Ditipu Lembaga Kursus, Puluhan Murid Geruduk Polda Metro Jaya
A
A
A
JAKARTA - Puluhan murid mendatangi Polda Metro Jaya untuk melaporkan sebuah lembaga kursus karena diduga melakukan penipuan. Modusnya lembaga kursus tersebut menawarkan paket kurus sejumlah bahasa asing.
Tiga orang yang dilaporkan para korban ialah pasangan suami istri R dan A, serta seorang marketing berinisial BR. Para korban ini merasa dirugikan karena uang yang disetorkan untuk kursus bahasa namun kemudian digelapkan.
Kursus bahasa yang seharusnya didapat para korban selama satu tahun, tidak terlaksana karena tempat kurusnya sudah ditutup. Salah satu orang tua korban bernama Hetty Santoso menerangkan, sudah membayar Rp6,6 juta di awal untuk kursus anaknya.
Saat itu, anaknya mmengambil paket kursus bahasa Jepang untuk satu tahun. "Saya daftarin dari Agustus 2014. Sempat kursus, tetapi baru beberapa pertemuan. Kesini-sini, tempat kursusnya sering tutup," kata Hetty di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Awalnya, kursus diselenggarakan di Daan Mogot, Jakarta Barat. Setelah beberapa kali mencoba kursus ke tempat tersebut, Hetty menemukan jika lokasi dipindahkan ke Tangerang.
Namun, setelah dicek ke Tangerang ternyata tidak ada. Sampai 13 Mei lalu, ternyata tempatnya benar-benar ditutup. Korban lainnya, Riko, seorang karyawan asal Kemanggisan mendaftar kursus di tempat tersebut pada Maret 2015.
Dia saat itu sudah membayar uang di muka sebesar Rp3,4 juta. "Baru delapan kali belajar, setelah itu bubar," kata Riko. Modus pasutri menggelar kursus di lokasi tersebut dengan iming-iming paket murah jika pendaftar membayar secara tunai di awal.
Pendaftar juga tergiur karena bisa belajar berbagai macam bahasa seperti bahasa Inggris, Jepang, Prancis, Mandarin dan lainnya dengan biaya yang cukup terjangkau selama satu tahun.
"Ini laporan kami yang ketiga kalinya. Laporan sebelumnya tidak digubris oleh pihak kepolisian, makanya kami lapor ke Polda Metro Jaya," ujarnya.
Tiga orang yang dilaporkan para korban ialah pasangan suami istri R dan A, serta seorang marketing berinisial BR. Para korban ini merasa dirugikan karena uang yang disetorkan untuk kursus bahasa namun kemudian digelapkan.
Kursus bahasa yang seharusnya didapat para korban selama satu tahun, tidak terlaksana karena tempat kurusnya sudah ditutup. Salah satu orang tua korban bernama Hetty Santoso menerangkan, sudah membayar Rp6,6 juta di awal untuk kursus anaknya.
Saat itu, anaknya mmengambil paket kursus bahasa Jepang untuk satu tahun. "Saya daftarin dari Agustus 2014. Sempat kursus, tetapi baru beberapa pertemuan. Kesini-sini, tempat kursusnya sering tutup," kata Hetty di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Awalnya, kursus diselenggarakan di Daan Mogot, Jakarta Barat. Setelah beberapa kali mencoba kursus ke tempat tersebut, Hetty menemukan jika lokasi dipindahkan ke Tangerang.
Namun, setelah dicek ke Tangerang ternyata tidak ada. Sampai 13 Mei lalu, ternyata tempatnya benar-benar ditutup. Korban lainnya, Riko, seorang karyawan asal Kemanggisan mendaftar kursus di tempat tersebut pada Maret 2015.
Dia saat itu sudah membayar uang di muka sebesar Rp3,4 juta. "Baru delapan kali belajar, setelah itu bubar," kata Riko. Modus pasutri menggelar kursus di lokasi tersebut dengan iming-iming paket murah jika pendaftar membayar secara tunai di awal.
Pendaftar juga tergiur karena bisa belajar berbagai macam bahasa seperti bahasa Inggris, Jepang, Prancis, Mandarin dan lainnya dengan biaya yang cukup terjangkau selama satu tahun.
"Ini laporan kami yang ketiga kalinya. Laporan sebelumnya tidak digubris oleh pihak kepolisian, makanya kami lapor ke Polda Metro Jaya," ujarnya.
(whb)