Profil Soekarno Djojonegoro, Jenderal Garang yang Menjadi Menteri Penasihat Presiden

Senin, 26 September 2022 - 08:47 WIB
loading...
A A A
Ketika menjadi komandan, ia melihat perlakuan kasar terhadap anggotanya yang dilakukan oleh atasannya. Atas hal itu, ia memutuskan untuk keluar dari kesatuan. Bulan April 1944 keluar surat pemecatan dirinya.

Sebulan setelah dipecat, Soekarno diangkat kembali menjadi Keibikaco (Komandan Penjagaan) di Kantor Besar Polisi Semarang. Setelah Jepang kalah keadaan kota Semarang menjadi kacau. Terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Setelah Sekutu datang, Soekarno diangkat menjadi Kepala Umum Kantor Besar Polisi Semarang dengan pangkat Komisaris Polisi Kelas II.

Soekarno lalu diangkat menjadi Kepala Polisi Karesidenan Semarang dengan pangkat Komisaris Polisi Tk I. Tujuh bulan kemudian ia dipindahkan dan diangkat menjadi Kepala Polisi Karesidenan Pekalongan. Akibat perjanjian Renville, maka seluruh anggota kepolisian RI harus meninggalkan garis van Mook dan masuk ke daerah RI.

Komisaris Polisi Soekarno dipindahkan ke Jawatan Kepolisian Negara di Yogyakarta dan diangkat sebagai anggota Komisi Gencatan Senjata. Ketika terjadi pemberontakan PKI Madiun, Soekarno ditugaskan ke daerah Solo, Purwodadi, Kudus, dan Cepu guna membantu menyusun kembali kepolisian yang telah hancur akibat serangan PKI.

Pada 1 April 1950, Soekarno dinaikkan pangkatnya menjadi Pembantu Komisaris Besar Polisi. Bulan Mei, ia dpindahkan dan diangkat menjadi Kepala Polisi Karesidenan Semarang. Ia hanya menjabat selama 3 bulan. Bulan Agustus, ia dipindahkan dan diangkat menjadi Kepala Polisi Karesidenan Surabaya.

Jabatan itu pun tidak lama dipegangnya. Tanggal 1 Januari 1951, ia diangkat menjadi Kepala Kepolisian Jawa Timur.
Soekarno juga pernah jadi Ajun Kepala Kepolisian Negara pada November 1959.

Soekarno memasuki masa pensiun 31 Juli 1966. Sebelum pensiun Soekarno sempat menjabat sebagai Menteri Penasihat Presiden untuk Urusan Dalam Negeri.

Soekarno meninggal dunia di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada 27 November 1975 di usia 67 tahun. Ia meninggalkan istri dan lima anak. Jenazahnya disemayamkan di makam khusus keluarga Djojonegoro yang bernama “Kuwondo Giri” yang terletak di Banjarnegara.

(MG/Shinta Sofariah)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2032 seconds (0.1#10.140)