Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Melambat

Selasa, 29 November 2016 - 01:12 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Melambat
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Melambat
A A A
YOGYAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 ini akan sedikit terkoreksi. Meski tidak terlalu besar tapi pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi tersebut, tetap harus menjadi perhatian. Pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut tidak lepas dari kondisi global yang belum juga pulih.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arief Budi Santosa mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi secara global belum menunjukkan ke arah perbaikan. Harapan beberapa pihak di tahun 2016 ini terjadi peningkatan kondisi perekonomian ternyata tidak terbukti. Karena ada beberapa hal yang masih dalam keadaan melemah dan belum menunjukkan ke arah peningkatan.

"Ekonomi dunia akan terkoreksi sekitar tiga persen dibanding dengan pertumbuhan tahun sebelumnya," tutur Arief saat outlook ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta di Hotel Royal Ambarrukmo, Senin (28/11/2016).

Arief mengungkapkan, sebagai salah satu negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, tentu kondisi melemahnya perekonomian global juga berpengaruh pada tingkat ekonomi di Indonesia. Tanda-tanda pelemahan ekonomi Indonesia ini sudah terlihat dari menurunnya pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga tahun ini.

Triwulan ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit meningkat dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Triwulan ketiga kemarin, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%. Karena kondisi ekonomi global yang masih menunjukkan perlambatan, Bank Indonesia pesimistis pertumbuhan ekonomi tidak seperti yang mereka targetkan di awal tahun.

Pihaknya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2016 mendatang hanya sebesar 5%. Angka tersebut jauh di bawah perkiraan dari pertumbuhan ekonomi yang mereka tetapkan di awal tahun 2016 yaitu sebesar 5,5 hingga 5,6%.

Tetapi Bank Indonesia memandang perekonomian Indonesia masih sangat lentur untuk menyikapi kondisi global yang ada. "Ekonomi AS masih melambat, demikian juga Eropa, belum bergerak signifikan," tandasnya.

Kondisi ekonomi tingkat nasional ini tentu berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta. Bahkan tanda-tanda melambatnya perekonomian Yogyakarta sudah terlihat pada penurunan pertumbuhan di triwulan ketiga dibanding triwulan sebelumnya. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga di Yogyakarta hanya sebesar 4,68%, sedikit lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,67%.

Bahkan, lanjutnya, angka pertumbuhan di triwulan ketiga tahun 2016 ini lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu. Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun 2015 lalu sebesar 5,3%.

Kendati demikian, Bank Indonesia masih optimistis jika di akhir tahun nanti, pertumbuhan ekonomi Yogyakarta tidak jauh dari prediksi semula. "Prediksi kami sebesar 5,4-5,6 persen. Nanti tidak akan jauh dari angka tersebut," tambahnya.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Hilman Tisnawan mengatakan, kondisi ekonomi di Yogyakarta saat ini memang cenderung melambat, tetapi tidak akan jauh dari prediksi sebelumnya. Perekonomian Yogyakarta tidak akan terkoreksi cukup besar seperti pertumbuhan ekonomi nasional, karena ada beberapa komponen yang sudah diperkirakan oleh Bank Indonesia tidak akan bergerak signifikan.

"Kalau nasional komponen eksternalnya sulit diprediksi. Kalau Yogyakarta lebih mudah diprediksi, sehingga angkanya tidak melenceng jauh," terangnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5212 seconds (0.1#10.140)