6 Bangunan Peninggalan Belanda di Jakarta, Nomor 4 Bekas Rumah Pribadi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah mencatat, Indonesia pernah menjadi jajahan Belanda selama lebih dari 300 tahun. Belanda melebarkan koloninya di Tanah Air dan banyak meninggalkan bangunan-bangunan penting bersejarah.
Di Jakarta banyak bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan Belanda. Dilansir dari berbagai sumber,
berikut 6 bangunan peninggalan Belanda di Jakarta.
1. Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta)
Jika mengunjungi Kota Tua, pasti akan menemukan banyak bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda di wilayah tersebut. Sebab, Kota Tua merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda yang seluruh aktivasnya berpusat di sana.
Salah satu gedung ikonik yang selalu menjadi magnet wisatawan adalah Museum Sejarah Jakarta, atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah.
Melansir artikel bertajuk "Pelestarian Bangunan Kolonial Museum Fatahillah di Kawasan Kota Tua Jakarta’, diketahui bahwa museum ini mulai dibangun pada tahun 1620. Namun, pembangunannya tidak berjalan mulus karena terkesan terburu-buru.
Museum yang semula dijadikan Gedung Balai Kota itu kembali dibangun pada 30 Mei 1626. Karena dianggap terlalu kecil, maka gedung satu lantai itu diperluas dan dijadikan gedung termasyhur milik Batavia pada tahun 1710.
Foto/SINDOphoto
Usai Indonesia disusupi tentara Jepang pada 1942 sampai 1945, bangunan ini berfungsi sebagai tempat dikumpulkannya logistik untuk para tentara Jepang. Gedung megah ini kembali beralih fungsi pada 1952 sampai 1968 sebagai Markas Komando Militer Kota dan berganti nama menjadi Kodim 0503 Jakarta Barat. Per 30 Maret 1974, bangunan ini diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta oleh pemerintah.
2. Stasiun Tanjung Priok
Bangunan peninggalan Belanda yang masih ada dan berfungsi baik hingga kini adalah Dtasiun Tanjung Priok. Jika dilihat dari luar, bangunan stasiun ini sangat megah dengan warna putih yang mendominasi. Stasiun ini dibangun pada tahun 1914 saat masa kepemimpinan Gubernur Jenderal A.F.W Idenburg.
Foto/Istimewa
KAI dalam laman resminya menyebut, Stasiun Tanjung Priok lahir dari tangan dingin seorang arsitek Staats Spoorwegen (SS), perusahaan kereta api negara Hindia Belanda), yaitu C.W Koch. Pembangunan tempat ini melibatkan 1.700 tenaga kerja. Peresmian stasiun ini bersamaan dengan ulang tahun ke-50 SS, pada 6 April 1925.
3. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSCM atau Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu rumah sakit tua yang berdiri di tanah Batavia (Jakarta). Rumah sakit ini awalnya menjadi bagian dari STOVIA (sekolah kedokteran di Batavia), yang merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Foto/SINDOphoto
Mengutip dari laman RSCM, bangunan rumah sakit ini dibangun pada 19 November 1919 dengan nama CBZ (Centrale Burgelijke Ziekenhuis). Dengan adanya CBZ, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat menjadi lebih baik karena fasilitas yang dimiliki cukup lengkap. Nama RSCM digunakan pada 17 Agustus 1964 usai diresmikan oleh Menteri Kesehatan saat itu, Dr. Satrio.
4. Istana Merdeka
Bangunan peninggalan Belanda yang satu ini sudah pasti dikenali oleh seluruh masyarakat Indonesia. Di sinilah Presiden beserta keluarganya tinggal dan menjalankan aktivitas.
Gedung Istana Merdeka dengan warna putih dan ditopang oleh pilar-pilar besar itu dibangun oleh seorang Belanda bernama J.A van Braam pada 1796 dan dijadikan sebagai tempat tinggal pribadi.
Pada tahun 1816, bangunan tersebut diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijadikan pusat kegiatan pemerintahan, sekaligus rumah tinggal Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Foto/Istimewa
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangunan ini menjadi saksi bisu ditandatanganinya naskah persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947. Setahun kemudian, Istana Merdeka menjadi lokasi dilakukannya pertemuan antara Wakil Presiden RI, Mohammad Hatta, dengan Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Hubertus J. van Mook.
