Kekerasan di SDN 07 Pagi Diduga Ada Pemicunya
A
A
A
JAKARTA - Kekerasan anak yang kerap terjadi di lingkungan sekolah dan bermain diduga adanya pemicu yang melatarbelangi hal itu. Sehingga, kekerasan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 07 Pagi, Jakarta Selatan terjadi.
"Tindakan kekerasan anak ada pemicunya. Mereka (dominan) melakukan apa yang mereka mainkan dan lihat, seperti film dan games," kata Wakil Ketua Komisi E bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Pendidikan DPRD DKI Jakarta Ashraf Ali kepada Sindonews, Minggu (20/9/2015).
Anak-anak yang suka bermain games dan menonton film tanpa diawasi orangtua, menurut Ashraf, hal itu akan lebih besar dampak negatifnya. Karena, anak ini akan meniru apa yang mereka lihat.
"Namanya anak-anak, mereka akan mencontoh. Maka itu, semua elemen harus memberikan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya orangtua dan guru," pungkas politikus Partai Golkar ini.
Maka itu, kata Ashraf, anak-anak harus diberikan perhatian khusus. Karena, mereka masih polos melakukan apa yang mereka lihat dan mainkan. (Baca: Kepsek dan Guru SDN 07 Pagi Terancam Dipecat)
"Mereka tidak tahu permainan kekerasan yang mereka anggap sebagai kegagahan. Sehingga berdampak kepada prilakunya," ungkap Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta ini.
Pemerintah harus memberikan pengawasan sebagaimana mestinya, begitu juga dengan lembaga anak untuk memberikan regulasi terhadap pengawasan anak. Karena, kata dia, anak adalah aset bangsa yang harus dijaga.
"Semua harus memberikan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya pihak sekolah, orangtua dan pemerintah. Tapi juga semua elemen memberikan (pengawasan) itu," tukasnya. (Baca: Pemukulan Bocah SD Diawali dari Saling Ejek)
Dia menambahkan anak-anak bisa bermain di warung internet (warnet). Hal itu juga mesti diawasi sehingga anak tetap terpantau aktivitasnya. "Harus diawasi juga itu (warnet)," ujarnya.
PILIHAN:
Rawan Penyakit, Hewan Kurban di Kabupaten Tangerang Dipantau
"Tindakan kekerasan anak ada pemicunya. Mereka (dominan) melakukan apa yang mereka mainkan dan lihat, seperti film dan games," kata Wakil Ketua Komisi E bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Pendidikan DPRD DKI Jakarta Ashraf Ali kepada Sindonews, Minggu (20/9/2015).
Anak-anak yang suka bermain games dan menonton film tanpa diawasi orangtua, menurut Ashraf, hal itu akan lebih besar dampak negatifnya. Karena, anak ini akan meniru apa yang mereka lihat.
"Namanya anak-anak, mereka akan mencontoh. Maka itu, semua elemen harus memberikan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya orangtua dan guru," pungkas politikus Partai Golkar ini.
Maka itu, kata Ashraf, anak-anak harus diberikan perhatian khusus. Karena, mereka masih polos melakukan apa yang mereka lihat dan mainkan. (Baca: Kepsek dan Guru SDN 07 Pagi Terancam Dipecat)
"Mereka tidak tahu permainan kekerasan yang mereka anggap sebagai kegagahan. Sehingga berdampak kepada prilakunya," ungkap Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta ini.
Pemerintah harus memberikan pengawasan sebagaimana mestinya, begitu juga dengan lembaga anak untuk memberikan regulasi terhadap pengawasan anak. Karena, kata dia, anak adalah aset bangsa yang harus dijaga.
"Semua harus memberikan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya pihak sekolah, orangtua dan pemerintah. Tapi juga semua elemen memberikan (pengawasan) itu," tukasnya. (Baca: Pemukulan Bocah SD Diawali dari Saling Ejek)
Dia menambahkan anak-anak bisa bermain di warung internet (warnet). Hal itu juga mesti diawasi sehingga anak tetap terpantau aktivitasnya. "Harus diawasi juga itu (warnet)," ujarnya.
PILIHAN:
Rawan Penyakit, Hewan Kurban di Kabupaten Tangerang Dipantau
(mhd)