Nasib Mal Legendaris di Jaksel, Dulu Ramai kini Kosong Melompong

Selasa, 20 September 2022 - 18:29 WIB
loading...
Nasib Mal Legendaris di Jaksel, Dulu Ramai kini Kosong Melompong
Mal Blok M, Jakarta Selatan, kondisinya kini sepi pengunjung, dahulu mal ini merupakan salah satu tempat paling banyak dikunjungi masyarakat.Foto/MPI/Ari Sandita Murti
A A A
JAKARTA - Blok M , nama salah satu kawasan di Jakarta Selatan ini tak asing lagi di telinga. Bagi, masyarakat Jakarta, di kawasan ini terdapat pusat perbelanjaan yang pada tahun 1990 hingga 2.000-an ama terkenal yakni, Mal Blok M.

Lokasi Mal Blok M ini sangat lah unik karena berada di bawah Terminal Blok M. Namun, pusat perbelanjaan legenderis tersebut kini sangat sepi dan tak seramai pada masa jayanya.

Dari ratusan toko yang pernah berdiri di mal tersebut, hanya tersisa lima toko saja. Berdasarkan pantauan MNC Portal Indonesia pada Selasa (20/9/2022) siang tadi, tampak Mal Blok M yang letaknya bersebelahan dengan Blok M Square dan Terminal Blok M ini sangat sepi dari pengunjung.

Hanya ada segelintir orang yang datang ke mal tersebut. Pengunjung yang datang umumnya hendak ke Terminal Blok M dari kawasan Mal Blok M.

Ruko-ruko yang berjejeran di lorong mal juga tutup, hanya sekitar 5 toko saja yang buka. Yakni, toko sepatu, pakaian, dan aksesoris. Sedangkan ruko-ruko di blok seberang dari blok pedagang yang masih buka sudah disekat lantaran sudah tak ada penyewanya lagi.

Salah seorang pedagang baju, Faris Kahma (28) mengatakan, sudah berjualan sejak tahun 2012 silam di Mal Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan hingga saat ini. Saat itu, dia diberikan lapak oleh ayahnya untuk berjualan.

Sedangkan ayahnya sudah berjualan di Mal Blok M sejak tahun 1.990-an, yang mana kala itu sedang ngetop-ngetopnya Mal Blok M.
Nasib Mal Legendaris di Jaksel, Dulu Ramai kini Kosong Melompong


"Saya 10 tahun di sini, ramainya kan dari tahun 90 sampai 2.000-an lebih. Waktu itu padat, pengunjung sampai berdesakan, khususnya Sabtu-Minggu karena ibarat kata, kalau lu belum ke Blok M Mal lu bukan anak Jakarta. Nah mulai sepi di tahun 2014 tuh, sampai akhirnya pandemi semakin sepi sampai sekarang," ujar pria asal Gandul, Cinere, Depok itu di lokasi, Selasa (20/9/2022).

Menurutnya, Mal Blok M mulai sepi sejak Robinson dan Ramayana keluar dari pusat perbelanjaan tersebut mengingat kedua toserba itu menjadi salah satu ikon Mal Blok M.

Pascaitu, pengunjung mulai sepi sedangkan harga sewanya cukup mahal sehingga para pedagang memilih hengkang dari mal tersebut.

"Sewanya kan tinggi jadi pada pilih keluar, dahulu kan sewa bisa sampai Rp20-30 juta per bulan. Kalau sekarang saya sendiri Rp70 juta per tahun, pastinya pihak toko juga minta diskon kan," tuturnya.

Dia menerangkan, guna menyiasati sepi pengunjung Mal Blok M, dia juga membuka toko online, hanya saja saat ini toko online tersebut tengah ditutup sementara. Sebabnya, ada saja orang yang berbuat buruk pada tokonya manakala toko onlinenya itu tengah ramai-ramainya.

"Kita jualan online, tapi kita stop dahulu karena online itu persaingannya jelek. Bukannya kita jelekin toko lain yah, kita di online lagi ramai ada musuh kita, jadi dia order barang kita dikasih bintang satu, jadi ancur reputasinya," jelasnya.

