3 Tempat Prostitusi di Jakarta yang Sudah Ditutup, 2 di Antaranya Disulap Jadi Bangunan Bermanfaat

Kamis, 17 November 2022 - 19:59 WIB
loading...
3 Tempat Prostitusi di Jakarta yang Sudah Ditutup, 2 di Antaranya Disulap Jadi Bangunan Bermanfaat
Terdapat sejumlah tempat prostitusi legendaris di Jakarta yang sudah ditutup. Salah satunya Macao Po. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Terdapat sejumlah tempat prostitusi legendaris di Jakarta yang sudah ditutup. Praktik prostitusi di Indonesia sejatinya sudah berlangsung sejak zaman pendudukan Belanda . Adapun tempat-tempat ini tersebar di berbagai kota termasuk Jakarta.

Seiring waktu, tempat-tempat prostitusi di Jakarta sempat mengalami puncaknya dan melahirkan banyak kawasan yang memang identik dengan prostitusi. Namun, pada keberlanjutannya sebagian besar dari lokasi tersebut telah ditutup dan beberapa di antaranya sudah diubah menjadi bangunan lain.

Baca juga : Sejarah Jakarta Islamic Centre, Tempat Masjid Terbakar Hebat Dulunya Lokalisasi Kramat Tunggak

Berikut tiga tempat prostitusi di Jakarta yang sudah ditutup pemerintah.

1. Lokalisasi Kramat Tunggak

Pada tahun 1970, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin berencana menjadikan Jakarta sebagai kota metropolitan. Namun, dia banyak melihat PSK di berbagai tempat seperti Kramat, Pasar Senen, dan lainnya.

Ali Sadikin belajar dari Thailand dan membentuk tempat yang disebutnya sebagai resosialisasi. Pada akhirnya, Kramat Tunggak dipilih sebagai lokasinya. Kala itu, dikumpulkan sekitar 79 WTS dan 28 Germo di tempat tersebut.

Sayangnya, setelah hampir 30 tahun resosialisasi di tempat tersebut tidak membuat masyarakat menjadi lebih baik. Pada akhirnya, di era pemerintahan Sutiyoso tahun 1998, dikeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta yang memutuskan menutup tempat tersebut paling lambat 31 Desember 1999.

Memasuki tahun 2000, Kramat Tunggak sudah bersih dari pemukiman lokalisasi. Saat itu, Sutiyoso memiliki ide untuk membangun Jakarta Islamic Center (JIC).

2. Kalijodo

Tempat prostitusi di Jakarta yang sudah ditutup berikutnya adalah Kalijodo. Sebelum berkembang menjadi lokasi prostitusi, kawasan ini pada 1950-an dikenal sebagai lokasi wisata air.

Seorang warga lokal bernama Ceceng menyebut bahwa dulunya Kalijodo adalah tempat wisata air. Adapun wisata yang disediakan adalah untuk menikmati perahu kayu sepanjang 6 meter dengan bayaran Rp20 perak saja.

Pada keberlanjutannya, prostitusi di Kalijodo semakin berkembang pada tahun 1990-an. Hal ini membuat mulai munculnya rumah-rumah judi di sekitarnya, sehingga arus PSK pun menjadi tak terkendali.

Kabar baiknya, kini kawasan Kalijodo sudah berubah sepenuhnya. Sekarang, hanya tersedia ruang terbuka ramah anak atau Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang bisa dikunjungi masyarakat bersama keluarganya di sela-sela hari.

Baca juga : Kisah Kalijodo, dari Tempat Pesta Peh Coen, Pelacuran dan Judi, Kini Jadi Taman Bermain Anak

3. Macao Po

Dalam sejarahnya, Macao Po dikenal sebagai kawasan prostitusi pertama di Batavia. Kala itu, tempat ini identik dengan lokalisasi kelas atas yang banyak dikunjungi pejabat VOC.

Dikutip dari artikel berjudul ‘Prostitusi di Jakarta Dalam Tiga Kekuasaan, 1930-1959. Sejarah dan Perkembangannya’ karya Lamijo, Kamis (17/11/2022), seiring perkembangan ekonomi dan fisik kota Jakarta, kawasan pelacuran juga ikut berkembang.

Hal ini ditandai dengan munculnya tempat prostitusi Gang Mangga di sebelah timur Macao Po serta Soehian. Namun, tak berselang lama kawasan tersebut mulai ditutup pasca kejadian terbunuhnya seorang PSK pada 1919.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)