5. Gedung Joang ‘45
Gedung peninggalan Belanda selanjutnya di Jakarta adalah Gedung Joang ’45 yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Gedung ini dibangun pada 1938 oleh seorang pengusaha Belanda bernama J. Schomper dan difungsikan sebagai hotel dengan nama Schomper 1.
Hotel ini memang khusus dibangun bagi para pejabat atau elite Hindia-Belanda, pejabat asing, dan pejabat pribumi. Namun, saat Jepang menginvasi Belanda di Indonesia pada tahun 1942, bangunan ini dikuasai militer Jepang dan menjadi tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia.
Foto/tripholiday.net
Namanya pun berubah, dari Schomper 1 menjadi Gedung Menteng 31. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini digunakan sebagai markas pemuda yang dikenal dengan nama Pemuda Menteng 31. Pada 19 Agustus 1974, bangunan ini barulah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Presiden Soeharto, sebagai Museum Joang ’45.
6. Galangan VOC
Meskipun sudah tidak berfungsi dengan baik, namun Gedung Galangan VOC di Jakarta Utara masih kokoh berdiri. Berusia ratusan tahun, bangunan ini terlihat masih sangat kuat dan memancarkan sisa-sisa aura dominasi VOC di bumi pertiwi.
Galangan kapal milik VOC ini dibangun pada tahun 1721, di atas tanah bekas kubu pertahanan Inggris. Fungsinya adalah untuk memperbaiki kapal-kapal berukuran sedang. Sementara, kapal dengan ukuran besar diperbaiki di Pulau Onrust. Melansir laman Cagar Budaya Kemendikbud, sebagian bangunan dari galangan ini digunakan sebagai kantor pos pertama di Batavia.
Eksistensi galangan VOC resmi terhenti setelah perusahaan dagang terbesar itu runtuh akibat konflik internal dan korupsi pada 1799. Di tahun 1809, bangunan ini disewakan kepada tukang kayu berkebangsaan China.
Setelahnya, gedung megah ini terus berganti pemilik hingga menjadi gudang minyak dan bahan kimia di tahun 1990-an. Memasuki tahun 2000-an, gedung galangan kapal tersebut disewakan kepada masyarakat yang ingin menyelenggarakan berbagai macam acara.
Di Jakarta banyak bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan Belanda. Dilansir dari berbagai sumber,
berikut 6 bangunan peninggalan Belanda di Jakarta.
1. Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta)
Jika mengunjungi Kota Tua, pasti akan menemukan banyak bangunan peninggalan pemerintah kolonial Belanda di wilayah tersebut. Sebab, Kota Tua merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda yang seluruh aktivasnya berpusat di sana.
Salah satu gedung ikonik yang selalu menjadi magnet wisatawan adalah Museum Sejarah Jakarta, atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah.
Melansir artikel bertajuk "Pelestarian Bangunan Kolonial Museum Fatahillah di Kawasan Kota Tua Jakarta’, diketahui bahwa museum ini mulai dibangun pada tahun 1620. Namun, pembangunannya tidak berjalan mulus karena terkesan terburu-buru.
Museum yang semula dijadikan Gedung Balai Kota itu kembali dibangun pada 30 Mei 1626. Karena dianggap terlalu kecil, maka gedung satu lantai itu diperluas dan dijadikan gedung termasyhur milik Batavia pada tahun 1710.
Foto/SINDOphoto
Usai Indonesia disusupi tentara Jepang pada 1942 sampai 1945, bangunan ini berfungsi sebagai tempat dikumpulkannya logistik untuk para tentara Jepang. Gedung megah ini kembali beralih fungsi pada 1952 sampai 1968 sebagai Markas Komando Militer Kota dan berganti nama menjadi Kodim 0503 Jakarta Barat. Per 30 Maret 1974, bangunan ini diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta oleh pemerintah.
2. Stasiun Tanjung Priok
Bangunan peninggalan Belanda yang masih ada dan berfungsi baik hingga kini adalah Dtasiun Tanjung Priok. Jika dilihat dari luar, bangunan stasiun ini sangat megah dengan warna putih yang mendominasi. Stasiun ini dibangun pada tahun 1914 saat masa kepemimpinan Gubernur Jenderal A.F.W Idenburg.
