Sejarah Lahirnya Forum Betawi Rempug yang Ditonggaki Agamawan Muda

Senin, 22 November 2021 - 10:00 WIB
loading...
Sejarah Lahirnya Forum Betawi Rempug yang Ditonggaki Agamawan Muda
Keberadaan ormas Forum Betawi Rempug (FBR) tengah menjadi sorotan menyusul terjadinya sejumlah bentrokan dengan ormas Pemuda Pancasila (PP) akhir-akhir ini. Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas) Forum Betawi Rempug (FBR) tengah menjadi sorotan menyusul terjadinya sejumlah bentrokan dengan ormas Pemuda Pancasila (PP) akhir-akhir ini. Bahkan muncul desakan dari sejumlah pihak agar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tegas mengambil sikap terhadap ormas yang menimbulkan keresahan, dengan tidak memperpanjang izin.

Baca juga: Bentrokan FBR dan Pemuda Pancasila, Polisi Dalami Penemuan Sajam

Bentrokan oknum anggota FBR dengan PP tersebut jelas mencoreng nama kedua ormas tersebut. Tak heran bila muncul kesan di masyarakat bahwa ormas identik dengan "premanisme'. Jika menelisik sejarah berdirinya ormas FBR, sebenarnya jauh dari kesan "premanisme". Bahkan lahirnya FBR tak lepas dari keprihatinan berbagai kasus kriminal, seperti perampokan, pencurian, dan pembunuhan, yang menimpa masyarakat Betawi.

FBR terbentuk pada tanggal 29 Juli 2001 bertepatan dengan 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriyah. FBR lahir ditonggaki oleh beberapa agamawan muda Betawi di Pondok Pesantren Yatim Zidatul Mubtadi’ien, Cakung, Jakarta Timur. Dikutip dari rebutjakarta.blogspot.com, FBR lahir berangkat dari suatu keperihatinan terhadap nasib dan masa depan masyarakat Betawi yang secara struktural dan kultural menjadi terasing dan terpinggirkan di kampung halaman sendiri.

Gerak perjuangan FBR berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya yang tersisih dan termarginalkan akibat pembangunan ekonomi yang tanpa kompromi. Para pendiri FBR merasa pembangunan tersebut tidak melibatkan kaumnya. FBR melalui program-programnya berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat. Sehingga ke depan orang Betawi bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional.



FBR lahir di tengah komunitas sosial masyarakat yang heterogen di Ibu Kota Negara Jakarta, karena seluruh suku bangsa berinteraksi dalam gerak masyarakat yang cepat. Oleh karenanya, kemajemukan yang menjadi ciri khas penduduk Jakarta dianggap harus menjadi asset utama dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan moral.

Masyarakat Betawi sebagai warga inti Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya. Sehingga lahirnya FBR diharapkan masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasi, mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi tanpa harus menyisihkan etnis lain yang kebetulan hidup berdampingan di bumi Betawi.



Semenjak FBR berdiri, muncul keinginan kuat kaum Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, untuk bersatu dan care. Dengan menyatukan potensi dalam kebersamaan, FBR berani tampil menjadi fungsi kontrol terhadap ketidak adilan dalam segala aspek kehidupan di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan moral.

FBR dengan visi misi dan program-programnya, jelas ingin menjunjung tinggi harkat dan martabat kaumnya di tanah kelahirannya sendiri sebagai tujuan akhir, yakni berupa kesejahteraan kedamaian terhadap para anggotanya. serta para simpatisan yang peduli ingin memajukan dan membesarkan FBR. Walaupun FBR hanya sebuah organisasi massa lokal, namun gerak langkah dan gayanya secara perlahan membuat keberadaannya diakui secara nasional, bahkan dunia.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2056 seconds (0.1#10.140)