Adapun pihak pengelola saat ini, paparnya, dinilai kurang memperhatikan kondisi pengunjung yang sepi itu. Pengelola tak pernah berdiskusi dengan pedagang guna membahas solusi agar suasana Mal Blok M kembali menggeliat seperti di tahun-tahun 2.000-an silam.

"Sekarang pengelolanga sudah beda, pengelola sekarang itu lu nyewa yah lu harus bayar, sudah cuek saja. Sebenarnya, kalau pedagang mau ramai sih satu-satunya dimurahin (harga sewanya) karena kan pada keluar (pedagang meski sepi) karena sewanya," terangnya.
Nasib Mal Legendaris di Jaksel, Dulu Ramai kini Kosong Melompong


Pemilik toko pakaian ATR Fashion itu mengungkapkan, dia bisa bertahan selama kondisi sepi di Mal Blok M karena sudah memiki toko lainnya di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat.

Selain itu, dia juga sudah memiliki pelanggan tetap sehingga pemasukannya bisa menutupi pengeluarannya selama berdagang di Mal Blok M, khususnya pelanggan dari kalangan zaman dahulu.

"Enggak tentu kalau sekarang pembelinya, tapi memang kalau Sabtu-Minggu itu ada saja karena setelah olahraga itu kan orang pada datang ke sini. Lalu, saya juga ada pelanggan tetep kan, ada yang dari Kalimantan, ada dari Papua," bebernya.

Faris menjabarkan, selama masa jayanya, saat itu ayahnya memiliki 9 toko di Mal Blok M. Per toko bisa meraup omzet Rp10-12 jutaan khusus di akhir pekan, sedangkan hari biasa bisa meraup Rp3 jutaan per toko.

Namun kini, omzet yang dia dapatkan hanya di kisaran Rp800.000-an atau lebih di akhir pekannya dan hanya tinggal satu toko saja yang dikelolanya. Baca: Kisah Sumur Keramat Pemandian Bidadari di Bekasi, Tempat Pertapaan Bung Karno Mencari Wangsit

"Sekarang hari biasa sepi, tapi yah kita ikhtiar saja karena rezeki tak kemana. Sekarang-sekarang paling banyak yah bapak-bapak atau ibu-ibu yang datang terus beli, orang lama, kalau milenial atau dewasa biasa kadang-kadang dan rata-rata sekarang nyarinya yang murah, cepe dapat 3," imbuhnya.

Dia menjelaskan, saat ini para pedagang yang masih membuka lapak di Mal Blok M itu tengah menantikan informasi tentang tutup tidaknya Mal Blok M. Pasalnya, masa kontrak pengelolaan Mal Blok M sudah hampir habis akhir tahun 2022 ini.

"Ini juga para pedagang lagi nungguin, jadi kontrak PT sama Pemda sudah habis 30 tahun di bulan mendatang kalau tak salah. Kita tunggu dahulu nih surat dari Pemda, apakah ditutup malnya atau disuruh teruskan ataukah dikasih free selama setahun atau 2 bulan. Kalau free kita lanjutin dahulu karena kalau dari Pemda kan biasanya murah yah," katanya.

Dia menambahkan, para pedagang sejauh ini belum tahu apakah mal tersebut bakal ditutup ataukah bakal direnovasi ataukah bagaimana lantaran belum ada pengumuman resmi, baik dari pihak pengelola maupun pemerintah. Manakala direnovasi, kemungkinan juga tak bakal terjadi mengingat saat Mal Blok M dahulu itu dibangun menghabiskan dana miliaran rupiah.

"Kalau renovasi sanggup tidak orang tendernya, orang kata Bokap saya saja pertama kali ini mal di bangun tahun 90-an habis sampai Rp80 miliar di tahun itu, kalau sekarang berapa triliun, tak ada yang sanggup tender, bisa jadi dibalikin ke Pemda," ucapnya.
(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0978 seconds (0.1#10.140)