Mira Merasakan Bagaimana Kengerian Ledakan Bom di Sarinah
A
A
A
JAKARTA - Korban luka ledakan bom Sarinah, Jakarta, Mira Puspita (22) menceritakan kengeriannya di detik-detik ledakan bom bunuh diri di Starbucks. Mira sendiri nyaris tewas karena kerudung yang digunakan sempat terbakar.
Ditemui di rumahnya, Mira mengenang kembali bagaimana suasana tenang mendadak berubah seperti neraka. Rekannya terluka di bagian dahi sementara warga negara Belanda yang duduk di belakangnya tewas seketika.
Mira mengatakan saat itu dirinya sedang meeting bersama tiga rekannya dari PT Pasific Cipta Mandiri dan 20 kliennya. Pada saat itu, Mira duduk menghadap ke arah jalan membelakangi kasir dan toilet. Tepat di belakangnya, ada sejumlah warga negara asing.
Saat meeting berlangsung, dia diperintahkan atasannya untuk tetap mengawasi pengunjung yang datang ke Starbuck, siapa tahu yang datang itu adalah salah satu klien yang juga janjian di kafe milik Amerika itu.
Lalu dia sempat melihat seorang pria dengan tinggi sekitar 170 centimeter memakai kaos hitam, membawa tas besar berwarna merah dan mengenakan topi, beberapa kali hilir mudik ke cafe tersebut.
"Saya tidak menaruh curiga, tapi dia bolak balik kafe. Masuk pintu, tidak menuju meja pemesanan, tapi langsung ke toilet. Begitu saja sampai beberapa kali," paparnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Ageng Tirtayasa, Kampung Bojong Poncol, RT 04/13, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Jumat (15/1/2016) pagi.
Tak berpa lama, sekitar pukul 10.40 WIB, Kamis 14 Januari 2016, ledakan keras terjadi dari arah belakang dirinya duduk. Ledakan itu membuat Mira jatuh ke lantai.
"Ledakan itu berasal dari toilet. Kuping saya sampai pengang. Kerudung saya terbakar, tapi langsung di padamkan klien saya. Kalau luka cuma lecet di bagian kaki kanan," katanya.
Setelah ledakan, suasana menjadi panik. Para pengunjung kedai kopi Starbucks yang berjumlah sekitar 40 orang berhamburan keluar menyelamatkan diri sambil berteriak.
Dia melihat teman kantornya Sari sudah berdarah di bagian dahinya. Sementara dia ketika dia melihat ke belakang, pria warga negara Belanda yang duduk di belakangnya sudah tergeletak tak bernyawa.
Tak hanya itu, percikan bom berupa noda hitam menempel di bleezer orange Mira. Percikan noda itu berbau seperi bensin.
"Ditengah kepanikan itu, aku angkat temen ku mba Sari ini yang sudah lemas di bangku ke luar Starbuck. Kami diarahkan ke Saripan Pasifik Hotel yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi," ujarnya.
Beberapa menit kemudian, ledakan kedua terjadi disusul baku tembak. Lalu terdengar lagi ledakan keempat. Namun dia tidak tahu persis posisinya karena melindungi diri.
"Saya sempat tidak bisa kemana-mana karena wilayah itu ditutup polisi. Baru setelah dinyatakan aman, jalan dibuka. Saya dan mbak Sari langsung dibawa ke RSCM," jelas Mira.
Setelah keadaan tenang, Mira langsung menghubungi ibunya di rumah. Untuk mengabarkan kalau keadaannya baik-baik saja. Dan dia pun diantar oleh sopir kantornya. "Aku dikasih izin untuk enggak ngantor selama dua hari ke depan. Benar-benar masih shock banget," ucapnya.
Ditemui di rumahnya, Mira mengenang kembali bagaimana suasana tenang mendadak berubah seperti neraka. Rekannya terluka di bagian dahi sementara warga negara Belanda yang duduk di belakangnya tewas seketika.
Mira mengatakan saat itu dirinya sedang meeting bersama tiga rekannya dari PT Pasific Cipta Mandiri dan 20 kliennya. Pada saat itu, Mira duduk menghadap ke arah jalan membelakangi kasir dan toilet. Tepat di belakangnya, ada sejumlah warga negara asing.
Saat meeting berlangsung, dia diperintahkan atasannya untuk tetap mengawasi pengunjung yang datang ke Starbuck, siapa tahu yang datang itu adalah salah satu klien yang juga janjian di kafe milik Amerika itu.
Lalu dia sempat melihat seorang pria dengan tinggi sekitar 170 centimeter memakai kaos hitam, membawa tas besar berwarna merah dan mengenakan topi, beberapa kali hilir mudik ke cafe tersebut.
"Saya tidak menaruh curiga, tapi dia bolak balik kafe. Masuk pintu, tidak menuju meja pemesanan, tapi langsung ke toilet. Begitu saja sampai beberapa kali," paparnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Ageng Tirtayasa, Kampung Bojong Poncol, RT 04/13, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Jumat (15/1/2016) pagi.
Tak berpa lama, sekitar pukul 10.40 WIB, Kamis 14 Januari 2016, ledakan keras terjadi dari arah belakang dirinya duduk. Ledakan itu membuat Mira jatuh ke lantai.
"Ledakan itu berasal dari toilet. Kuping saya sampai pengang. Kerudung saya terbakar, tapi langsung di padamkan klien saya. Kalau luka cuma lecet di bagian kaki kanan," katanya.
Setelah ledakan, suasana menjadi panik. Para pengunjung kedai kopi Starbucks yang berjumlah sekitar 40 orang berhamburan keluar menyelamatkan diri sambil berteriak.
Dia melihat teman kantornya Sari sudah berdarah di bagian dahinya. Sementara dia ketika dia melihat ke belakang, pria warga negara Belanda yang duduk di belakangnya sudah tergeletak tak bernyawa.
Tak hanya itu, percikan bom berupa noda hitam menempel di bleezer orange Mira. Percikan noda itu berbau seperi bensin.
"Ditengah kepanikan itu, aku angkat temen ku mba Sari ini yang sudah lemas di bangku ke luar Starbuck. Kami diarahkan ke Saripan Pasifik Hotel yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi," ujarnya.
Beberapa menit kemudian, ledakan kedua terjadi disusul baku tembak. Lalu terdengar lagi ledakan keempat. Namun dia tidak tahu persis posisinya karena melindungi diri.
"Saya sempat tidak bisa kemana-mana karena wilayah itu ditutup polisi. Baru setelah dinyatakan aman, jalan dibuka. Saya dan mbak Sari langsung dibawa ke RSCM," jelas Mira.
Setelah keadaan tenang, Mira langsung menghubungi ibunya di rumah. Untuk mengabarkan kalau keadaannya baik-baik saja. Dan dia pun diantar oleh sopir kantornya. "Aku dikasih izin untuk enggak ngantor selama dua hari ke depan. Benar-benar masih shock banget," ucapnya.
(ysw)