Jelang Natal, Pedagang Parsel CGC Padati Trotoar Cikini
A
A
A
JAKARTA - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, penjual parsel musiman mulai bermunculan. Seperti di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Ironisnya mayoritas pedagang parsel di kawasan tersebut merupakan pedagang yang menempati kios di Cikini Gold Center.
Tidak sedikit pedagang yang menggunakan trotoar dan bahu jalan untuk berjualan, akibatnya banyak pengendara motor dan mobil mengeluhkan keberadaan pedagang musiman tersebut. Pantauan di lokasi mulai dari depan KFC hingga depan kampus UBK Jalan Pegangsaan dipenuhi penjual parsel.
Asep salah seorang penjual parsel mengatakan, sengaja membuka lapak di trotoar karena kios di Cikini Gold Center tidak pernah ramai. Apalagi di mal tersebut dirinya ditempatkan di basement yang jarang dilalui orang.
"Setiap hari Cikini Gold Center sepi, pengelola tidak pernah berusaha untuk meramaikannya," kata Asep, Rabu 9 Desember 2015 kemarin. Asep menuturkan, hanya dua kali menggelar lapak di trotoar yakni menjelang Lebaran dan Natal serta Tahun Baru.
Sementara itu Manajer Operasional Cikini Gold Center Rinaldy mengakui pengunjung Cikini Gold Center terus menurun. Sepinya pengunjung merupakan efek dari pelemahan daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi global.
"Sejak tidak tahun diresmikan, masih ada sekitar 90 kios yang belum terjual," ujarnya. Rinaldy menambahkan, tidak berniat menjadikan Cikini Gold Center sebai pusat penjualan emas sebagaimana citranya sejak tahun 1970-an.
"Lebih baik yang datang ke sini 200 orang tapi belanja. Daripada yang datang 1000 orang tapi yang belanja hanya 100 orang," tuturnya.
Sementara itu, Camat Menteng Ahmad Pahri mengatakan, pedagang parsel yang berada di lokasi tersebut penjual musiman dan warga sekitar. Meski demikian, sambungnya, keberadaannya dengan membuka lapak di atas trotoar memang tidak dibenarkan.
Untuk itu Ahmad meminta pengelola Cikini Gold Center untuk bisa mengelola dengan baik para pedagangnya. Jika sudah punya kios kenapa harus turun ke jalan. Seharusnya pengelola yang berinisiatif untuk melakukan publikasi agar masyarakat mau masuk ke dalam mal untuk belanja parsel.
"Jika sudah ada kios, tapi masih berjualan di trotoar, apa fungsinya pengelola," ucap Pahri.
Tidak sedikit pedagang yang menggunakan trotoar dan bahu jalan untuk berjualan, akibatnya banyak pengendara motor dan mobil mengeluhkan keberadaan pedagang musiman tersebut. Pantauan di lokasi mulai dari depan KFC hingga depan kampus UBK Jalan Pegangsaan dipenuhi penjual parsel.
Asep salah seorang penjual parsel mengatakan, sengaja membuka lapak di trotoar karena kios di Cikini Gold Center tidak pernah ramai. Apalagi di mal tersebut dirinya ditempatkan di basement yang jarang dilalui orang.
"Setiap hari Cikini Gold Center sepi, pengelola tidak pernah berusaha untuk meramaikannya," kata Asep, Rabu 9 Desember 2015 kemarin. Asep menuturkan, hanya dua kali menggelar lapak di trotoar yakni menjelang Lebaran dan Natal serta Tahun Baru.
Sementara itu Manajer Operasional Cikini Gold Center Rinaldy mengakui pengunjung Cikini Gold Center terus menurun. Sepinya pengunjung merupakan efek dari pelemahan daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi global.
"Sejak tidak tahun diresmikan, masih ada sekitar 90 kios yang belum terjual," ujarnya. Rinaldy menambahkan, tidak berniat menjadikan Cikini Gold Center sebai pusat penjualan emas sebagaimana citranya sejak tahun 1970-an.
"Lebih baik yang datang ke sini 200 orang tapi belanja. Daripada yang datang 1000 orang tapi yang belanja hanya 100 orang," tuturnya.
Sementara itu, Camat Menteng Ahmad Pahri mengatakan, pedagang parsel yang berada di lokasi tersebut penjual musiman dan warga sekitar. Meski demikian, sambungnya, keberadaannya dengan membuka lapak di atas trotoar memang tidak dibenarkan.
Untuk itu Ahmad meminta pengelola Cikini Gold Center untuk bisa mengelola dengan baik para pedagangnya. Jika sudah punya kios kenapa harus turun ke jalan. Seharusnya pengelola yang berinisiatif untuk melakukan publikasi agar masyarakat mau masuk ke dalam mal untuk belanja parsel.
"Jika sudah ada kios, tapi masih berjualan di trotoar, apa fungsinya pengelola," ucap Pahri.
(whb)