Kembali Dipenuhi PKL, Pemkot Jakbar Gagal Tata Asemka
A
A
A
JAKARTA - Walaupun proses relokasi pedagang kaki lima (PKL) Asemka sudah dilakukan Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) beberapa bulan lalu. Namun upaya tersebut belum berjalan signifikan, karena kini wilayah itu kembali dipadati PKL.
Berdasarkan pantauan SINDO, Kamis (1/10/2015), kawasan Asemka yang meliputi wilayah dua Kecamatan, yakni Kecamatan Taman Sari dan Kecamatan Tambora mulai dipenuhi oleh PKL. Para PKL di sana, berjualan secara tak teratur mulai di atas trotoar, maupun bibir jalan yang seharusnya merupakan kawasan bebas PKL.
Kondisi inipun mendorong adanya parkir liar di kawasan itu yang semakin membludak. Bila sebelumnya parkir liar hanya mencapai satu baris untuk sepeda motor. Adanya PKL di kawasan itu membuat parkir menjadi semakin banyak hingga mencapai dua hingga tiga setengah baris.
Akibatnya, jalan di sekitar kawasan Pasar Asemka dan Pasar Pagi, seperti Jalan Asemka, Jalan Pintu Kecil Dua, dan Jalan Petokangan alami kemacetan. Arus kendaraan yang seharusnya lancar, malah menjadi tersendat lantaran jalanan yang seharusnya mampu dilalui dua mobil menjadi hanya satu mobil karena bibir jalan telah dipenuhi parkiran dan PKL.
Adanya anggota Satpol PP yang berada di perempatan jalan antara Jalan Asemka, Pintu Kecil, dan Petokangan yang letak tepat dibawah kolong fly over tidak mampu berbuat banyak. Satpol yang ada disana terlihat hanya berjaga santai dan tidak sekalipun menertibkan PKL maupun Parkir Liar.
Salah seorang PKL, Rahmat Yasin (35), mengakui, dirinya dan ratusan PKL lainnya sudah tiga hari terakhir berjualan di sini. Lemahnya pengawasan yang dilakukan Satpol PP menjadikan alasan dari bapak tiga anak ini nekat berjualan di kawasan terlarang itu.
"Kemarin kan ada trantib jadi kami enggak dagang, sekarang trantibnya sudah enggak ada, jadi kami kembali dagang di sini," tutur pedagang kaos kaki di lokasi.
Rahmat menambahkan, semenjak adanya penertiban PKL yang dilakukan Satpol PP di kawasan itu beberapa bulan lalu, membuatnya harus berjualan secara tidak tetap. Kawasan seperti Kota Tua, Glodok, hingga Tanah Abang pun menjadi lahan jualan pria yang mengontrak di kawasan Tangki, Taman Sari itu.
"Tapi keuntungan di tempat itu enggak sebanding dengan saya berjualan di Asemka," keluh pria asal Pariaman, Sumatra Barat ini.
Senada pedagang lainya, Ratih (47), mengatakan demikian. Sekalipun ibu dua anak yang telah 11 tahun berjualan aksesoris di kolong Asemka itu telah mendapatkan satu ruko di Pasar Perniagaan, Tambora. Namun rupanya hal itu tidak membuat dirinya mengurungkan niat untuk tidak berjualan di kawasan Asemka kembali.
Adanya perbedaan jumlah pengunjung dan pembeli yang datang di dua tempat itu, menjadi alasan dirinya untuk tetap kembali ke Asemka. "Di perniagaan mah sepi bener, kita susah cari uang di sana, kalau Asemka mah rame terus jadi dagangan kita tetap laku," tuturnya.
Sementara itu, Asisten Pemerintah Jakarta Barat,Deny Ramdhani menjelaskan, dipenuhinya Asemka oleh PKL lantaran relokasi yang sebelumnya belum dilakukan secara maksimal. Karenanya untuk relokasi ke depan, dia memastikan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.
"Kami (Pemkot Jakbar) telah merapatkan hal ini. Kemarin belum berhasil karena dana dari UMKM belum turun, sekarang dana itu udah ada, rencanaya akan kami bagikan ke PKL untuk modal supaya mereka mau pindah," jelas Deny.
Deny mengatakan untuk relokasi kedepannya, pihaknya akan melakukan tindakan tegas dengan mengikutsertakan anggota TNI dan Polri dalam proses penertiban, hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Pemkot Jakbar serius dalam penataan PKL. "Senin, minggu depan kita akan layangkan surat penertibannya kepada PKL," katanya.
Terpisah, Camat Taman Sari, Paris Limbong menjelaskan, usaha pihaknya untuk menertibkan PKL telah dilakukan beberapa waktu lalu. Hanya saja, kata dia, dari 350 PKL yang didata dan mendapatkan unit ruko, hanya 80 pedagang yang mengambil.
