Psikolog: Pembunuhan & Perkosaan Bisa Dipicu karena Konflik Menahun
A
A
A
DEPOK - Pembunuhan disertai tindak perkosaan tanpa ada motif pencurian biasanya dilakukan oleh orang dekat. Antara pelaku dan korban biasanya memiliki hubungan emosional tertentu. Keputusan pelaku bertindak sadis pun bukan hanya dipicu oleh satu faktor saja.
"Biasanya masalah perkosaan dan pembunuhan banyak terjadi karena konflik yang sudah lama dan bukan hanya satu pemicunya. Ini terjadi karena pola hubungan bertahun-tahun dan terus menerus. Misalnya ada kekecewaan dalam diri pelaku sehingga kemudian memutuskan untuk membunuh," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta, Selasa (16/6/2015).
Konflik yang dimaksud bisa jadi karena ada kecemburuan yang dirasakan pelaku. Sehingga pelaku merasa korban adalah orang yang perlu disingkirkan. Dan tindakan itu dilakukan dalam rangka mencari perhatian orang tua. Bisa jadi, pelaku memiliki persepsi berbeda sehingga merasa cemburu terhadap adiknya.
"Itu persepsi si pelaku. Dia mungkin merasa jealous (cemburu) sehingga ingin menghancurkan (korban) dan mencari perhatian (orang tua)," jelasnya.
Bisa jadi, cemburu itu terjadi karena persaingan antar saudara. Hal itu sangat mungkin terjadi karena pelaku ingin mencari perhatian dari orang tuanya. "Pasti ada hal yang sangat kuat sehingga dia berbuat seperti itu," katanya.
Jika dilihat dari polanya, pembunuhan dan kekerasan seksual yang dilakukan pelaku bisa dikatakan terencana. Karena dilakukan saat orang tua tidak ada di rumah. Itu mengindikasikan bahwa pelaku sudah memahami kapan dia akan melakukan eksekusi.
"Yang jelas, hal itu dilakukan tidak dalam waktu yang cepat. Artinya, tidak diputuskan saat itu juga," tutupnya.
Sebelumnya, pembunuhan sadis terjadi di Ciledug, Kota Tangerang, Minggu 7 Juni 2015. Peristiwa ini menimpa kakak beradik Muhammad Rizky (17) dan Putri Mariska Sakina atau Fitri (13). Polisi menemukan ceceran sperma di kelamin Putri yang diduga milik pelaku pembunuhan.
"Biasanya masalah perkosaan dan pembunuhan banyak terjadi karena konflik yang sudah lama dan bukan hanya satu pemicunya. Ini terjadi karena pola hubungan bertahun-tahun dan terus menerus. Misalnya ada kekecewaan dalam diri pelaku sehingga kemudian memutuskan untuk membunuh," kata psikolog dari Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta, Selasa (16/6/2015).
Konflik yang dimaksud bisa jadi karena ada kecemburuan yang dirasakan pelaku. Sehingga pelaku merasa korban adalah orang yang perlu disingkirkan. Dan tindakan itu dilakukan dalam rangka mencari perhatian orang tua. Bisa jadi, pelaku memiliki persepsi berbeda sehingga merasa cemburu terhadap adiknya.
"Itu persepsi si pelaku. Dia mungkin merasa jealous (cemburu) sehingga ingin menghancurkan (korban) dan mencari perhatian (orang tua)," jelasnya.
Bisa jadi, cemburu itu terjadi karena persaingan antar saudara. Hal itu sangat mungkin terjadi karena pelaku ingin mencari perhatian dari orang tuanya. "Pasti ada hal yang sangat kuat sehingga dia berbuat seperti itu," katanya.
Jika dilihat dari polanya, pembunuhan dan kekerasan seksual yang dilakukan pelaku bisa dikatakan terencana. Karena dilakukan saat orang tua tidak ada di rumah. Itu mengindikasikan bahwa pelaku sudah memahami kapan dia akan melakukan eksekusi.
"Yang jelas, hal itu dilakukan tidak dalam waktu yang cepat. Artinya, tidak diputuskan saat itu juga," tutupnya.
Sebelumnya, pembunuhan sadis terjadi di Ciledug, Kota Tangerang, Minggu 7 Juni 2015. Peristiwa ini menimpa kakak beradik Muhammad Rizky (17) dan Putri Mariska Sakina atau Fitri (13). Polisi menemukan ceceran sperma di kelamin Putri yang diduga milik pelaku pembunuhan.
(ysw)