Foto/Istimewa
KAI dalam laman resminya menyebut, Stasiun Tanjung Priok lahir dari tangan dingin seorang arsitek Staats Spoorwegen (SS), perusahaan kereta api negara Hindia Belanda), yaitu C.W Koch. Pembangunan tempat ini melibatkan 1.700 tenaga kerja. Peresmian stasiun ini bersamaan dengan ulang tahun ke-50 SS, pada 6 April 1925.
3. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSCM atau Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu rumah sakit tua yang berdiri di tanah Batavia (Jakarta). Rumah sakit ini awalnya menjadi bagian dari STOVIA (sekolah kedokteran di Batavia), yang merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Foto/SINDOphoto
Mengutip dari laman RSCM, bangunan rumah sakit ini dibangun pada 19 November 1919 dengan nama CBZ (Centrale Burgelijke Ziekenhuis). Dengan adanya CBZ, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat menjadi lebih baik karena fasilitas yang dimiliki cukup lengkap. Nama RSCM digunakan pada 17 Agustus 1964 usai diresmikan oleh Menteri Kesehatan saat itu, Dr. Satrio.
4. Istana Merdeka
Bangunan peninggalan Belanda yang satu ini sudah pasti dikenali oleh seluruh masyarakat Indonesia. Di sinilah Presiden beserta keluarganya tinggal dan menjalankan aktivitas.
Gedung Istana Merdeka dengan warna putih dan ditopang oleh pilar-pilar besar itu dibangun oleh seorang Belanda bernama J.A van Braam pada 1796 dan dijadikan sebagai tempat tinggal pribadi.
Pada tahun 1816, bangunan tersebut diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijadikan pusat kegiatan pemerintahan, sekaligus rumah tinggal Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Foto/Istimewa
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangunan ini menjadi saksi bisu ditandatanganinya naskah persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947. Setahun kemudian, Istana Merdeka menjadi lokasi dilakukannya pertemuan antara Wakil Presiden RI, Mohammad Hatta, dengan Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Hubertus J. van Mook.
5. Gedung Joang ‘45
Gedung peninggalan Belanda selanjutnya di Jakarta adalah Gedung Joang ’45 yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Gedung ini dibangun pada 1938 oleh seorang pengusaha Belanda bernama J. Schomper dan difungsikan sebagai hotel dengan nama Schomper 1.
Hotel ini memang khusus dibangun bagi para pejabat atau elite Hindia-Belanda, pejabat asing, dan pejabat pribumi. Namun, saat Jepang menginvasi Belanda di Indonesia pada tahun 1942, bangunan ini dikuasai militer Jepang dan menjadi tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia.
Foto/tripholiday.net
Namanya pun berubah, dari Schomper 1 menjadi Gedung Menteng 31. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini digunakan sebagai markas pemuda yang dikenal dengan nama Pemuda Menteng 31. Pada 19 Agustus 1974, bangunan ini barulah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Presiden Soeharto, sebagai Museum Joang ’45.
6. Galangan VOC
Meskipun sudah tidak berfungsi dengan baik, namun Gedung Galangan VOC di Jakarta Utara masih kokoh berdiri. Berusia ratusan tahun, bangunan ini terlihat masih sangat kuat dan memancarkan sisa-sisa aura dominasi VOC di bumi pertiwi.
Galangan kapal milik VOC ini dibangun pada tahun 1721, di atas tanah bekas kubu pertahanan Inggris. Fungsinya adalah untuk memperbaiki kapal-kapal berukuran sedang. Sementara, kapal dengan ukuran besar diperbaiki di Pulau Onrust. Melansir laman Cagar Budaya Kemendikbud, sebagian bangunan dari galangan ini digunakan sebagai kantor pos pertama di Batavia.
Eksistensi galangan VOC resmi terhenti setelah perusahaan dagang terbesar itu runtuh akibat konflik internal dan korupsi pada 1799. Di tahun 1809, bangunan ini disewakan kepada tukang kayu berkebangsaan China.
Setelahnya, gedung megah ini terus berganti pemilik hingga menjadi gudang minyak dan bahan kimia di tahun 1990-an. Memasuki tahun 2000-an, gedung galangan kapal tersebut disewakan kepada masyarakat yang ingin menyelenggarakan berbagai macam acara.
(hab)