Kisruh di Kampung Pulo, Ini Kata Pengamat
A
A
A
JAKARTA - Penggusuran yang disertai kericuhan di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur pada Kamis 20 Agustus 2015, diduga didalangi oknum tak bertanggungjawab. Mereka ogah pindah, walaupun sudah diberikan fasilitas seperti rumah susun (rusun).
"Kalau sudah ditolong kenapa tidak bilang terimakasih. Pemerintah sudah memberikan fasilitas juga. Ini bagian kecil dari karakter bangsa yang harus diperbaiki," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Silverius Y Soeharso di Fakultas Psikologi UP, Jumat 21 Agustus 2015.
Meski demikian, dia berharap, pemerintah melakukan investigasi dan mencari tahu alasan penolakan itu. Apakah penolakan itu murni dari warga Kampung Pulo atau ada aktor intelektualnya.
"Ada sesuatu yang tidak beres. Negara tidak boleh kalah karena kita bukan negara bar-bar. Kalau seperti ini negara bisa habis," ucap Dekan Fakultas Psikologi UP itu.
Dia menyarankan, untuk mengatasi kisruh itu jangan ditempuh dengan cara legal formal. Tetapi dengan pendekatan psikologis dan diajak berembuk.
"Kalau satu kali dikasih tahu baik-baik tidak mau, lalu dua kali sampai tiga kali masih tidak mau, langkah terakhir ya mau tidak mau eksekusi," katanya.
Menurutnya, masyarakat harus bisa memahami mana yang hak dan bukan. Jika bukan haknya maka masyarakat diminta bisa menghargai.
PILIHAN:
Hari Kedua Penggusuran Kampung Pulo, Jumlah Personel Ditambah
Ahok Targetkan Penggusuran Kampung Pulo Rampung Secepatnya
Alat Berat Dibakar, Ahok Tantang Warga Kampung Pulo
"Kalau sudah ditolong kenapa tidak bilang terimakasih. Pemerintah sudah memberikan fasilitas juga. Ini bagian kecil dari karakter bangsa yang harus diperbaiki," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Silverius Y Soeharso di Fakultas Psikologi UP, Jumat 21 Agustus 2015.
Meski demikian, dia berharap, pemerintah melakukan investigasi dan mencari tahu alasan penolakan itu. Apakah penolakan itu murni dari warga Kampung Pulo atau ada aktor intelektualnya.
"Ada sesuatu yang tidak beres. Negara tidak boleh kalah karena kita bukan negara bar-bar. Kalau seperti ini negara bisa habis," ucap Dekan Fakultas Psikologi UP itu.
Dia menyarankan, untuk mengatasi kisruh itu jangan ditempuh dengan cara legal formal. Tetapi dengan pendekatan psikologis dan diajak berembuk.
"Kalau satu kali dikasih tahu baik-baik tidak mau, lalu dua kali sampai tiga kali masih tidak mau, langkah terakhir ya mau tidak mau eksekusi," katanya.
Menurutnya, masyarakat harus bisa memahami mana yang hak dan bukan. Jika bukan haknya maka masyarakat diminta bisa menghargai.
PILIHAN:
Hari Kedua Penggusuran Kampung Pulo, Jumlah Personel Ditambah
Ahok Targetkan Penggusuran Kampung Pulo Rampung Secepatnya
Alat Berat Dibakar, Ahok Tantang Warga Kampung Pulo
(mhd)