangan untuk keluarganya setiap pulang ke rumah."Dia pulang seminggu sekali. Suka bawa makanan, kue, permen buat adiknya. Padahal gajinya kecil, jadi suka saya suruh nabung saja," kata sambil menagis.
Gadis yang memiliki tinggi 170 cm ini memang ingin bekerja setelah lulus SMK. Pasalnya dia tidak betah jika menganggur di rumah. Mahpudoh mengaku mengizinkannya bekerja di Polyta Global Mandiri karena di sana banyak teman-teman dari rumah.
"Sebenarnya dia disuruh kuliah, tapi penginnya kerja. Karena di sini banyak barengan temen-temennya, saya izinkan. Dia baru kerja enam bulan di sana," ujarnya.
Mahpudoh pun tidak menyangka putrinya tewas dengan cara yang mengenaskan. Dia baru tahu kabar itu sekitar pukul 09.00 WIB dari teman anaknya. "Saya kira kecelakaan. Ternyata dibunuh, rasanya kayak kiamat, sedih sekali. Tega banget pelaku melakukan itu sama anak saya," jelasnya.
Untuk diketahui Enno menjadi korban pembunuhan disertai pemerkosaan sadis di Tangerang. Enno Fahira ditemukan tewas dengan sejumlah luka dan cangkul menancap di organ vitalnya.
(whb)