Pembangunan Margonda Salah Secara Teori
A
A
A
DEPOK - Pembangunan dan tata letak di sepanjang Jalan Margonda Depok dianggap salah. Karena, peruntukkan jalan protokol tidak seharusnya banyak terdapat pintu keluar masuk. Kondisi itu menyebabkan kemacetan di ruas jalan itu.
"Secara teori iya, pembangunan di Jalan Margonda menyalahi," kata AR Indra Tjahjani usai dikukuhkan menjadi Doktor Ilmu Tehnik Sipil dengan judul disertasi Pemilihan Pembangunan Jalan Kabupaten Berbasis Kondisi Daerah, Depok, Sabtu (1/8/2015).
Di sepanjang Jalan Margonda yang membentang 4,7 KM itu kini lebih banyak dipenuhi bangunan komersil. Misalnya, pertokoan, apartemen dan hotel. Dampaknya, kemacetan di ruas jalan itu tidak dapat dihindari terutama ketika akhir pekan. "Tapi dilihat juga secara policy-nya," ungkapnya.
Selain menyebabkan kemacetan, tata ruang dan tata letak yang dianggap salah secara teori itu juga berdampak pada terganggunya sistem drainase. Sehingga ketika hujan deras, Jalan Margonda selalu terkena banjir parah. Banjir itu juga kerap menyebabkan kemacetan karena kendaraan tidak bisa melintas.
"Sebenarnya tinggal dilihat saja tata ruangnya jalan Margondanya seperti apa. Tinggal cocokan saja dengan peruntukkan jalannya," katanya.
Dia menambahkan yang terjadi saat ini pembangunan jalan Margonda Raya hanya dilihat dari sisi keuntungannya saja. Seharusnya ada kebijakan yang diambil untuk memperbaiki tata ruang dan tata letak Jalan Margonda.
"Jalan Margonda adalah jalan utama seharusnya pemerintah memperhatikan aspek tata ruangnya, tata ruang lingkungannya," pungkasnya.
PILIHAN:
Dibidik Haji Lulung, Ini Reaksi Ahok
Ini Saingan Berat Ahok di Pilgub DKI 2017
"Secara teori iya, pembangunan di Jalan Margonda menyalahi," kata AR Indra Tjahjani usai dikukuhkan menjadi Doktor Ilmu Tehnik Sipil dengan judul disertasi Pemilihan Pembangunan Jalan Kabupaten Berbasis Kondisi Daerah, Depok, Sabtu (1/8/2015).
Di sepanjang Jalan Margonda yang membentang 4,7 KM itu kini lebih banyak dipenuhi bangunan komersil. Misalnya, pertokoan, apartemen dan hotel. Dampaknya, kemacetan di ruas jalan itu tidak dapat dihindari terutama ketika akhir pekan. "Tapi dilihat juga secara policy-nya," ungkapnya.
Selain menyebabkan kemacetan, tata ruang dan tata letak yang dianggap salah secara teori itu juga berdampak pada terganggunya sistem drainase. Sehingga ketika hujan deras, Jalan Margonda selalu terkena banjir parah. Banjir itu juga kerap menyebabkan kemacetan karena kendaraan tidak bisa melintas.
"Sebenarnya tinggal dilihat saja tata ruangnya jalan Margondanya seperti apa. Tinggal cocokan saja dengan peruntukkan jalannya," katanya.
Dia menambahkan yang terjadi saat ini pembangunan jalan Margonda Raya hanya dilihat dari sisi keuntungannya saja. Seharusnya ada kebijakan yang diambil untuk memperbaiki tata ruang dan tata letak Jalan Margonda.
"Jalan Margonda adalah jalan utama seharusnya pemerintah memperhatikan aspek tata ruangnya, tata ruang lingkungannya," pungkasnya.
PILIHAN:
Dibidik Haji Lulung, Ini Reaksi Ahok
Ini Saingan Berat Ahok di Pilgub DKI 2017
(ysw)