"Karena itu, kami akan kembali rapat lagi untuk bahas ini. Secepatnya kami akan tertibkan tanpa toleransi lagi," tutupnya. (Baca: PKL Direlokasi, Parkir Asemka Semakin Semrawut)
Berdasarkan pantauan SINDO, Kamis (1/10/2015), kawasan Asemka yang meliputi wilayah dua Kecamatan, yakni Kecamatan Taman Sari dan Kecamatan Tambora mulai dipenuhi oleh PKL. Para PKL di sana, berjualan secara tak teratur mulai di atas trotoar, maupun bibir jalan yang seharusnya merupakan kawasan bebas PKL.
Kondisi inipun mendorong adanya parkir liar di kawasan itu yang semakin membludak. Bila sebelumnya parkir liar hanya mencapai satu baris untuk sepeda motor. Adanya PKL di kawasan itu membuat parkir menjadi semakin banyak hingga mencapai dua hingga tiga setengah baris.
Akibatnya, jalan di sekitar kawasan Pasar Asemka dan Pasar Pagi, seperti Jalan Asemka, Jalan Pintu Kecil Dua, dan Jalan Petokangan alami kemacetan. Arus kendaraan yang seharusnya lancar, malah menjadi tersendat lantaran jalanan yang seharusnya mampu dilalui dua mobil menjadi hanya satu mobil karena bibir jalan telah dipenuhi parkiran dan PKL.
Adanya anggota Satpol PP yang berada di perempatan jalan antara Jalan Asemka, Pintu Kecil, dan Petokangan yang letak tepat dibawah kolong fly over tidak mampu berbuat banyak. Satpol yang ada disana terlihat hanya berjaga santai dan tidak sekalipun menertibkan PKL maupun Parkir Liar.
Salah seorang PKL, Rahmat Yasin (35), mengakui, dirinya dan ratusan PKL lainnya sudah tiga hari terakhir berjualan di sini. Lemahnya pengawasan yang dilakukan Satpol PP menjadikan alasan dari bapak tiga anak ini nekat berjualan di kawasan terlarang itu.
"Kemarin kan ada trantib jadi kami enggak dagang, sekarang trantibnya sudah enggak ada, jadi kami kembali dagang di sini," tutur pedagang kaos kaki di lokasi.
Rahmat menambahkan, semenjak adanya penertiban PKL yang dilakukan Satpol PP di kawasan itu beberapa bulan lalu, membuatnya harus berjualan secara tidak tetap. Kawasan seperti Kota Tua, Glodok, hingga Tanah Abang pun menjadi lahan jualan pria yang mengontrak di kawasan Tangki, Taman Sari itu.
"Tapi keuntungan di tempat itu enggak sebanding dengan saya berjualan di Asemka," keluh pria asal Pariaman, Sumatra Barat ini.
Senada pedagang lainya, Ratih (47), mengatakan demikian. Sekalipun ibu dua anak yang telah 11 tahun berjualan aksesoris di kolong Asemka itu telah mendapatkan satu ruko di Pasar Perniagaan, Tambora. Namun rupanya hal itu tidak membuat dirinya mengurungkan niat untuk tidak berjualan di kawasan Asemka kembali.
Adanya perbedaan jumlah pengunjung dan pembeli yang datang di dua tempat itu, menjadi alasan dirinya untuk tetap kembali ke Asemka. "Di perniagaan mah sepi bener, kita susah cari uang di sana, kalau Asemka mah rame terus jadi dagangan kita tetap laku," tuturnya.
Sementara itu, Asisten Pemerintah Jakarta Barat,Deny Ramdhani menjelaskan, dipenuhinya Asemka oleh PKL lantaran relokasi yang sebelumnya belum dilakukan secara maksimal. Karenanya untuk relokasi ke depan, dia memastikan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.
"Kami (Pemkot Jakbar) telah merapatkan hal ini. Kemarin belum berhasil karena dana dari UMKM belum turun, sekarang dana itu udah ada, rencanaya akan kami bagikan ke PKL untuk modal supaya mereka mau pindah," jelas Deny.
Deny mengatakan untuk relokasi kedepannya, pihaknya akan melakukan tindakan tegas dengan mengikutsertakan anggota TNI dan Polri dalam proses penertiban, hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen Pemkot Jakbar serius dalam penataan PKL. "Senin, minggu depan kita akan layangkan surat penertibannya kepada PKL," katanya.
Terpisah, Camat Taman Sari, Paris Limbong menjelaskan, usaha pihaknya untuk menertibkan PKL telah dilakukan beberapa waktu lalu. Hanya saja, kata dia, dari 350 PKL yang didata dan mendapatkan unit ruko, hanya 80 pedagang yang mengambil.
"Karena itu, kami akan kembali rapat lagi untuk bahas ini. Secepatnya kami akan tertibkan tanpa toleransi lagi," tutupnya. (Baca: PKL Direlokasi, Parkir Asemka Semakin Semrawut)
(mhd)