Dosen UIN Jakarta Menyesal karena Bandingkan NU dan Muhammadiyah

Rabu, 03 November 2021 - 15:44 WIB
loading...
Dosen UIN Jakarta Menyesal karena Bandingkan NU dan Muhammadiyah
Dosen UIN Jakarta Zubair menyampaikan permintaan maaf kepada Nadhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, Rabu (3/11/2021). Foto: Ist
A A A
TANGERANG SELATAN - Dosen UIN Jakarta Zubair menyesal dan meminta maaf karena membandingkan Nadhlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah . Perbandingan itu disampaikan dalam video pembelajaran daring mata kuliah studi Islam di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta. Video tersebut viral di media sosial kemudian banjir kritik dari berbagai kalangan.

Dalam video viral, Zubair membeberkan paham ajaran Islam termasuk Asyariyah. Menurutnya, pada akidah Asyariyah terdapat banyak masalah sehingga kalangan yang mengikutinya akan terjerembab dalam kebodohan. "Tidak produktif, tidak progresif, tidak inovatif, tidak kreatif. Bikin orang bodoh, bikin orang terbelakang, itulah Asyary," ujar Zubair kepada mahasiswanya.
Baca juga: Dari Ulama dan Santri, Nasionalisme Tumbuh dan Berkembang

Usai video viral, Zubair menyesal telah memberikan contoh yang keliru saat menjelaskan paham Asyariyah. "Itu adalah murni kesalahan dan kekeliruan pribadi saya," kata Zubair dalam video klarifikasi yang diterima, Rabu (3/11/2021).

"Menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada umat Islam, terkhusus keluarga besar NU karena kekhilafan dan kelalaian saya telah menyakiti hati dan perasaan mereka. Juga kepada keluarga besar Muhammadiyah karena kecerobohan telah mengusik ketentraman mereka dengan membandingkannya dengan keluarga besar NU," ungkapnya.
Baca juga: Zezen, Dosen FSH UIN Jakarta Raih Gelar Doktor Hukum di UCLA School of Law

Dalam video itu sebenarnya dia sedang membahas ilmu kalam atau teologi dalam Islam. Dia membedah paham Asyariyah, Jabbariyah, Qodariyah, dan Mu'tazilah. Sedangkan perbandingan antara NU dan Muhammadiyah hanya sebagai upaya memancing perdebatan akademis dari mahasiswanya.

"Karena saya sendiri juga penganut Asyariyah. Penyebutan contoh tersebut semata-mata untuk menggugah dan memancing nalar kritis mahasiswa agar mau berdiskusi lebih jauh, mau memberikan sanggahan dan komentar," katanya.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1075 seconds (0.1#10.140)