Digitalisasi UMKM Bangkit dan Tumbuhkan Ekonomi Indonesia

Minggu, 11 September 2022 - 19:28 WIB
loading...
Digitalisasi UMKM Bangkit dan Tumbuhkan Ekonomi Indonesia
Digitalisasi sangat penting bagi UMKM untuk bangkit dan tumbuh sebagai penopang perekonomian nasional. Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dari makan siang yang dibeli melalui layanan pesan antar makanan online hingga kemeja batik yang Anda kenakan di hari Jumat, UMKM adalah bagian penting dari kehidupan dan perekonomian Indonesia.

Sebuah studi menyatakan 99 persen dari seluruh entitas usaha di Indonesia adalah UMKM yang berkontribusi 60 persen dari PDB nasional.

Dalam pidato utama di sebuah webinar, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menuturkan digitalisasi sangat penting bagi UMKM untuk bangkit dan tumbuh sebagai penopang perekonomian nasional. Apalagi UMKM mempekerjakan 97 persen tenaga kerja Indonesia.
Baca juga: Lonjakan Pengguna Internet Dorong Digitalisasi UMKM

“Saat ini, 19,95 juta UMKM terhubung ke dalam ekosistem digital. Presiden juga telah mengamanatkan ada 30 juta UMKM yang on boarding ke ekosistem digital pada tahun 2024. Kami yakin dengan meningkatkan jumlah UMKM dalam ekosistem digital dapat mengoptimalkan potensi ekonomi digital yang diproyeksikan Rp4.531 triliun pada 2030,” ujar Teten.

Studi tersebut mengidentifikasi 3 masalah utama yang dihadapi UMKM yaitu biaya operasional yang tinggi, kesulitan dalam mendorong pertumbuhan pendapatan, serta hambatan dalam skala dan daya saing.

Hal tersebut diperparah pandemi Covid-19 yang menyebabkan berkurangnya volume penjualan dan sumber daya permodalan serta permasalahan distribusi.

Managing Director and Partner Boston Consulting Group (BCG) Jakarta Haikal Siregar mengatakan, digitalisasi dapat membantu UMKM dalam menghadapi tantangan lain di masa depan karena ekosistem digital memungkinkan mereka menjangkau pasar nasional atau global, membantu efisiensi operasional, serta memudahkan transaksi.

Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informasi sekaligus Ketua Kelompok Kerja Ekonomi Digital G20 Mira Tayyiba menuturkan pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan sebesar 2,9 persen pada 2022, turun dari 5,7 persen pada 2021.

Akibat penurunan tersebut, data Kementerian Keuangan menunjukkan secara nominal perekonomian Indonesia diperkirakan kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah sebesar Rp1.356 triliun.

“Tentunya untuk mencapai pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang mumpuni adalah suatu keharusan. Dalam mendukung upaya tersebut, pemberdayaan sektor riil khususnya UMKM diyakini dapat dan telah berkontribusi dalam pemulihan sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

CEO dan Co-Founder Blibli Kusumo Martanto menambahkan ditemukan fakta bahwa UMKM menghadapi banyak tantangan meskipun peran utama mereka dalam perekonomian adalah “membingungkan”.

“Kami berpikir sebagai perusahaan Indonesia yang lahir di Indonesia oleh anak-anak Indonesia, ada sesuatu yang dapat kami lakukan. Kami melakukan studi tahun lalu, tapi Blibli sebetulnya aktif masuk ke dalam journey tentang apa yang bisa kami lakukan untuk UMKM karena kami sadar kalau Indonesia mau maju, UMKM harus maju,” katanya.
Baca juga: Dukungan Digitalisasi UMKM Terus Mengalir dari Startup

Dia juga menyoroti temuan studi yang memprediksi Indonesia menjadi penyumbang ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Menurut penelitian, UMKM daring mampu memperoleh pendapatan 1,1 kali lebih banyak dibandingkan UMKM luring. UMKM daring juga 2,1 kali lebih mungkin untuk menjual barang secara nasional dan 4,6 kali lebih mungkin untuk mengekspor ke pasar internasional.

UMKM daring juga 1,1 kali lebih mungkin untuk melibatkan komunitas lokal sekitarnya, sementara juga 1,3 kali lebih mungkin untuk mempekerjakan orang lain.

“Jika dilihat UMKM yang sudah online bukan hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar,” kata Haikal seraya menambahkan peningkatan literasi digital UMKM dari 20 persen menjadi 50 persen dapat berpotensi menghasilkan kontribusi sekitar USD38 miliar pada tahun 2024.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3194 seconds (0.1#10.140)