Profil Soewirjo, Gubernur Pertama DKI Jakarta yang Menggaungkan Demam Kemerdekaan RI

Selasa, 20 September 2022 - 15:30 WIB
loading...
Profil Soewirjo, Gubernur...
Soewirjo, Wali Kota pertama Jakarta (sekarang Gubernur DKI Jakarta). Foto: Dok Arsip Nasional Republik Indonesia
A A A
JAKARTA - Raden Soewirjo, pria kelahiran Wonogiri, 17 Februari 1903 ini menjabat Wali Kota Jakarta (sekarang Gubernur DKI Jakarta ) yang pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan RI . Soewirjo memimpin Jakarta selama dua periode yakni 23 September 1945-21 Juli 1947 dan 30 Maret 1950-2 Mei 1951.

Dikutip dari Ensiklopedi Jakarta, Budaya dan Warisan Sejarah, Soewirjo menamatkan sekolah AMS di Yogyakarta kemudian kuliah di Rechtshogeschool, namun tidak tamat.
Baca juga: Profil RA Wiriadinata, Pendamping Ali Sadikin yang Punya Pengalaman Mentereng di TNI AU

Mencoba peruntungan bekerja, Soewirjo mengadu nasib di Centraal Kantoor voor de Statistik. Dia pun pernah menjadi guru sekolah swasta nasional Perguruan Rakyat. Lalu, menjadi pegawai pusat Bowkas "Beringin" sebuah kantor asuransi dan pengusaha obat di Cepu.

Selain bekerja, Soewirjo muda juga aktif dalam perhimpunan pemuda Jong Java dan PNI. Setelah PNI bubar tahun 1931, Soewirjo mendirikan Partindo. Pada zaman kependudukan Jepang, dia terlibat di Jawa Hokokai dan Putera.

Pada masa pendudukan Jepang bulan Juli 1945, Soewirjo diberi amanah sebagai wakil wali kota pertama Jakarta dan wali kota Jakarta seorang pembesar Jepang (Tokubetsyu Sityo) dan wakil wali kota kedua Jakarta Baginda Dahlan Abdullah.

Kemudian, masa peralihan kekuasaan Jepang di mana pada 10 Agustus 1945 Jepang menyerah pada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Namun, peristiwa takluknya Jepang sengaja ditutup-tutupi.

Momen ini dimanfaatkan Soewirjo menyampaikan kekalahan Jepang kepada masyarakat Jakarta. Bahkan, dia berani menanggung segala akibatnya.

Pemberitahuan Soewirjo ini menimbulkan demam kemerdekaan melanda Jakarta termasuk mendesak Presiden Soekarno dan Wapres M Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan, Soewirjo sebagai salah satu yang bertanggungjawab atas terselenggaranya proklamasi di kediaman Bung Karno.

Awalnya pembacaan proklamasi akan diselenggarakan di Lapangan Ikada (sekarang Monas), namun karena pasukan tentara Jepang masih bergentayangan dengan senjata lengkap, maka dipilih kediaman Bung Karno.

Perpindahan kekuasaan dari Jepang dilakukan pada 19 September 1945 dan Soewirjo ditunjuk sebagai Wali Kota Jakarta pada 23 September 1945.

Ketika Soewirjo memimpin Jakarta persisnya awal 1946, pasukan Sekutu mendarat yang didompleng tentara NICA. Saat itulah, Bung Karno dan Bung Hatta memilih hijrah ke Yogyakarta.
Baca juga: Kisah Ali Sadikin Melegalkan Judi untuk Membangun Jakarta

Namun, Soewirjo tetap berada di Jakarta menginstruksikan kepada semua pegawai pamong praja tetap tinggal di tempat menyelesaikan tugas seperti biasa. Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Soewirjo diculik pasukan NICA di kediamannya kawasan Menteng. Selama 5 bulan dia disekap di Jalan Gajah Mada kemudian November 1947 diterbangkan ke Semarang lalu dibuang ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta, Soewirjo disambut besar-besaran Panglima Besar Soedirman. Kemudian, dia ditempatkan di Kementerian Dalam Negeri sebagai pimpinan Biro Urusan Daerah Pendudukan (1947-1949). Pada September 1949, Soewirjo kembali ke Jakarta sebagai wakil Pemerintah RI pada Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada 17 Februari 1950, Presiden RIS Soekarno mengangkatnya kembali sebagai Wali Kota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951, dia menjabat Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (April 1951-April 1952).

Jabatan lain yang pernah diemban Soewirjo yakni Presiden Direktur Bank Umum Nasional merangkap Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal Bapindo. Soewirjo meninggalkan dunia perbankan setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari partai, dia menjadi anggota MPRS kemudian menjadi anggota DPA.

Soewirjo wafat pada 27 Agustus 1967 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata.

Sumber:
- Sejarah Kota Jakarta 1950-1980. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Suwiryo, Ensiklopedi Jakarta, Budaya dan Warisan Sejarah.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1765 seconds (0.1#10.140)