Ini Kata Warga Pancoran Soal Penyimpangan Seks Maskur
A
A
A
JAKARTA - Warga Jalan Duren Bangka, RT01/02, Pancoran, Jakarta Selatan menduga Maskur (34), memiliki penyimpangan seksual terhadap anak-anak dikarenakan syarafnya yang terganggu alias gila. Karena, Maskur dikenal warga sebagai orang yang penakut terhadap perempuan.
Warga Jalan Bangka, Juli (43) mengaku tidak menyangka, kalau Maskur itu adalah pelaku tindak kekerasan terhadap anak. Sebab, sejak kecil Maskur telah tinggal di Jalan Bangka dan dikenal sebagai orang yang ramah pada anak-anak.
"Kami enggak curiga, Maskur itu mainnya sama anak-anak. Kalau main juga selalu beramai-ramai. Selain itu, dia (Maskur) enggak selalu main dengan anak di bawah umur," kata Juli saat berbincang di Jalan Duren Bangka, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (27/10/2015).
Menurut ibu yang rumahnya berdampingan dengan kediaman Maskur ini menjelaskan, selain suka bermain dengan anak-anak, Maskur pun kerap mengajak mereka ke Jalan Duren Bangka untuk memancing di kolam renang bekas rumah WNA. Karena sudah tidak terpakai dan banyak ikannya.
"Warga di sini enggak sangka kalau dia ini pelaku kekerasan seksual. Kalo mancing ramai-ramai, main juga ramai-ramai, kecuali dia ajak bocah sendirian ke kamar baru curiga. Nah ini enggak. Lagian kalau cabul kan biasanya anak itu ngeluh sakit begitu kan. Anak saya juga enggak ada apa-apa, baik-baik saja dan bukan korban meskipun suka main sama dia," bebernya.
Sejalan dengan Juli, warga lainnya Sofyan mengaku, baru mengetahui Maskur ditetapkan sebagai pelaku pencabulan lantaran ada polisi bertanya tentang Maskur sebelum digelandang ke polisi.
"Ada polisi tanya-tanya soal Maskur. Setekah itu, tahunya Maskur sudah dibawa saja. Itu juga keluarga enggak pada tahu dibawanya," kata Sofyan.
Maskur, sambungnya, tinggal bersama ibunya yang sudah sakit-sakitan. Sedang ayahnya telah lama meninggal. Dalam kesehariannya, Maskur dikenal sebagai orang yang ramah pada anak-anak, khususnya lelaki.
"Dia kalau sama perempuan takut, makanya mainnya sama anak-anak laki. Orangnya ya biasa saja enggak ada yang aneh-aneh dari dia. Dia di sini tinggal sama emaknya, bapaknya kan sudah meninggal," paparnya.
Dia pun menduga, Maskur memiliki kelainan seksual lantaran pernah mengalami kelainan jiwa saat kecil. Akibatnya, sel syaraf pikirannya pun ikut terganggu sehingga sifatnya lebih mirip seperti anak-anak walaupun tubuhnya besar.
"Dia dahulu ini pernah sakit panas, lalu jadi kayak orang stress begitu saat dia baru lulus dari SMP. Gara-gara stress itu, dia putus sekolah. Dia kerja jadi tukang bangunan. Gajinya suka dipakai buat anak-anak beli apa, beli apa gituh," tuturnya.
Sambungnya, kalau mancing sama anak-anak, ikannya dibakar bareng di depan rumahnya ramai-ramai. "Dia yang repot sendiri, kalau sudah matang, dimakanin sama anak-anak. Enggak anak kecil saja, anak-anak gede juga sama," sambungnya.
PILIHAN:
Demo Mahasiswa YAI, Lalulintas di Diponegoro Lumpuh
Warga Jalan Bangka, Juli (43) mengaku tidak menyangka, kalau Maskur itu adalah pelaku tindak kekerasan terhadap anak. Sebab, sejak kecil Maskur telah tinggal di Jalan Bangka dan dikenal sebagai orang yang ramah pada anak-anak.
"Kami enggak curiga, Maskur itu mainnya sama anak-anak. Kalau main juga selalu beramai-ramai. Selain itu, dia (Maskur) enggak selalu main dengan anak di bawah umur," kata Juli saat berbincang di Jalan Duren Bangka, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (27/10/2015).
Menurut ibu yang rumahnya berdampingan dengan kediaman Maskur ini menjelaskan, selain suka bermain dengan anak-anak, Maskur pun kerap mengajak mereka ke Jalan Duren Bangka untuk memancing di kolam renang bekas rumah WNA. Karena sudah tidak terpakai dan banyak ikannya.
"Warga di sini enggak sangka kalau dia ini pelaku kekerasan seksual. Kalo mancing ramai-ramai, main juga ramai-ramai, kecuali dia ajak bocah sendirian ke kamar baru curiga. Nah ini enggak. Lagian kalau cabul kan biasanya anak itu ngeluh sakit begitu kan. Anak saya juga enggak ada apa-apa, baik-baik saja dan bukan korban meskipun suka main sama dia," bebernya.
Sejalan dengan Juli, warga lainnya Sofyan mengaku, baru mengetahui Maskur ditetapkan sebagai pelaku pencabulan lantaran ada polisi bertanya tentang Maskur sebelum digelandang ke polisi.
"Ada polisi tanya-tanya soal Maskur. Setekah itu, tahunya Maskur sudah dibawa saja. Itu juga keluarga enggak pada tahu dibawanya," kata Sofyan.
Maskur, sambungnya, tinggal bersama ibunya yang sudah sakit-sakitan. Sedang ayahnya telah lama meninggal. Dalam kesehariannya, Maskur dikenal sebagai orang yang ramah pada anak-anak, khususnya lelaki.
"Dia kalau sama perempuan takut, makanya mainnya sama anak-anak laki. Orangnya ya biasa saja enggak ada yang aneh-aneh dari dia. Dia di sini tinggal sama emaknya, bapaknya kan sudah meninggal," paparnya.
Dia pun menduga, Maskur memiliki kelainan seksual lantaran pernah mengalami kelainan jiwa saat kecil. Akibatnya, sel syaraf pikirannya pun ikut terganggu sehingga sifatnya lebih mirip seperti anak-anak walaupun tubuhnya besar.
"Dia dahulu ini pernah sakit panas, lalu jadi kayak orang stress begitu saat dia baru lulus dari SMP. Gara-gara stress itu, dia putus sekolah. Dia kerja jadi tukang bangunan. Gajinya suka dipakai buat anak-anak beli apa, beli apa gituh," tuturnya.
Sambungnya, kalau mancing sama anak-anak, ikannya dibakar bareng di depan rumahnya ramai-ramai. "Dia yang repot sendiri, kalau sudah matang, dimakanin sama anak-anak. Enggak anak kecil saja, anak-anak gede juga sama," sambungnya.
PILIHAN:
Demo Mahasiswa YAI, Lalulintas di Diponegoro Lumpuh
(mhd)