Guru Besar UI Sebut Kejiwaan Jessica Normal
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono memastikan Jessica Kumala Wongso (27) tidak memiliki masalah apapun dalam kejiwaannya. Maka itu, Jessica pun dikatakan siap apabila harus menjalani persidangan kasusnya itu.
"Jessica sehat jasmani rohani. Lagi pula, semua orang yang membunuh itu sehat semuanya," ungkap Sarlito pada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (3/2/2016). Menurut Sarlito, hasil tes psikologi Jessica itu telah keluar, namun dia masih belum melihatnya.
Sarlito menuturkan, penyidik memintanya sebagai saksi ahli hanya untuk memastikan kalau pemeriksaan psikologi terhadap Jessica sudah sesuai prosedur atau belum. Kemudian penyidik juga ingin memastikan alat buktinya sudah bisa dipertanggung jawabkan dan apakah sudah cukup kuat agar penyidik bisa melakukan tahap berikutnya
"Nah baru seperti itu saja saya dimintanya. Belum masuk ke substansi. Hasil psikotes juga masih di polisi, saya belum lihat. Tergantung polisi saja, itu kan untuk perkuat alat bukti nantinya," tuturnya.
Terkait dengan karakter Jessica, Sarlito belum bisa memutuskan seperti apakah karakter wanita muda tersebut. Sebab, Sarlito belum bertatap muka dengan Jessica secara langsung.
Sarlito menekankan, diminta sebagai saksi ahli itu bukan untuk menentukan seseorang melalukan kejahatan. Namun, analisis yang dilakukannya itu hanya untuk memperkuat alat bukti belaka.
Sedang penentuan seseorang melakukan tindak kejahatan itu dilakukan penyidik. "Soal Jessica noleh-noleh (di CCTV), itu kan tidak membuktikan apa-apa, harus ada pembandingnya. Dan soal sikap Jessica (tenang), yah wajar atau janggal kita enggak tahu. Tapi kan baru sekali ini dia melakukan seumur hidup. Jadi untuk ukuran dia, kita tidak tahu, itu ketenangan Jessica suatu kebiasaan atau bukan," tutupnya.
"Jessica sehat jasmani rohani. Lagi pula, semua orang yang membunuh itu sehat semuanya," ungkap Sarlito pada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (3/2/2016). Menurut Sarlito, hasil tes psikologi Jessica itu telah keluar, namun dia masih belum melihatnya.
Sarlito menuturkan, penyidik memintanya sebagai saksi ahli hanya untuk memastikan kalau pemeriksaan psikologi terhadap Jessica sudah sesuai prosedur atau belum. Kemudian penyidik juga ingin memastikan alat buktinya sudah bisa dipertanggung jawabkan dan apakah sudah cukup kuat agar penyidik bisa melakukan tahap berikutnya
"Nah baru seperti itu saja saya dimintanya. Belum masuk ke substansi. Hasil psikotes juga masih di polisi, saya belum lihat. Tergantung polisi saja, itu kan untuk perkuat alat bukti nantinya," tuturnya.
Terkait dengan karakter Jessica, Sarlito belum bisa memutuskan seperti apakah karakter wanita muda tersebut. Sebab, Sarlito belum bertatap muka dengan Jessica secara langsung.
Sarlito menekankan, diminta sebagai saksi ahli itu bukan untuk menentukan seseorang melalukan kejahatan. Namun, analisis yang dilakukannya itu hanya untuk memperkuat alat bukti belaka.
Sedang penentuan seseorang melakukan tindak kejahatan itu dilakukan penyidik. "Soal Jessica noleh-noleh (di CCTV), itu kan tidak membuktikan apa-apa, harus ada pembandingnya. Dan soal sikap Jessica (tenang), yah wajar atau janggal kita enggak tahu. Tapi kan baru sekali ini dia melakukan seumur hidup. Jadi untuk ukuran dia, kita tidak tahu, itu ketenangan Jessica suatu kebiasaan atau bukan," tutupnya.
(whb)