KPAI Dalami Pemicu Kekerasan di SDN 07 Pagi
A
A
A
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tengah mendalami pemicu kekerasan anak yang menewaskan A (8), di SDN 07 Pagi, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Untuk membuktikan adanya pemicu KPAI harus mendalami kasus kekerasan di sekolah itu.
"Khusus untuk kasus di SD tersebut, kami masih mendalami, pemicu dan faktor-faktor yang melatarbelakangi," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan Susanto kepada Sindonews, Minggu (20/9/2015).
Meski demikian, Susanto meyakini setiap kasus kekerasan anak ada pemicunya. Namun, kata dia, KPAI tidak ingin berspekulasi utnuk hal itu. "Di luar kasus tersebut, biasanya ada pemicu mengapa ada melakukan tindakan kekerasan," ujarnya.
Menurut dia, yang biasa mempengaruhi prilaku anak dalam bergaul adalah pola asuh keluarga dan lingkungan. Karena, anak mudah meniru apa yang mereka lihat.
"Faktor pola asuh keluarga. Mungkin orangtua tak pernah melakukan kekerasan, tetapi membiarkan anak bermain dengan teman sebaya yang punya karakter kekerasan atau main game kekerasan bisa menjadi salah satu pembentuk sikap anak," tuturnya.
Kemudian, kata dia, anak lebih banyak bermain game dan nonton film aksi kekerasan. Ini bisa penjadi pembentuk cara berfikir, bersikap dan bertindak ketika anak menyelesaikan masalah dengan temannya.
"Jika sekolah belum terbangun mekanisme pencegahan bullying bisa menyuburkan bullying. Minimal, karakter kekerasan yang dibawa dari luar sekolah, bisa diekspresikan di sekolah," terangnya.
PILIHAN:
Pekan Depan, PT MRT Akan Mulai Ngebor di Senayan
"Khusus untuk kasus di SD tersebut, kami masih mendalami, pemicu dan faktor-faktor yang melatarbelakangi," kata Komisioner KPAI bidang Pendidikan Susanto kepada Sindonews, Minggu (20/9/2015).
Meski demikian, Susanto meyakini setiap kasus kekerasan anak ada pemicunya. Namun, kata dia, KPAI tidak ingin berspekulasi utnuk hal itu. "Di luar kasus tersebut, biasanya ada pemicu mengapa ada melakukan tindakan kekerasan," ujarnya.
Menurut dia, yang biasa mempengaruhi prilaku anak dalam bergaul adalah pola asuh keluarga dan lingkungan. Karena, anak mudah meniru apa yang mereka lihat.
"Faktor pola asuh keluarga. Mungkin orangtua tak pernah melakukan kekerasan, tetapi membiarkan anak bermain dengan teman sebaya yang punya karakter kekerasan atau main game kekerasan bisa menjadi salah satu pembentuk sikap anak," tuturnya.
Kemudian, kata dia, anak lebih banyak bermain game dan nonton film aksi kekerasan. Ini bisa penjadi pembentuk cara berfikir, bersikap dan bertindak ketika anak menyelesaikan masalah dengan temannya.
"Jika sekolah belum terbangun mekanisme pencegahan bullying bisa menyuburkan bullying. Minimal, karakter kekerasan yang dibawa dari luar sekolah, bisa diekspresikan di sekolah," terangnya.
PILIHAN:
Pekan Depan, PT MRT Akan Mulai Ngebor di Senayan
(mhd)